Walaupun Indonesia bukan merupakan negara islam, akan tetapi mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim. Tapi ada suatu aliran islam yg mungkin belum banyak diketahui oleh orang yaitu aliran Islam Kejawen yang merupakan campuran antara Budaya Jawa, dan Islam. Mbah saya, yang merupakan warga asli pati mempraktekan aliran ini di dalam kehidupan sehari-hari. ketika beliau meninggal, ayah saya diwariskan ilmu beserta buku yang berkaitan dengan aliran tersebut. Namun ayah saya lebih banyak mengambil Islam yg murni beserta Al Quran dan Hadist dan membuang sebagain besar Kejawennya.Pengikut Islam kejawen di Pati sudah semakin sedikit walaupun tetap ada. Mereka mengakui adanya Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah namun tidak melaksanakan Sholat lima waktu. Sholatnya berupa samadi, mirip zikir dalam Islam. Dan puasanya berupa puasa topo broto mirip bertapa yg hanya makan tumbuhan yg terpendam (kacang tanah, ketela pohon). Tumbuhan menggantung (buah pisang, mangga dan pepaya). Buah yg berserakan ( buah timun, semangka) dan tidak boleh makan nasi selama 12 hari. Masing masing itu merupakan simbol kehidupan. Buah terpendam itu simbol bahwa manusia itu akan mati, mengingatkan akan sebuah kematian dan fakta bahwa hidup hanyalah sebentar. Buah tergantung melambangkan dunia atas. Bahwa bumi ini ada yg mengatur yaitu Gusti Allah. Buah berserakan merupakan simbol dunia tengah dimana kita berada. Makna dari itu semua adalah bahwa manusia harus selalu ingat kematian dan kejadian-kejadian duniawi adalah kehendak Allah. Selain perbedaan beribadah, Islam kejawen juga mempunyai perbedaan dalam pemahamannya. Dalam Islam kejawen, asal selalu berbuat baik sesuai dengan aturannya akan selamat dunia akherat, berbeda dengan Islam biasa dimana pengikutnya harus mengikuti 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam dan kelak akam menghadapi siksa kubur dan hisab pengadilan hari akhir dimana akan ditimbang amal baik atau amal buruk. Jika lebih banyak amal baik maka buku catatannya akan diberikan dengan tangan kanan dan secara lancar dapat meniti jembatan sirrothal mustaqim. Sebaliknya bagi yang jelek amal timbangannya maka buku catatannya akan diberikan Malaikat menggunakan tangan kiri dan dengan tegang meniti jembatan sirothal mustaqim karena hampir mustahil selamat dari kilatan api neraka. Karena dibawah jembatan sirathol mustaqim itu adalah api neraka yg membara. Jembatan itu lebarnya ibarat rambut dibelah tujuh. Jika baik dan banyak amalnya maka jembatan itu seperti tol jagorawi yg lebar dan mulus.
#OSKM2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.