Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Timur Berau
ADAT MENGAYAU GUNUNG TABUR
- 25 Juli 2018

Di Berau terdapat Kesultanan Gunung Tabur, sebelum menjadi kesultanan masyrakat asli disana adalah Suku Dayak dengan mengamalkan budaya Dayak seperti mengayau. Kesultanan Gunun Tabur baru berdiri sekitar tahun 1800an setelah banyak masyarakatnya memeluk Islam. Kali ini folks kita akan membahas budaya mengayau dan ERAU CANCUT HITAM bagi laki-laki Dayak di daerah Gunung Tabur ini. Masyrakat Dayak yang ada di Berau adalah Suku Dayak Bulungan, Duku Dayak Kelay, Suku Dayak Sambaliung, Suku Dayak Gunung Tabur dan lain sebagainya.

Hampir semua sub Suku Dayak pada masa lalu melakukan budaya pengayauan atau head hunting, dan setiap sub suku memiliki alasan-alasan tersendiri kenapa mereka perlu mendapatkan kepala manusia. Masyarakat Dayak di Gunung Tabur pada masa lalu menganggap seorang laki-laki telah dewasa jika ia berhasil membawa kepala atau setidaknya ikut dalam ekspedisi perburuan kepala manusia. Jika sang laki-laki tidak pernah sama sekali ikut didalam ekspedisi perburuan kepala maka ia akan dianggap masih kanak-kanak.

Ada banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh laki-laki yang tidak pernah mengayau, dalam hal pakaian; ia tidak boleh menggunakan “cancut hitam”, ketika tidur ia tidak boleh menggunakan selimut, tidak dapat diperkenankan tidur bersama orang tua, tidak bisa beristri dan lain sebagainya. Jika orang tersebut melanggar pantangan tadi maka dipercaya akan membawa kesialan bagi komunitasnya. Selain itu kepala manusia diperlukan juga dalam prosesi pemakaman raja atau anak-cucu raja yang wafat. Sebab akan menjadi suatu aib kampunya jika Rajanya ketika dimakamkan tidak dibekali kepala manusia, kampungnya akan kehilangan harga diri terhadap suku-suku lain disekitarnya.

Nah folks mari kita bahas bagaimana tata cara Suku Dayak Gunung Tabur melakukan ekspedisi pengayauan.

Dalam ekpedisi mereka mencari kepala musuh biasanya berkisar antara 2 sampai 30 orang, namun bagi mereka yang berani, maka denga jumlah 5 sampai 6 orang sudah cukup saja. Untuk jumlah kepala yang mereka perlu dapat sebenarnya tidak perlu banyak, cukup saja 1 sampai 3 buah kepala musuh. Dalam ekspedisi pengayauan ini, mereka bekerjasama dengan orang-orang PUNAN, sebab orang-orang PUNAN sangat hafal jalan keluar masuk belantara hutan, hanya dengan pedoman matahari dan bulan saja. Orang-orang PUNAN sering menjadi mata-mata Dayak Gunung Tabur ini, untuk melihat kondisi musuh dan tempat dimana mereka bisa menyergap mangsanya.

Sebelum pergi mengayau biasanya mereka akan menunggu pertanda atau disebut NYAHU, pertanda ini akan memberitahukan apakah mereka akan selamat atau tidak didalam ekspedisi ini. Biasanya yang menjadi pertanda adalah burung SISIT atau GISAU. Apabila burung ini terbang ke arah kiri maka sebaiknya perjalanan itu ditangguhkan, biasanya jika itu burung SISIT maka perjalanan itu akan ditangguhkan selama tiga hari, namun apabila itu burung GISAU maka itu adalah pertanda yang sangat tidak baik dan perjalanan akan ditunda selama 1,5 bulan lamanya untuk mencari pertanda alam lain.

Waktu untuk pergi mengayau tidak tentu lamanya; kalau tidak berhasil maka dalam kurun waktu 3-4 bulan mereka akan kembali kekampungnya dimana perbekalan mereka sudah habis.

Bila ia menemukan jejak orang, maka ia akan menahan langkahnya lalu bersembunyi dan orang Punan, pengiringnya itu disuruhnya mengikuti jejak orang tersebut, sampai ia bersua. Sesudah tempat itu ditemukannya, maka orang Punan ini kembali mengabarkan bahwa tempat orang tadi telah ditemukan, maka bergembiralah mereka mendengar berita itu. Pada malam hari bernyanyi-nyayilah mereka itu beramai-ramai, sambil MENGGAYANG yaitu ramai-ramai menyanyikan lagu pertempuran dan dalam irama itulah diperagakan pebagai tarian tata perkelahian dan kemahiran menggunakan senjata.

Adakalanya orang Punan melaporkan bahwa calon mangsa itu berjumlah besar dan bersenjata lengkap, maka makin hebatlah reaksi mereka dan meletuslah semangat mereka untuk berperang, dengan jantannya mereka mencabut mandaunya masing-masing dan bangkit berdiri, lalu menebas-nebaskannya ke pepohonan disekeliling mereka, seolah-olah sedang berhadapan dengan musuh disertai sorak gegap gempita sambil menyerukan “BANG KUI ENTAI NA LA TAKHONG, ENTAI KUI LAMLI MENTAPA, LAMLI KUI MELANGIT” artiny: “Bila aku tidak berhasil memperoleh kepala, baiklah aku jangan kembali ketanah lagi, melainkan langsung pulang kelangit saja”.

Dalam peperangan ini, maka kelompok tadi dibagi didalam beberap regu yang terdiri dari 5-6 orang, masing-masing akan mencari tempat yang menguntungkan untuk melakukan serangan kepada kampung musuh tadi. Dalam usaha menncari kepala ini, tidak mutlak setiap orang mendapat satu kepala. Cukup saja satu regu tadi mendapatkan 2-3 kepala atau bahkan hanya 1 buah saja. Jika mereka sudah mendapatkan kepala mereka akan membawanya dengan sukacita lalu kepala tadi akan diawetkan denga cara disalai – atau diasapkan didekat perapian sampai kering.

Setibanya dikampung halaman mereka, mereka akan BERTIUNG tiada hentinya atau memekikan suara. Maka berdatanganlah orang-orang dari kampung untuk menyambut mereka, kemudian mereka akan mendirikan sebuah tonggak untuk memberikan persembahan kepada MATAU – roh yang memberi keselamatan terutama kepada mereka yang akan melakukan acara ERAU CANCUT HITAM – yang kita akan bahas pada tulisan selanjutnya…

Sumber: Dajaksche Adat in Gonoeng Taboer (1933)\
https://folksofdayak.wordpress.com/2016/01/08/adat-mengayau-di-gunung-tabur/
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya