|
|
|
|
Ageman Putri Jawi keraton Surakarta #DaftarSB19 Tanggal 16 Feb 2019 oleh Iinzubaidah . |
Ageman Putri Jawi keraton Surakarta
Sejarah gaya pakaian atau busana di keraton Surakarta
Perjanjian Gianti pada tanggal 13 Februari 1755 membuat keraton Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Dalam perjanjian tersebut bukan hanya sebatas pembagian wilayah kekuasaan saja, melainkan semua isi keraton pun juga ikut dibagi termasuk busana. khusus busana Surakarta diminta oleh Hamengkubuwono I dan digunakan oleh Hamengkubuwono I sebagai busana Karaton Yogyakarta sampai sekarang. Kemudian untuk busana Keraton Surakarta dirancang kembali oleh Pakubuwono III yang hingga sampai saat ini masih digunakan.
Ageman Putri Jawi keraton Surakarta
Busana tradisional Jawa yang dikenakan oleh para putri keraton Surakarta selalu mencerminkan kedudukan seorang putri keraton. Seorang putri keraton mengisyaratkan adanya makna keibuan, keanggunan, kelembutan, kesopanan, dan lain-lain. Maka rancangan dari busananya pun dibuat sedemikian rupa hingga dapat mencerminkan sosok seorang putri keraton yang anggun, lembut, sopan dan lain-lain. Seperti sistem feodal lainya, busana putri Keraton Surakarta dibuat sesuai dengan kedudukan atau pangkat pemakainya.
Adapun kelengkapan busana putri Keraton Surakarta seperti, sanggul, kebayak, semeken, setagen, Januran/Slepe, kain panjang (sinjang dan dhodhotan) dan celena. Pemakaian kelengkapan busana tersebut disesuaikan dengan umur dan pangkat dan keperluanya. Maka dari itu di Keraton Surakarta terdapat berberapa jenis atau model busana putri keraton, seperti di bawah ini:
Dodot Ageng Ngumbar Kunca, pakaian ini digunakan oleh pitri raja yang sudah menginjak usia dewasa.
Bedhaya Dhodhot Klembrehan, yaitu pakaian yang dipakai oleh abdi dalem estri (perempuan) yang mempunyai kedudukan tinggi di keraton dan yang membawa harta raja.
Kebaya Cekak, yaitu busana yang digunakan oleh putri raja yang telah dewasa saat menerima tamu.
Kebaya Panjang, yaitu pakaian yang digunakan oleh putri raja saat menghadiri pisowanan ageng di keraton. Pisowanan adalah sebuah tradisi dalam kerajaan-kerajaan Jawa, di mana bawahan-bawahan raja datang ke istana untuk melaporkan perkembangan daerah-daerah yang dikuasainya.
Pinjung Kencong, busana ini dipakai oleh puttri raja yang telah menginjak dewasa atau telah menstruasi. Rincian busana, yaitu: kain jarik wiron, udhet gendala wiri, janur slepe, gelung/ukel bangun tulak, cunduk jungkat wulan tumanggal, dan kalung sempyok.
Sabuk Wala, yaitu busana yang dikenakan oleh putri keraton yang berusia 8-9 tahun. Rincian busana, yaitu: jarik, slepe, ukel, cunduk jungkat, dan aksesoris lainnya.
Sumber : http://id.m.wiwipedia.org http://www.google.com/amp/s/keratonsurakarta.wordpers.com Tim solosocieteit "Ngadi Busana Keraton" pdf.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |