Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawabagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi.
Angklung ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia (The Intangible Heritage) oleh UNESCO. Penetapan alat musik angklung ini menyusul Wayang, Keris, dan Batik yang telah terlebih dulu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia.Pengukuhan angklung sebagai warisan budaya dunia dilakukan oleh UNESCO hari ini, Kamis, 18 Nopember 2010 di Nairobi, Kenya. Angklung ditetapkan sebagai “Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity” (Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia).
Angklung selalu menarik untuk diteliti dari berbagai bidang, salah satunya adalah pada bidang Psikologi.Angklung diyakini memiliki karakteristik-karakteristik unik yang membuatnya mampu mengikuti arus globalisasi dan modernisasi.Karakteristik tersebut diutarakan oleh Daeng Soetigna dengan sebutan 5M, yaitu mudah, murah, menarik, mendidik dan massal. Dengan karakter angklung tersebut, angklung menonjol dalam pembangunan karakter seperti kerja sama, gotong royong, disiplin, kecermatan, ketangkasan, tanggung jawab, dan lain-lain. Kemudian hal tersebut meningkat pada membangkitkan perhatian terhadap musik, mengembangkan musikalitas, rasa ritmik, rasa melodi, rasa harmoni, dan lain-lain (Burda T.). Angklung dapat dimainkan siapa saja dari semua kalangan dan usia, sehingga tidak membutuhkan keterampilan khusus apapun di bidang musik.
Satu buah angklung hanya menghasilkan satu nada, sehingga bila memainkan suatu lagu haruslah menggunakan banyak angklung yang akhirnya akan melibatkan banyak sumber daya manusia pula. Terlibatnya banyak orang dalam memainkan sebuah lagu, mendidik mereka akan pentingnya kerjasama antaranggota kelompok. Karena hal ini pula yang menjadikan setiap individu memiliki peran yang signifikan walaupun seseorang hanya memainkan satu nada dan berperan dengan kadar yang berbeda dalam lagu. Apabila ada satu orang tidak hadir maka akan menghambat proses latihan karena nada yang tidak lengkap sehingga tidak menghasilkan harmoni yang utuh pada lagu yang dimainkan. Untuk itu, ketika bermain angklung setiap orang dituntut untuk mau bekerja sama dengan orang lain untuk menghasilkan sebuah lagu dan akhirnya menampilkannya secara bersama-sama pula. Pada penampilannya, baik buruknya penampilan di mata penonton tidak dipandang sebagai hasil individual, tetapi hasil kelompok yang merupakan gabungan dari peran setiap orang.
Dengan tuntutan tersebut, berlatih angklung ini dapat menjadi sarana yang baik untuk mengembangkan proses perkembangan tim sehingga dapat menjadi sebuah tim yang efektif. Efektivitas tim merupakan hal yang sangat penting agar suatu tim dapat bertahan. Efektivitas tim mengacu pada bagaimana suatu tim mempengaruhi suatu organisasi, individu anggota tim, dan eksistensi tim (R.A. Guzzo dan M. W. Dickson). Efektivitas tim yaitu keadaan dimana suatu tim berhasil mencapai tujuannya, memenuhi kebutuhan dan tujuan anggotanya, dan dapat bertahan seiring berjalannya waktu. Menurut D. W. Johnson (1989), tim yang efektif mempunyai tiga inti kegiatan (1) pencapaian tujuan, (2) mempertahankan hubungan kerja yang baik antaranggota, (3) berkembang dan beradaptasi dalam perubahan situasi untuk memperbaiki efektivitas. Dimensi-dimensi efektivitas kelompok ini adalah Understanding, relevance, and commitment to goals (pemahaman, relevansi, dan komitmen mencapai tujuan), Communication of ideas and feelings (komunikasi akan ide dan perasaan), active participation and distribution of leadership (partisipasi aktif dan persebaran kepemimpinan), flexible use of decision making procedures (prosedur pengambilan keputusan yang fleksibel), encouragement and constructive management of conflicts (dorongan dan manajemen konflik konstruktif), equality of power and influence (kesamaan kekuatan dan pengaruh), high group cohesion (kohesivitas kelompok yang tinggi), high problem solving strategies (strategi pemecahan masalah yang tinggi), high interpersonal effectiveness (efektivitas interpersonal yang tinggi).
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja