INT: Desa Sade merupakan salah satu perkampungan yang masih menjaga adat Sasak.
Konteks: Desa Sade memiliki penduduk yang sangat banyak. Penghuninya bukan pendatang (tidak merantau) keluarga baru pun biasanya tetap warga Desa Sade asli yang menikah dengan sesasama warga. Hal ini dipengaruhi kepercayaan lokal dan kemampuan ekonomi, karena biaya pernikahan untuk warga di luar Desa Sade dinilai cukup mahal.
Rumah-rumah dibangun dengan tatanan yang terlihat kasar dan berdekatan. Mengikuti kontur lahan. (wuwungan) Rumah lalala (?)
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat suku Sasak di Desa Adat Sade dalam membentuk suatu permukiman adalah mencari bukit-bukit yang tidak bisa ditanami. Bagi orang Sasak, permukiman tidak perlu di tanah yang subur, karena tanah yang subur sangat mereka dambakan untuk usaha pertanian.
Mereka membangun rumah-rumah baru sendiri di dalam wilayah Desa Sade. (skema perbukitan)
Rumah-rumah di Desa Sade ini memiliki beberapa jenis: 1.Rumah besar milik para pejabat keagaamaan (Bale Bele') 2.Rumah untuk keluarga inti (Bale atau juga disebut Bale Tani) 3.Rumah bagi pengantin baru (Bale Kodong)
Rumah Sasak didirikan langsung di atas tanah. Rumah orang Sasak tak berjendela dan gelap. Masyarakat menghabiskan sangat sedikit waktu di dalam rumah sepanjang hari. Digunakan terutama untuk memasak, tidur, dan penyimpanan pusaka
penjelasan bagian
Venustas: artistic arrangement kepercayaan memuliakan perempuan, mengepel lantai dengan rutin. Anak tangga. Pintu.
Function: (Sesangkok) Menerima tamu, Anak-anak laki-laki tidur di panggung di luar dalam bale; (Dalam Bale) anak-anak perempuan di dalamnya. Rumah bagian dalam berisi tungku di sisi sebelah kanan, dengan dengan rak untuk mengeringkan jagung di atasnya. Di sisi sebelah kiri dibagi untuk kamar tidur bagi para anggota rumah tangga, berisi sebuah tempat tidur dengan rak langit untuk menyimpan benda-benda pusaka dan berharga di atasnya. Bagian ini merupakan tempat untuk melahirkan anak.
Kayu bakar disimpan di belakang rumah, di bawah panggung.
Firmitas: Bubungan Atap curam dengan atap jerami berketebalan sekitar 15cm, menganjur ke dinding dasar yang menutup panggung setinggi sekitar satu meter setengah terbuat dari campuran lumpur, kotoran kerbau dan jerami yang permukaannya halus dan dipelitur. Perlu tiga atau empat langkah untuk mencapai ke rumah bagian dalam (dalam bale) di atas panggung ini, yang ditutup dinding ayaman bambu, dan sering kali dilengkapi dengan daun pintu ganda yang diukir halus.
Penutup - transisi: sirkulasi, kasta bangunan.
Rumah-rumah ini secara jelas terlihat berdasarkan ukuran.
Selain itu terdapat pula bangunan penunjang, seperti: 1.Beruga: merupakan balai bersisi terbuka dengan enam tiang. Balai ini digunakan sebagai tempat kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial hingga berbagai upacara. 2.Mesjid Wetu Telu: sebagai tempat beribadah dalam kepercayaan sikretis Islam yang juga menggabungkan Hindu dan kepercayaan animisme asli. 3.Makam yang kemudian di atasnya didirikan rumah-rumah kecil dari kayu dan bambu.
Keterangan lebih banyak.
Penutup keseluruhan.
Pustaka: Tjahjono, Gunawan ed. Indonesian Heritage: Architecture. Singapore: Archipelago Press.
Jurnal Sukawi dan Zulfikri. Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis Studi Kasus Desa Adat Sade Lombok. Dipublikasikan pada Berkala Teknik Vol 1 No 6 November 2010.
Sumber pendukung: Kunjungan Lapangan, Januari 2015
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...