Sungai Rokan sebelumnya disebut dengan Sungai Rotan, lalu menjadi sungai Rok`an dan akhirna menjadi sungai Rokan yang terbagi menjadi tiga sungai besar yaitu : Sungai Rokan Kiri, Sungai Rokan Kanan, dan Sungai Sosa, sedangkan Sungai Rokan Kanan lazim juga disebut orang Sungai Batang Lubuh. Ketiga sungai tersebut mengalir dibumi Kabupaten Roka Hulu dan bermuara menjadi satu sungai Rokan yang mengalir melewati daerah Kabupaten Rokan Hilir hingga ke laut. Secara sederhana masyarakat dahulu menjelaskan kejadian Sungai Rokan kepada anak cucunya mereka dengan media dongeng.
Bahwa asal muasal terjadinya sungai Rokan dikisahkan sebuah kejadian alam yang unik pada masa lampau, dimana belum ada penghuni di daerah ini dan belum ada sungai besar di daerah ini, yang ada hanya sebuah gonuong (danau) yang terbentuk dari terkuaknya 3 bukit yang disebut “bukik non tigo” pada barisan sekarang, tiga bukit yang semasa itu belumlah memiliki nama, bukit-bukit itu saat sekarang disebut dengan bukit Batu Bintang karena memiliki cahaya yan berkilau di malam hari, bukit Cundong karena sisa dari rekahan bumi menjadikan bukit ini cundong (miring) dan bukitnya yang membumbung tinggi.
Disekitar gonuong tumbuhlah pohon-pohon besar, diantaranya pohon raksasa namanya “sialang tonikek kayu kopuo”, kayu tersebut dililit oleh serumpun rotan sogo raksasa, konon roran itu bercabang tiga pada pucuknya. Pohon sialang tonikek sialang borotan sogo tersebut banyak didatangi oleh binatang aneh-aneh, sehngga keadaan pohon menjadi berat, hanya menunggu tiupan angin kencang atau kelapukan sialang ini akan tumbang.
Pada suatu hari datanglah “gomulok gompo” (gempa dahsayat) tumbanglah kayu sialang tersebut dari matahari terbit ke matahari tenggelam ujung rotan yang tigo menimpa gonuong, akibatnya gonuong pecah mengalirlah air mengikuti pohon sialang, dengan menelusuri rotan yang bercabang tiga disebut tiga kabong (sungai) yaitu sungai Rokan Kiri, Sungai Rokan Kanan, dan Sungai Batang Sosa terus berpangkal kayu sialang menjadilah sunagi Rokan Besar yang mengalir ke daerah Rokan Hilir akhirnya kelaut.
Sungai-sungai tersebut pada awalnya disebut sungai Rotan, lama kelamaan menjadi Rok`an, setelah zaman terus berkembang masyarakat Rokan menyebutbya dengan sungai Rokan.
Nama Rokanpun dibuat menjadi sebuah nama Kerajaan Rokan yang diperkirakan berdiri pada abad ke-13 semasa itu dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit.
Dinamakan sungai Rokan Kiri dan Rokan Kanan semasa Sultan Jangguik dan Sultan Harimau yang dating dari selat Malaka menelusuru sungai Rokan ini ke Hulu, sesampainya di Kuala Sako (muara sungai Rokan Kiri dan Kanan) kedua kaka beradik ini terpisah, Sultan Harimau meneruskan perjalanan ke Hulu Sungai Rokan sebelah kiri, sedangkan Sultan Jangguik meneruskan perjalanan ke Hulu sungai Rokan sebelah Kanan, kedua orang ini juga disebut-sebut asal usul keturunan masyarakat Rokan Hulu.
Begitulah alkisah terjadinya sungai Rokan sehingga menjadi Rokan Kiri dan Rokan Kanan, secara sederhana cerita kejadian sungai Rokan Kanan ini telah dibuat sebuah syair lagu yang berjudul “sungai Rokan” brikut ini :
Sungailah Rokan punyo corito
Olun Tambusai polai Rambah
Aku tau dari joramba kito
Apak bonus non tukang koba
Tumbuh sialang tonikek sialang
Kayu kopuo boroan sago
Gomulak gompopu dating
Bakuaklah bukik non tigo
Lalu Ro`an
Kinilh Rokan tigo sekabong
Bomuaro ko kualo rapek
Tumbang sialang sirotan sago
Dari matoari tobik Komati
Gonuong pocah moikuik sialang
Jadilah kini si sungai Rokan
Sumber : http://lentaraguru.blogspot.com/2016/11/bukik-simo-lombu.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja