Sejak dahulu, Kabupaten Cianjur sudah terkenal dengan budaya 3M (Maos, Mamaos, Maenpo) yang menjadi ciri Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur saat ini, Bapak Irvan Rivano Muchtar, berinisiatif menambahkan 4 pilar budaya yang menurut beliau relevan dengan keadaan masyarakat Cianjur sehingga "7 pilar budaya" menjadi sebuah tagline yang mewakili masyarakat Cianjur. 7 pilar budaya ini merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Cianjur karena mengandung semua aspek kehidupan, meliputi olah rasa, olah jiwa, juga olahraga. Berikut ialah penjelasan mengenai 7 pilar budaya Cianjur
1. Maos
Maos atau mengaji merupakan budaya pertama yang menjadi prinsip masyarakat Cianjur. Agama dipercaya merupakan fondasi yang sangat penting untuk membangun masyarakat Cianjur yang sejak dahulu dikenal sebagai Kota Santri.
2. Mamaos
Mamaos atau tembang cianjuran merupakan kesenian menyanyi seperti Sinden di Jawa. Lagu yang dinyanyikan merupakan tembang khas yang hanya ada di Cianjur dan biasa diiringi oleh kecapi suling. Dahulu kala, mamaos ini merupakan salah satu media komunikasi jika seseorang ingin bercerita melalui syair atau lagu.
3. Maenpo
Maenpo atau pencak silat merupakan olahraga bela diri asli Cianjur lebih tepatnya Cikalong. Maenpo menjadi komponen penting bagi masyarakat Cianjur yang harus dilestarikan sampai kapanpun.
4. Tatanen
Tatanen atau bercocok tanam ini dinilai sangat relevan dengan masyarakat Cianjur yang terkenal dengan beras Pandanwangi. Tatanen menjadi suatu ciri khas masyarakat Cianjur karena mayoritas masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani terutama padi untuk diolah menjadi beras Pandanwangi.
5. Tanginas
Tanginas dalam bahasa Indonesia bisa diartikan gesit. Artinya, masyarakat Cianjur selalu gesit dalam segala hal. Misalnya saja dalam hal bangun tidur, masyarakat Cianjur terbiasa bangun pagi untuk beribadah dan mencari rezeki karena percaya bahwa orang yang bermalas-malasan di pagi hari rezekinya akan "dipatok ayam".
6. Someah
Someah atau ramah berarti masyarakat Cianjur yang selalu bersikap ramah. Hal ini juga tersurat dalam salah satu tembang Cianjuran yang mengandung lirik "Someah ka semah" berarti ramah terhadap tamu.
7. Sauyunan
Sauyunan atau rukun berarti masyarakat Cianjur dalam setiap kegiatannya senantiasa hidup rukun dan damai. Karena tanpa sebuah kerukunan, maka kehidupan bermasyarakat akan kacau dan tidak beraturan. Dan Bupati Cianjur berharap ke depannya masyarakat Cianjur bisa lebih rukun dan gotong royong dalam membangun Cianjur menjadi kabupaten yang lebih maju.
Itulah 7 pilar budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Kabupaten Cianjur.
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 MAsukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.
Awal mula hadirnya Gereja Klepu sebagai tempat peribadatan bermula dari didirikannya sekolah tingkat dasar untuk rakyat. Sekolah tingkat dasar pertama didirikan oleh Rm. Strater, SJ, seorang misionaris Jesuit, pada tahun 1912. Latar belakang pendirian sekolah ini ialah adanya keprihatinan terhadap tingginya jumlah penduduk pribumi yang masih buta huruf. Umat Katolik awal berasal dari orang-orang yang bekerja sebagai kuli di perkebunan tebu milik tuan-tuan berkebangsaan Belanda. Para kuli yang sudah di sekolahkan akan naik pangkat menjadi mandor. Pastor F. Strater, SJ mengajar mereka untuk membaca dan menulis. Sebagian dari mereka yang tertarik dengan iman Kristiani kemudian memeluk agama Katolik. Sebulan sekali mereka mengikuti magang di Kotabaru. Baptisan pertama terjadi pada tahun 1916. Thomas Sogol dari Kaliduren menjadi orang pertama yang dibaptis. Selang 3 tahun setelah baptisan pertama, pada tahun 1919 baru ada satu orang lagi yang dibaptis. Kemudian tahun 1921, terdapat sat...
Candi Pembakaran berada di kompleks Ratu Boko, dimana kita dapat melihatnya setelah melewati gerbang ke-2 dan berada sekitar 30 m ke arah kiri. Dari kejauhan kita akan meliahat satu bentuk candi yang hanya berupa batur dan kaki dilengkapi dengan tangga di arah barat tanpa adanya pintu dan atap. Bila meniti tangga dan sampai di atas pada ujung tangga terdapat semacam sisa gerbang di kedua sisi yang tidak terlalu tinggi. Diamati lebih mendetail, gerbang ini pun memiliki terusan yang menjadi pagar keliling dimana kita bisa melihatnya dengan mengikuti sisa penguncian di sisi lantai.