Makanan Minuman
Makanan Minuman
Makanan Aceh Aceh
Apam Pidie
- 4 Desember 2017
Pernahkah Anda melihat kue di atas? Kue tersebut adalah apam atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan serabi. Kue gurih yang terbuat dari campuran tepung beras dan santan ini hanya disajikan pada waktu-waktu tertentu oleh masyarakat Aceh. Salah satunya adalah pada bulan Ra’jab sehingga  bulan Ra’jab juga dikenal dengan buleun Apam dalam Almanak Aceh.
 
Suara jingki terdengar jelas di telinga saat saya menelpon mamak di Tangse. Tuk. Tuk.Tuk. Di balik suara mamak dan jingki, juga terdengar riuh suara milik perempuan yang tidak asing lagi bagi saya, ada Po Chen, Po Saba, Po Rasyidah, dan juga Kak Na. Mereka adalah tetangga merangkap teman-teman ngerumpi mamak di kampung kami, Pulo Mesjid II, Tangse, Pidie.
 
Kamoe teungoh top teupong. Singoh na khanduri apam (Kami sedang menumbuk tepung. Besok rencananya mau kenduri apam),” ucap mamak lewat telepon.
 
Apam???” spontan saya sumringah. Sudah lama saya ingin mencicipi makanan khas Aceh ini, tetapi karena pembuatannya hanya pada buleun Apam atau jika ada orang meninggal, maka keinginan itu hanya bisa dipendam. Ketika mengetahui besok ada kenduri apam di rumah, tanpa berpikir panjang, saya langsung memesan mobil L300 jurusan Banda Aceh-Tangse untuk membawa saya pulang ke kampung halaman.
 
Jarak Banda Aceh-Tangse yang harus ditempuh lima jam perjalanan seakan tidak terasa lagi. Hutan belantara yang harus dilalui, jalanan longsor akibat hujan yang terus mengguyur tidak menjadi persoalan. Segera sampai ke rumah dan menyantap lezatnya apam itulah yang tertanam di pikiran.

Pagi hari, Po Chen, Po Saba, Po Rasyidah, dan Kak Na sudah ada di bawah Rumoh (rumah) Aceh. Khanduri apam kali ini tempatnya adalah di rumah yang  merupakan warisan kakek untuk mamak. Po Chen dan Kak Na sudah siap menyusun batu bata, kayu, danon u’ (daun kelapa) sebagai tempat memasak. Po Saba sedang mengaduk-aduk tepung breuh bit (tepung beras) sambil menunggu mamak siap mengupas kelapa, mengukur, dan memeras santannya. Po Rasyidah bertugas membersihkan neuleuk (loyang) dari tanah liat yang akan dijadikan tempat memasak apam. Tampak sekali kekompakan dan pembagian tugas yang merata tanpa harus dikomandoi pada perempuan yang tak lagi muda itu. Sedangkan saya? Saya menjadi kacung dan tukang foto.

 
Po Saba mencampurkan pati santan yang telah diperas dengan tepung beras lalu menambahkan sedikit garam agar gurihnya semakin terasa. “Untuk tiga bambu tepung, santannya diambil dari pati lima buah kelapa,” jelas perempuan paro baya itu. Ia terus mengaduk tepung dengan santan sampai menyatu dan tangannya terlihat berminyak.
Setelah adonan tepung dan santan menyatu,  giliran Po Rasyidah mencampurkan air masak yang telah didinginkan ke dalam adonan tadi. “Jangan terlalu encer, nanti apam-nya lembek,” terang tetanggaku itu.
 
Po Chen dan Kak Na yang sedari telah menyiapkan tempat memasak, kini terlihat sedang membersihkan neuleuk dengan garam. Garam diambil secukupnya dan digosok-gosokkan pada loyang dengan menggunakan sabut kelapa. Kemudian di atas batu bata yang kayunya telah dihidupkan api,neuleuk dipanaskan. Baru setelah itu, apam dimasak.
“Ini apam pertama untuk kamu. Biar nanti anakmu banyak,” canda Po Chen sambil menyerahkanapam pertamanya padaku. Saya pun melahapnya dengan nikmat sambil senyam-senyum. Kenapa makan apam pertama diasumsikan agar dapat banyak anak? Menurut mamak, ini sebagai analogi karena setelah apam pertama akan ada apamapam selanjutnya. Diharapkan, setelah lahir anak pertama, nanti akan lahir anak-anak selanjutnya.
 
Menurut Po Chen, apam yang bagus adalah apam yang berbentuk bulat layaknya bulan dengan pori-pori kecil di tengahnya dan permukaan bawahnya rata serta tidak hitam.  Saya jadi teringat dengan kisah yang dikemukakan Hurgronje (1985:250)  mengenani latar belakang pelaksanaan kenduri apamini. Menurut kisah, pernah ada seorang Aceh yang ingin mengetahui nasib orang di dalam kubur, terutama tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar-Nakir dan hukuman yang mereka jatuhkan.
Orang tersebut lalu berpura-pura mati lalu dikuburkan. Di dalam kubur, ia segera diperiksa oleh malaikat mengenai agama dan amalnya. Karena banyak kekurangan, maka orang tersebut dipukul dengan pentungan besi. Tetapi pukulan tersebut tidak dapat mengenainya, sebab ada sesuatu yang tidak dapat dilihatnya dengan jelas dalam kegelapan dan mempunyai bentuk seperti bulan seolah-olah melindunginya dari pukulan. Kemudian, ia berhasil keluar dari tempatnya yang sempit (kuburan) dan segera menemui anggota keluarganya dan terkejut melihatnya kembali. Ketika pengalaman ini diceritakan, diketahuilah bahwa sesuatu yang bulat seperti bulan dan menolongnya sewaktu dipukul di kubur adalah kue apam yang sedang dibuat oleh keluarganya. Maka dari itu, dalam tradisi masyarakat Aceh, apam juga dibuat jika ada orang meninggal.
 
Pemilihan tempat memasak apam di bawah rumah Aceh sangatlah tepat. Miyup moh yang lapang dan langsung berhadapan dengan sawah membuat panasnya api dari kayu-kayu untuk memasak apamtidak terasa karena ada angin sepoi-sepoi yang menyejukkan suasana. Hingga tanpa terasa puluhanapam pun seselai dibuat.
 
Mamak yang dari tadi di dalam rumah ternyata sedang menyiapkan kuah tuhe sebagai pendamping apam. Kuah tersebut dibuat dari santan kelapa yang patinya diambil untuk membuat adonan tepung. Di dalamnya terdapat potongan pisang raja, nangka, dan daun pandan nan wangi. Tak lupa, agar manis dan gurih kuah tersebut dicampur dengan gula dan sedikit garam.
 
Siang hari sebelum azan dzuhur menggema dari Meunasahapam selesai dibuat. Saya sudah tidak sabaran lagi menyantap. Piring-piring dan baskom berisi kuah tuhe sudah saya keluarkan dari dalam rumah ke bawah rumoh Aceh. Lalu saya bertugas meletakkan apam pada setiap piring dan merendamnya dengan kuah. “Apam itu baru enak dimakan kalau kuahnya sudah meresap,” ucap Po Chen.
Namun, sebelum kami menyantap apam nan lezat bersama kuahnya, beberapa apam dibagikan pada anak yatim dan tetangga yang tidak dapat hadir ke bawah rumoh Aceh. Itu namanya khanduri. Tujuannya adalah agar nikmatnya apam tidak hanya dirasakan oleh kami yang sedang berada di bawah rumoh Aceh, tetapi juga bagi mereka yang mungkin tidak pernah mencicipi lezatnya makanan khas Aceh itu. Orang-orang yang lewat di depan rumah untuk ke sawah pun turut dipanggil untuk menyantap Apam pidie ini.

 

Alamat Penjual:

Warung Pusaka Indatu Kuliner

Jl. Pelangi, Gampong Mulia, Banda Aceh

 
 

Sumber :

http://liza-fathia.com/tradisi-kenduri-apam-di-aceh-pidie/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline