|
|
|
|
Aji Pao dan Asal Muasal Kota Bontang. Tanggal 09 Aug 2018 oleh Oskm18_16318273_hartono . |
Mohon bantuannya agar dapat menyempurnakan artikel ini.
----------
Menurut cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut, terdapat seorang kerabat Sultan Kutai yang bernama Aji Pao. Salah satu versi cerita adalah sebagai berikut:
Aji Pao dengan semangat dan tekad bersama orang-orang kepercayaannya berkelana mencari tempat baru untuk bermukim, berburu, dan bertani. Sampailah Aji Pao daerah sungai yang konon dijaga oleh 3 makhluk yang bergelar 'Sang". Salah satu anak sungai Api-api dijaga oleh Sang Attak, dimana daerah tersebut sekarang disebut Sangatta. Satu anak sungai yang lain dijaga oleh Sang Kima sehingga daerah tersebut sekarang disebut Sangkimah. Yang ketiga adalah Sang Antan yang juga menjaga salah satu anak sungai, sehingga daerah tersebut sekarang disebut Santan.
Aji Pao meminta kepada ketiga Sang daerah untuk bermukim, bertani, berburu, dan mengolah hasil hutan. Permintaan ini dikabulkan. Bahkan oleh ketiga Sang, Aji Pao beserta orang-orangnya dijanjikan keamanannya. Daerah yang diberikan kepada Aji Pao ternyata berlimpah. Daerah beraliran sungai tersebut subur sehingga hasil panen baik kualitasnya. Daerah tersebut juga kaya akan buruan dan binatang laut. Diperkirakan mulai pada tahun 1826, pada masa pemerintahan Sultan Kutai ke-16 Sultan Aji Muhammad Salehuddin banyak keluarga beserta kerabat Aji Pao dan pengikutnya berpindah ke daerah tersebut. Aji Pao menjadi petinggi kampung pada daerah ini.
Ada kekosongan besar pada bagian ini, diduga karena masyarakat masih kurang literatur dan melek hurufnya. Tidak jelas kelanjutannya setelah Aji Pao. Meskipun begitu, kampung ini berkembang, yang pada suatu saat memulai sistem pasar. Masyarakat menawarkan hasil laut, pertanian, hutan, dan buruan ganti keperluan rumah tangga, peralatan, gula, garam, tembakau, dan sebagainya. Dengan sistem pasar, kampung ini semakin lama semakin maju.
Pada tahun 1900an, masyarakat dari beberapa suku Sulawesi mulai datang, seperti Bugis, Mamuju, dan Bajau. Dari selatan turut juga datang orang Melayu-Banjar. Dengan kedatangan ini, terjadilah percampuran darah antara pendatang dengan penduduk Kutai setempat. Selain darah, bahasa juga turut bercampur, memunculkan suatu 'dialek' Melayu Bontang.
Dikatakan, dengan datangnya pedagang Tiongkok muncullah kebiasaan 'Ambil dulu bayar nanti'. Dengan kebiasaan ini para pedagang Tiongkok ini menulis bon-bon bagi setiap pelanggan yang mengambil barang. Namun, terjadilah bagi beberapa orang ketidakmampuan melunasi bon. Tidak lunasnya bon ini menjadi utang. Apalagi bila laut sedang buruk, atau hasil hutan dan bertani nilainya tidak cukup, banyaklah bon yang menumpuk menjadi utang. Dari sinilah muncul slang semacam "Tidak bisa bayar, bon jadi hutang, bontang". Panggilan Bontang pun mulai digunakan untuk menyebut daerah beraliran sungai ini.
Ada versi lain yang ceritanya sebagai berikut:
Terdapat sekelompok masyarakat yang berasal dari berbagai suku berdiam di suatu pesisir pantai. Berbagai suku ini lama kelamaan berakulturasi, melebur. Melihat ini, Aji Pao, seorang bangsawan dari Kutai yang tinggal di daerah ini menyebut daerah ini Bontang. '
Bon ' atau 'bond' yang berarti perkumpulan/gabungan, dan '-tang' dari 'pendatang.Bahasa yang dipakai sebagai penghubung adalah Bahasa Melayu (yang juga merupakan lingua franca di berbagai daerah Nusantara). Bahasa Melayu yang dipakai di pemukiman pesisir ini saling dipengaruhi oleh kelompok masyarakat berbagai suku yang diam disini. Bahasa Melayu 'dialek' Bontang ini berinduk-bahasakan Melayu Kutai dengan pengaruh logat Bugis.
Referensi:
https://irfanmath.wordpress.com/2016/03/07/mengapa-dinamakan-sangatta/ diakses pada 9 Agustus 2018 19:17 WIB
http://www.klikbontang.com/berita-13539-dua-versi-asal-mula-kota-bontang.html/ diakses pada 9 Agustus 2018 19:35 WIB
http://www.bontangkota.go.id/sejarah-bontang/ diakses pada 9 Agustus 2018 19:43 WIB
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |