Kerajaan Mori merupakan suatu kerajaan yang terdapat di wilayah Sulawesi Tengah dan diperintah pada suatu masa oleh seorang raja yang dikenal dengan sebutan 'Mokole Marunduh' (Datu'ri tana Mokole Marunduh). Sama seperti kerajaan- kerajaan lain di Indonesia, kerajaan ini juga dibentuk dan diberikan pengabsahannya berdasarkan kisah-kisah lokal dari memori kolektif masyarakat yang bercorak legenda.
- “Jika keadaannya terus begini, warga tidak akan pernah hidup tenang. Kita harus mencari jalan keluar,” ujar salah satu Mokolempalili.
- “Saya setuju. Tapi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Mokolempalili yang kedua.
- “Sebaiknya permasalahan ini kita sampaikan kepada Ratu Palopo. Barangkali dia dapat membantu,” ujar Mokolempalili yang ketiga.
- “Ampun, Baginda Ratu. Maksud kedatangan hamba ke mari adalah untuk meminta bantuan,” lapor Tande Rumba-Rumba.
- “Apa yang bisa aku bantu untuk kalian?” tanya sang Ratu.
- “Baiklah, kalian boleh membawa saudaraku, Sungkawang, Sungkawawo, dan Pileweti ke Tanah Mori. Sekiranya berkenan, angkatlah mereka menjadi raja di negeri kalian,” ujar Ratu Palopo.
- “Terima kasih, Baginda. Kami berharap semoga salah seorang dari saudara Baginda dapat mempersatukan para mokole sehingga perdamaian akan terwujud di Tanah Mori,” sahut Rarahake dengan perasaan gembira.
- “Meiki-meiko… meiko-meiki…!!!”
- “Hai, tahukah kalian arti kicauan burung itu?” tanya Tande Rumba-Rumba.
- “Iya, kami tahu. Kicauan burung itu menyebut nama tempat ini,” jawab Rarahaka.
- “Yaku tojomo (saya sudah lelah),” gumamnya.
- 1580 – 1620 : Mokole Marunduh
- 1620 – 1670 : …… Marunduh
- 1670 – 1730 : Anamba Marundoh V
- 1730 – ……. : Marundoh VI (Sungkawano II)
- …… – ……. : Mohi Marunduh VII
- …… – ……. : Ngarindi Marunduh VIII
- …… – 1840 : Lawolio Marunduh IX
- 1840 – 1870 : Makole Tosaleko Marunduh X
- 1870 – 17 Aug 1907 : Makole Datu ri Tana Marunduh XI
- 1907 – 1928 : Kamasi Ede Marunduh XII
- 1928 – 1942 : Owolu Marunduh XIII
- 1942 – 1945 : Besau Marunduh XIV
- 1945 – 1949 : Owolu Marunduh XIII
- 1949 – 1950 : Pirau Marunduh
- 1950 – 1957 : Mainda Rumampuo Marunduh XV
Sampai saat ini ada beberapa bagian dari alur sejarah yang masih belum terkuak, mungkin jika kita membaca buku yang ditulis oleh Edward L, Poelinggomang tentang Kerajaan Mori – Sejarah dari Sulawesi Tengah akan lebih detail alur sejarahnya.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja