|
|
|
|
Lebaran Ketupat Tanggal 09 Aug 2018 oleh OSKM2018_16018239_Justisia Queenada Raudhatul Adelia Sutopo. |
Ketupat, seolah menjadi hidangan wajib di momen Hari Raya Idul Fitri. Bahkan, bersama beduk, ketupat menjadi ikon lebaran. Kehadirannya ternyata tak hanya sekedar pendamping bagi opor ayam atau pun kuliner berkuah santan lainnya. Ketupat ternyata juga memiliki filosofi tersendiri.
Tradisi kupatan saat lebaran, ternyata dipopulerkan dalam masyarakat Muslim oleh Sunan Kalijaga. Dengan tujuan untuk mempererat kebersamaan dan menjalin tali silaturrahmi, ketupat diperkenalkan sebagai simbol yang menyimpan filosofi yang dalam tentang ajaran Islam.
Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua kali lebaran, yaitu lebaran Idul Fitri 1 Syawal dan Lebaran Ketupat. Lebaran ketupat ini yang biasa dikenal dengan tradisi kupatan. Tradisi ini digelar pada hari ketujuh bulan Syawal setelah menjalankan puasa sunah tujuh hari yang dimulai pada tanggal 2 Syawal. Tradisi kupatan ini berlaku hanya di beberapa daerah di Pulau Jawa yang merupakan daerah penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga, termasuk Malang.
Ketupat yang dikenal dengan sebutan kupat dalam bahasa Jawa menyimpan makna khusus, karena kata tersebut merupakan singkatan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat berarti mengakui kesalahan, dan laku papat memiliki arti empat tindakan.
Mengakui kesalahan (ngaku lepat) ditandai dengan tradisi sungkeman, yakni bersimpuh di depan orang tua sambil memohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Tradisi ini sendiri sebenarnya mengajarkan tentang penghormatan kepada orang tua, sikap rendah hati, dan tentang keikhlasan. Sedangkan, laku papat (empat tindakan) terdiri dari lebaran, luberan, leburan dan laburan yang harus dilakukan di hari yang fitri.
Lebaran berasal dari kata lebar, yang bermakna pintu pengampunan bagi kesalahan kita telah terbuka lebar. Lebaran juga memiliki makna usai, yang menandakan berakhirnya bulan Ramadan.
Luberan yang memiliki arti melimpah, menjadi simbol ajaran sedekah. Hal ini mengingatkan umat Muslim agar tak melupakan salah satu kewajibannya menjelang Idul Fitri, yakni membayar zakat fitrah. Zakat fitrah ini sendiri sebagai salah satu kesempatan bagi kita untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan.
Leburan, berarti habis atau terlebur. Kata ini mengingatkan kita bahwa perayaan Idul Fitri adalah kesempatan di mana manusia kembali menjadi fitrah. Pada momen ini semua umat Muslim akan saling memohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan satu sama lain. Jabat tangan antar manusia ini diyakini akan meleburkan segala dosa yang dilakukan kepada sesama, sekaligus membuka pintu maaf bagi orang lain dengan ikhlas.
Yang terakhir adalah istilah laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur yang dimaksud di sini adalah zat yang biasanya digunakan untuk menjernihkan air atau untuk memutihkan dinding. Kata ini menyimpan makna bahwa manusia seharusnya selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |