Pada sebagian sub suku Dayak, mengenal yang namanya bersunat. Bersunat bagi sebagian Masyarakat Dayak bukan hanya untuk kesehatan, tapi juga merupakan Adat yg mempunyai ritual tertentu.
Pada masyarakat Dayak Ketungau Sesat di Sekadau (Kalimantan Barat), jaman dulu jika seseorang belum Besepie’ (bersunat) maka ia tidak boleh menduduki jabatan dalam masyarakat, sulit dapat jodoh bahkan hidupnya dikucilkan. Pada masa kini menurut kepercayaan mereka orang yg tidak Besepie’ tidak mempunyai harga diri dan dianggap belum dewasa.
Besepie’ biasanya dilakukan jika anak lelaki berumur 10-15 tahun. Besepie’ dipimpin oleh seorang Manangg Sepie’ (pemimpin upacara adat Besepie’). Dan memasang sepie’ biasanya dilakukan pagi hari.
Tata Cara Upacara adat Besepie’ (Bersunat) di Dayak Ketungau Sesat, Kalimantan Barat :
Pantangan dalam adat Besepie’ adalah pada saat disepit perempuan yang belum menikah dilarang melihat orang memasang sepit. Dan bagi yang Besepie’ dilarang makan-makanan yang berlemak. Masa Besepie’ usai jika ujung kulit batang zakar telah putus dan terbelah dua.Menurut kepercayaan Dayak Ketungau Sesat, Sepit harus dibuang dengan tangan kiri. jika Sepit dibuang jauh, maka yang bersangkutan akan mendapatkan jodoh orang jauh. Dan jika dekat akan mendapat jodoh di sekitar Kampung.
Menurut Bapak Hermanto Djuleng , Tradisi bersunat terdapat/dikenal juga pada Dayak Banyuke, yang disebut Babalak. Pada Dayak Banyuke , Gawai Dayak yang paling ramai dan menghabiskan biaya yang besar adalah Gawai Babalak (Bersunat) ini. Karena jika Gawai Panen hanya mengundang satu atau dua kampung yang terdekat, maka jika melakukan Adat Babalak (Bersunat) harus dan wajib untuk mengundang seluruh kampung yang Ada dan kenal dengan orang tua pihak yang di sunat. Mungkin akan saya tulis dilain kesempatan.
Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/02/26/adat-besepie-bersunat-dayak-ketungau-sesat-kalimantan-barat/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang