|
|
|
|
Arsitektur Tradisional Sasak di Desa Sade Tanggal 28 Oct 2017 oleh Maharani . |
INT: Desa Sade merupakan salah satu perkampungan yang masih menjaga adat Sasak.
Konteks: Desa Sade memiliki penduduk yang sangat banyak. Penghuninya bukan pendatang (tidak merantau) keluarga baru pun biasanya tetap warga Desa Sade asli yang menikah dengan sesasama warga. Hal ini dipengaruhi kepercayaan lokal dan kemampuan ekonomi, karena biaya pernikahan untuk warga di luar Desa Sade dinilai cukup mahal.
Rumah-rumah dibangun dengan tatanan yang terlihat kasar dan berdekatan. Mengikuti kontur lahan. (wuwungan) Rumah lalala (?)
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat suku Sasak di Desa Adat Sade dalam membentuk suatu permukiman adalah mencari bukit-bukit yang tidak bisa ditanami. Bagi orang Sasak, permukiman tidak perlu di tanah yang subur, karena tanah yang subur sangat mereka dambakan untuk usaha pertanian.
Mereka membangun rumah-rumah baru sendiri di dalam wilayah Desa Sade. (skema perbukitan)
Rumah-rumah di Desa Sade ini memiliki beberapa jenis: 1.Rumah besar milik para pejabat keagaamaan (Bale Bele') 2.Rumah untuk keluarga inti (Bale atau juga disebut Bale Tani) 3.Rumah bagi pengantin baru (Bale Kodong)
Rumah Sasak didirikan langsung di atas tanah. Rumah orang Sasak tak berjendela dan gelap. Masyarakat menghabiskan sangat sedikit waktu di dalam rumah sepanjang hari. Digunakan terutama untuk memasak, tidur, dan penyimpanan pusaka
penjelasan bagian
Venustas: artistic arrangement kepercayaan memuliakan perempuan, mengepel lantai dengan rutin. Anak tangga. Pintu.
Function: (Sesangkok) Menerima tamu, Anak-anak laki-laki tidur di panggung di luar dalam bale; (Dalam Bale) anak-anak perempuan di dalamnya. Rumah bagian dalam berisi tungku di sisi sebelah kanan, dengan dengan rak untuk mengeringkan jagung di atasnya. Di sisi sebelah kiri dibagi untuk kamar tidur bagi para anggota rumah tangga, berisi sebuah tempat tidur dengan rak langit untuk menyimpan benda-benda pusaka dan berharga di atasnya. Bagian ini merupakan tempat untuk melahirkan anak.
Kayu bakar disimpan di belakang rumah, di bawah panggung.
Firmitas: Bubungan Atap curam dengan atap jerami berketebalan sekitar 15cm, menganjur ke dinding dasar yang menutup panggung setinggi sekitar satu meter setengah terbuat dari campuran lumpur, kotoran kerbau dan jerami yang permukaannya halus dan dipelitur. Perlu tiga atau empat langkah untuk mencapai ke rumah bagian dalam (dalam bale) di atas panggung ini, yang ditutup dinding ayaman bambu, dan sering kali dilengkapi dengan daun pintu ganda yang diukir halus.
Penutup - transisi: sirkulasi, kasta bangunan.
Rumah-rumah ini secara jelas terlihat berdasarkan ukuran.
Selain itu terdapat pula bangunan penunjang, seperti: 1.Beruga: merupakan balai bersisi terbuka dengan enam tiang. Balai ini digunakan sebagai tempat kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial hingga berbagai upacara. 2.Mesjid Wetu Telu: sebagai tempat beribadah dalam kepercayaan sikretis Islam yang juga menggabungkan Hindu dan kepercayaan animisme asli. 3.Makam yang kemudian di atasnya didirikan rumah-rumah kecil dari kayu dan bambu.
Keterangan lebih banyak.
Penutup keseluruhan.
Pustaka: Tjahjono, Gunawan ed. Indonesian Heritage: Architecture. Singapore: Archipelago Press.
Jurnal Sukawi dan Zulfikri. Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis Studi Kasus Desa Adat Sade Lombok. Dipublikasikan pada Berkala Teknik Vol 1 No 6 November 2010.
Sumber pendukung: Kunjungan Lapangan, Januari 2015
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |