Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta DKI JAKARTA
Angkri, Jagoan Tanjung Priok Yang Angkuh
- 20 Juni 2012
Alkisah, sekitar abad ke-19 Masehi, kawasan pelabuhan Batavia Lama atau kini dikenal dengan pelabuhan Tanjung Priok merupakan salah satu pusat keramaian di daerah Jakarta Utara. Setiap hari kapal-kapal pedagang dari dalam maupun luar daerah silih berganti berlabuh di pelabuhan tersebut untuk melakukan bongkar muat berbagai jenis barang dagangan seperti hasil bumi, barang pecah belah, kain sutra, dan sebagainya. Barang-barang dagangan tersebut kemudian disimpan di dalam gudang-gudang yang ada di kawasan pelabuhan Tanjung Priok.

Pada masa itu, pusat-pusat keramaian di Jakara Utara dikuasai oleh jagoan-jagoan silat. Pelabuhan Tanjung Priok sebagai salah satu pusat keramaian di daerah itu kebetulan dikuasai oleh seorang jagoan bernama Angkri dan dua orang pembantunya yaitu Bai dan Madun. Ke mana pun pergi, Angkri selalu mengenakan pakaian hitam-hitam, ikat kepala, gelang akar bahar di kedua lengannya, dan beberapa cincin batu akik yang besar bertengger di jari-jari tangannya. Selain itu, di pinggang Angkri dan anak buahnya juga selalu terselip golok yang amat tajam. Tidak mengherankan jika mereka amat ditakuti oleh penduduk sekitar, terutama mereka yang tinggal di sekitar pasar ikan.

Pada suatu siang, sebuah kapal besar sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal besar itu membawa barang dagangan berupa pecah belah dan kain sutra. Barang-barang dagangan tersebut diturunkan dari kapal dan kemudian disimpan di dalam gudang milik seorang opsinder Bloomekomp. Mengetahui hal itu, Angkri bersama kedua anak buahnya segera menyusun siasat secara diam-diam. Mereka bermaksud mencuri barang-barang dagangan tersebut. Sambil menunggu malam larut, mereka bermain kartu tidak jauh dari gudang yang akan menjadi sasarannya.

Ketika suasana di sekitar gudang mulai sepi, Angkri dan kedua anak buahnya segera bertindak. Dengan penuh kehati-hatian, mereka menjebol kunci pintu gudang itu dan menyelinap masuk ke dalam gudang. Bai dan Madun dengan cepat memasukkan sejumlah barang-barang pecah belah dan kain sutra ke dalam wadah yang mereka bawa. Sementara itu, Angkri berjaga-jaga di dekat pintu sambil mengawasi kalau-kalau ada orang yang memergoki mereka.

Setelah wadah mereka penuh dengan barang-barang berharga tersebut, Angkri dan kedua anak buahnya segera meninggalkan gudang itu. Mereka menyusuri lorong-lorong di sekitar rumah penduduk menuju ke arah barat Kota Intan.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali opsinder Bloomekomp hendak mengecek barang-barang dagangannya ke dalam gudang. Alangkah terkejutnya ia saat melihat kunci pintu gudangnya telah dirusak orang.
(...Hai, siapa yang telah merusak pintu gudangku?) gumamnya dengan perasaan cemas.

Begitu masuk ke dalam gudang, opsinder Bloomekomp menjadi marah dan geram karena sebagian barang dagangannya hilang. Ia pun segera melapor kepada kepala opas yang berjaga di kawasan pelabuhan tersebut. Mendengar laporan tersebut, kepala opas bersama anak buahnya segera melakukan penyelidikan. Dalam waktu tidak beberapa lama, mereka pun dapat mengetahui bahwa pelaku pencurian itu adalah Angkri dan kedua anak buahnya. Kepala opas kemudian menghubungi Bek Kasan (kepala kampung Kasan) dan tiga orang anggota keamanan untuk mencari tahu keberadaan ketiga pencuri tersebut.
(..Apakah kalian tahu ke mana biasanya Angkri dan kawan-kawannya pergi?..) tanya kepala opas kepada ketiga anggota keamanan tersebut.
(..Saya tahu, Pak,..) sahut salah seorang anggota keamanan, (..Kalau bukan ke Pasar Ikan, mereka biasanya ke Kampung Kapal Rusak..)
Mendengar keterangan itu, kepala opas, Bek Kasan serta ketiga anggota keamanan tersebut segera mencari Angkri dan kawan-kawannya di kedua tempat tersebut. Namun, Angkri dan kawan-kawannya tidak mereka temukan.

(..Ke mana lagi kita harus mencari mereka?..) tanya kepala opas bingung.

Bek Kasan dan ketiga anggota keamanan itu hanya diam karena mereka juga bingung. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari keterangan kepada warga sekitar dan usaha itu pun membuahkan hasil. Menurut keterangan beberapa warga bahwa Angkri dan kawan-kawannya sedang berada di sebelah barat Kota Intan, dekat laut menuju ke Kamal.

(..Wah, mereka pasti akan pergi ke Kamal membawa barang-barang curian itu,..) celetuk kepala opas.
(..Kalau begitu, sebaiknya kita langsung saja ke sana sebelum mereka meninggalkan Kota Intan,..) ujar Bek Kasan.

Meskipun hari sudah mulai gelap, kepala opas dan rombongannya terus melakukan pengejaran untuk menangkap Angkri dan kawan-kawannya. Sementara itu, Angkri dan kedua anak buahnya sedang memasuki rumah teman lama mereka yang bernama Pak Ocin. Kebetulan pada saat itu, Kasun bersama istrinya Mujenah sedang bertamu di rumah itu. Kasun adalah teman lama mereka juga. Angkri bermaksud menitipkan barang-barang curiannya kepada Pak Ocin.

(..Hai, Ocin!..) seru Angkri, (..Saya mau titip barang ini di rumahmu. Besok pagi saya akan kembali mengambilnya. Saya mau mencari kapal dulu...)
Mengetahui bungkusan yang dibawa oleh kedua anak buah Angkri itu berisi barang-barang curian, Pak Ocin menolak untuk dititipi bungkusan tersebut.
(..Tidak bisa, Kri,..) jawab Pak Ocin.(..Apa katamu, Cin?..) gertak Angkri.

Bai dan Madun pun mulai jengkel melihat sikap Pak Ocin. Karena itu, keduanya bermaksud mencabut golok mereka yang terselip di pinggang untuk menghajar Pak Ocin.

(..Sabar, Dun! Sabar, Bai! Jangan kalian lakukan itu. Bukankah kita semua adalah teman lama,..) ujar Kasun untuk menenangkan mereka.

Baru saja kata-kata itu keluar dari mulut Kasun, tiba-tiba sebuah tamparan keras dari Angkri mendarat di pelipis kanannya.

(..Rasakanlah itu bagianmu, Sun!..) seru Angkrik.

Merasa dilecehkan Kasun langsung naik pitam sehingga perkelahian pun tidak terelakkan. Dengan segala kemampuan yang dimiliki, Kasun berupaya untuk menghadapi Angkri dan kedua anak buahnya. Melihat perkelahian itu, istri Kasan berteriak meminta tolong. Para tetangga yang mendengar teriakan itu, tidak berani datang menolong karena mereka sudah tahu siapa pembuat keributan tersebut. Mereka lebih baik pura-pura tidak mengetahui peristiwa itu daripada memberi pertolongan. Salah-salah merekalah bisa kena bacokan golok tajam si Angkri.

Sementara itu, perkelahian antara Kasun dengan Angkri dan anak buahnya masih berlangsung seru. Namun, karena dikeroyok oleh tiga orang jagoan silat, Kasun akhirnya roboh dan mukanya babak belur sehingga tidak bisa lagi melanjutkan pertarungan. Angkri dan anak buahnya pun bergegas meninggalkan rumah Pak Ocin dengan membawa barang-barang curian mereka.

Tak berapa lama setelah peristiwa itu, kepala opas dan rombongannya pun tiba di rumah Pak Ocin.


(..Hai, Kasun. Siapa yang membuat wajahmu babak belur begitu?..) tanya Bek Kasan heran.

(Angkri dan anak buahnya, Bek Kasan,) sahut Pak Ocin.

(..Di mana mereka sekarang?..)tanya kepala opas sudah tidak sabar ingin menghajar mereka.

(..Mereka baru saja pergi. Kira-kira lima menit yang lalu,..) jawab Pak Ocin.

(..Baiklah, kalau begitu,..) kata kepala opas, (..Pak Ocin, tolong kamu obati luka Pak Kasun! Kami akan mengejar mereka...)
Tidak begitu sulit kepala opas dan rombongannya menemukan mereka karena Angkri dan anak buahnya sedang membawa bungkusan yang cukup berat.

(..Hai kalian, berhenti!..) teriak kepala opas saat melihat Angkri dan anak buahnya.

Angkri dan anak buahnya berusaha mempercepat larinya, namun rombongan kepala opas telah mencegatnya. Kepala opas dan tiga orang anggota keamanan segera meringkus Bai dan Madun yang sudah tidak berdaya karena kelelahan. Sementara itu, Bek Kasan menantang Angkri untuk berkelahi. Angkri pun menerima tantangan itu.

(..Hai, Bek Kasan. Ilmu silatmu tidak ada apa-apanya dengan ilmu silatku. Majulah kalau memang kamu berani menantangku!..) seru Angkri dengan angkuhnya.

Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Mulanya pertarungan itu berlangsung dengan tangan kosong. Namun, ketika mulai kewalahan menghindari serangan Bek Kasan yang datang bertubi-tubi, Angkri segera mencabut goloknya. Begitu ia hendak mengayunkan goloknya, tiba-tiba sebuah tendangan keras dari Bek Kasan mengenai tangannya. Golok yang ada di genggamannya pun terpental. Akhirnya, Angkri terpaksa kembali menggunakan tangan kosong sambil mengeluarkan jurus-jurus pamungkasnya. Dengan jurus pamungkas itu, ia berhasil mengenai tubuh Bek Kasan hingga jatuh terletang di atas sebuah batu besar. Angkri pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat, ia meloncat dan menghunjamkan kedua lututnya ke arah perut Bek Kasan. Tanpa diduga, ternyata Bek Kasan lebih cepat menggulingkan badannya ke arah kanan sehingga kedua lutut Angkri menghunjam batu besar itu. Tak ayal, kedua lututnya patah sehingga tidak mampu lagi berdiri.

Melihat Angkri tidak berdaya, Bek Kasan segera memegang kepala dan menarik rambut musuhnya itu dari belakang.

(...Ampun! Ampun, Bek Kasan! Saya mengaku kalah,..) teriak Angkri memohon ampun.

Akhirnya, Angkri si jagoan dari Tanjung Priok itu menyerah. Ia kemudian diborgol dan dibawa ke kantor opas di di Kota Intan untuk selanjutnya disidang. Berdasarkan keputusan hakim, Angkri dan kedua anak buahnya dihukum atas tuduhan mencuri barang milik opsinder Bloomekomp. Bai dan Madun dihukum penjara beberapa tahun, sedangkan Angkri sebagai kepala perampok mendapat hukuman gantung. Sejak itu, kawasan pelabuhan Tanjung Priok menjadi aman. Para pedagang maupun nelayan dapat melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka tanpa dihantui perasaan takut mendapat gangguan dari Angkri dan anak buahnya.

Demikian cerita Angkri, Jagoan Tanjung Priok yang Angkuh dari DKI Jakarta. Pesan moral yang dipetik dari cerita di atas adalah orang yang angkuh karena ketinggian ilmunya pada akhirnya binasa juga. Demikian pula Angkri yang angkuh karena merasa ilmunya paling sakti pada akhirnya menyerah menghadapi Bek Kasan. Akibat perbuatannya, ia pun dijatuhi hukuman gantung.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline