|
|
|
|
Analisis Komponen Frekuensi Dari Angklung Pentatonis Tanggal 05 Jan 2012 oleh anugrah sabdono sudarsono. Revisi 2 oleh Budaya Indonesia pada 11 Aug 2012. |
Pendahuluan
Angklung adalah alat musik tradisional yang dapat berkembang mengikuti perkembangan musik modern. Perkembangan alat musik ini bahkan sudah mendapatkan pengakuan dunia dengan dideklarasikannya angklung sebagai "world heritage" oleh UNESCO. Perkembangan angklung tidak diikuti oleh penelitian yang cukup sehingga penelitian pada alat musik ini perlu dilakukan terutama dalam menentukan karakterisitik akustik dari musik angklung.
Karakteristik akustik dari suatu musik dapat dibedakan menjadi karakter akustik yang bersifat objektif dan subjektif. Pada saat ini karakter akustik dari musik angklung belum diketahui secara lengkap sehingga dirasakan perlu diadakan penelitian tentang karakteristik musik angklung. Dengan diketahuinya parameter akustik tersebut nantinya akan menambah kekayaan budaya Indonesia, membantu seniman dalam menciptakan karya baru berdasarkan karakter musik angklung yang paling optimum dan dapat dibuat disain gedung konser yang didedikasikan untuk musik angklung.Penelitian pada angklung sebelumnya pernah dilakukan oleh Mohd Ridzuwary dkk [1]. Mereka menganalisis komponen frekuensi dari angklung diatonis. pada penelitian kali ini dicoba untuk meneliti komponen frekuensi dari angklung pentatonis
Alat Musik Angklung
Angklung adalah alat musik dari Jawa Barat yang terdiri dari dua buah tabung yang terbuat dari bambu yang diikat pada rangka bambu seperti terlihat pada Gambar 1. Kedua tabung tersebut memiliki perbedaan nada satu oktaf dan nada dasar dari angklung ditentukan oleh nada tabung besar. Suara dari angklung disebabkan oleh benturan bagian bawah tabung bambu dengan tabung dasar angklung. Getaran tersebut kemudian diperkuat oleh resonator yang terdapat pada angklung tersebut. Angklung dimainkan dengan tiga cara yaitu dengan cara digetarkan (kurulung), dipukul (centok), dan ditutup tabung yang kecil (tengkep). Ketiga cara memainkan angklung tersebut memberikan efek suara yang berbeda. Permainan angklung dengan cara digetarkan akan memberikan efek seperti gesekan biola. Permainan angklung dengan cara dipukul akan memberikan efek suara seperti permainan biola yang dimainkan dengan cara stakato. Permainan angklung dengan cara menutup tabung yang kecil akan memberikan efek suara yang halus.
Gambar 1 Bagian-Bagian Dari Angklung
Pada awalnya angklung adalah alat musik yang bernada pentatonis (memiliki lima nada utama dalam satu oktaf) seperti alat musik Jawa Barat kebanyakan. Pada awalnya angklung digunakan dalam upacara adat terutama upacara yang berhubungan dengan panen padi. Pada tahun 1938 seorang seniman bernama Daeng Soetigna mengubah penalaan angklung dengan tangga nada diatonis sehingga mampu memainkan berbagai macam lagu termasuk lagu internasional. Pada saat ini angklung memiliki rentang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari C2 sampai F7. [ 2 ]
Angklung dimainkan oleh sekelompok orang dan setiap orang memegang 3-7 angklung. Setiap orang memegang angklung dengan nada yang berbeda. Satu tim angklung biasanya terdiri dari sekitar 30 orang dan dipimpin oleh seorang konduktor. Musik angklung memiliki keunikan karena satu angklung hanya dapat membunyikan satu nada sehingga untuk memainkan suatu komposisi musik dibutuhkan banyak angklung dan orang seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Tim Angklung Yang Sedang Memainkan Musik
Angklung Pentatonis
Angklung Pentatonis adalah angklung yang menggunakan 5 nada. Nada tersebut merupakan adaptasi dari gamelan sunda.[3] Sistem penamaan nada pada musik sunda biasa dikenal dengan sistem damina seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan sistem penamaan nada pada musik sunda. Laras Damina diperkenalkan oleh R. Mahyar Angga Kusumahdinata pada tahun 1925 untuk mempermudah dalam pengajaran. Pada musik sunda terdapat perbedaan penamaan angka. Semakin besar angka maka frekuensi akan menurun dan ini merupakan kebalikan dari musik lainnya.
Tabel 1 Sistem Penamaan Nada Pada Musik Sunda
Nama Laras Kuno | Angka | Nama Laras Damina |
---|---|---|
Barang/tugu | 1 | Da |
Kenong/loloran | 2 | Mi |
Panelu | 3 | Na |
Galimer | 4 | Ti |
Singgul | 5 | La |
.
Dalam sistem nada pentatonis sunda terdapat 4 macam tangga nada /laras yang digunakan yaitu laras salendro, pelog, degung dan madenda.
Laras Salendro
Laras salendro juga dikenal dalam musik jawa dan terdapat perbedaan pada laras salendro pada musik sunda. Pada musik jawa terdapat perbedaan jarak antar dari setiap nada pada satu oktaf dan pada musik sunda laras salendro memiliki jarak antar nada yang sama. Laras salendro dengan jarak antar nada yang berbeda dikenal dengan istilah "Bedantara" dan untuk laras dengan jarak antar nada yang sama dikenal dengan istilah "Samantara"
Laras Pelog
Laras pelog adalah laras yang paling sering digunakan pada musik sunda. Terdapat tiga macam laras Pelog yang dikenal yaitu Laras Pelog Pancanada, Saptanada dan Nawanada.
Laras Madenda
Laras madenda adalah laras yang digunakan untuk memainkan lagu yang berkarakter sedih.
Laras Degung
Laras degung adalah laras yang dikembangkan dari laras pelog pada jaman bupati. Laras ini adalah laras pelog dengan nada dasar yang diturunkan untuk memenuhi kebutuhan penyanyi. Nada pada laras pelog dianggap terlalu tinggi untuk dinyanyikan. [4]
Peralatan Yang Digunakan
Pada penelitian ini digunakan beberapa peralatan untuk mengambil data suara dari angklung, perubahan posisi angklung dan tabung angklung, persebaran suara dari angklung, rekaman suara musik angklung, dan pengambilan data EEG. Untuk perekaman suara angklung digunakan peralatan-peralatan :
· Mikrofon Pengukuran BSWA
· Sound Card BSWA
· Notebook dengan Sistem Operasi Windows Vista dengan perangkat lunak Adobe Audition 1.5
Perekaman Suara Angklung
Perekaman suara angklung dilakukan di ruang semi anechoic Teknik Fisika ITB. Perekaman dilakukan terhadap 29 buah angklung dan 3 set gambang bambu yang memiliki range 2 oktaf. Perekaman suara gambang bambu dilakukan untuk memperbanyak data karena angklung yang dapat diukur untuk eksperimen ini dirasakan kurang banyak. Skema alat yang digunakan pada pengukuran ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Skema Perekaman Suara Angklung
Suara direkam dengan perangkat lunak Adobe Audition 1.5 dengan frekuensi sampling 48000 Hz dan dengan resolusi 16 bit. Suara direkam selama masing-masing 10 detik untuk tiga kondisi permainan berbeda yaitu digetarkan dengan dua tabung bergetar, hanya tabung besar saja yang bergetar dan hanya tabung kecil saja yang bergetar. Dari hasil rekaman tersebut dilakukan analisis frekuensi dasar, interval antar nada, frekuensi harmonik dan inharmonik dari angklung.
Analisis Frekuensi dari Suara Angklung
Analisis pitch dilakukan dengan menggunakan fungsi Show Frequency Analysis pada Adobe Audition 1.5 seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Analisis frekuensi dilakukan dengan FFT size 2048 dan dengan penggunaan window Blackman-Harris.Window ini dipilih karena memiliki sidelobe yang paling kecil dibandingkan dengan window yang lain sehingga lebih mudah diamati walaupun dengan presisi yang kurang baik.
Gambar 4 Show Frequency Analysis menu pada Adobe Audition 1.5
Dari menu ini didapatkan data nilai frekuensi fundamental dari tiap sinyal suara angklung, nada pada skala diatonis beserta pergeseran nadanya dengan skala cent, data spektrum sinyal suara. Dari data frekuensi fundamental diamati jarak antar setiap nada pada setiap tangga nada dan dari data nada pada skala diatonis dapat diamati sejauh mana nada pada angklung pentatonis bergeser dari skala diatonis. Contoh data tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data Frekuensi Fundamental dan Nada Pada Skala Diatonis
nada | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
---|---|---|---|---|---|
laras | degung | degung | degung | degung | degung |
frekuensi fundamental (Hz) | 1583.2 | 1496.7 | 1185.5 | 1050.9 | 990.62 |
nada diatonis | G6 | F#6 | D6 | C6 | B5 |
cent | 16 | 19 | 15 | 7 | 4 |
.
Selain data frekuensi fundamental diambil juga data spektrum dari sinyal suara angklung untuk diamati timbre dari alat musik tersebut. Dari data spektrum tersebut dilakukan analisis terhadap seluruh puncak sinyal setelah frekuensi dasarnya untuk mengetahui karakter suara dari angklung.
Frekuensi Dasar dari Alat Musik Angklung Pentatonis
Terdapat 4 macam laras yang dianalisis dari alat musik angklung yaitu laras salendro, laras pelog dan laras medenda. Dari ketiga laras tersebut pada umumnya terdapat pergeseran frekuensi saat skala nada tersebut ditunjukkan pada skala diatonis. Contoh frekuensi dan nada dari laras tersebut pada skala diatonis ditunjukkan pada Tabel 3. Dari tabel 3 juga dapat diketahui bahwa terdapat beberapa nada yang beririsan dari laras yang berbeda seperti nada da (1) pada laras salendro sebenarnya sama dengan nada mi (2) pada laras pelog. Contoh lain adalah nada la (5) pada laras pelog sebenarnya sama dengan nada mi (2) pada laras madenda.
Tabel 3. Nada pada skala pentatonis, frekuensi dan perbandingan dengan nada diatonis
Nada
Laras
frekuensi (Hz)
nada diatonis
cent
1
Salendro
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |