Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Maluku Maluku
7_ Kisah Si Penebang Kayu
- 21 Mei 2018

Pada zaman dahulu di sebuah daerah di pegunungan di Maluku hiduplah seorang anak laki-laki bernama Yongki. Dia hidup sebatang kara dan sebenarnya berasal dari daerah Manipa. Namun, sejak kedua orang tuanya meninggal, ia kemudian pindah dan menetap di Benteng. Setiap hari Yongki mencari kayu bakar di hutan untuk dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dahan kayu yang masih basah itu tetap dibiarkan di tempat itu hingga beberapa hari dan baru dibawa pulang setelah kering. Lama-kelamaan, pepohonan di hutan itu menjadi gundul karena dahannya telah habis dipangkasnya.Di suatu pagi, Yongki mendayung perahunya menuju Pantai Latulahat untuk mencari kayu bakar di gunung yang ada di sekitar pantai itu. Sesampainya di Pantai Latulahat, Yongki menambatkan perahunya di akar sebuah pohon yang tumbuh di pinggir pantai. Sambil membawa bekalnya, ia berjalan mendaki gunung. Setibanya di puncak, Yongki mulai bekerja, Ia tidak hanya mengumpulkan ranting kayu kering, tetapi juga memotong dahan-dahan kayu yang masih melekat di pohon.

Saat hari menjelang siang, Yongki beristirahat sejenak sambil menyantap bekal makanan yang dibawanya. Hari sudah mulai gelap. Yongki memutuskan untuk menginap. Ia lalu segera mencari tempat beristirahat yang aman.

Yongki menemukan tanah lapang yang ditumbuhi oleh rerumputan yang hijau. Dengan perasaan senang, Yongki pun segera merebahkan tubuhnya di atas rerumputan itu. Tubuhnya terasa amat lelah, namun hingga larut malam, ia sulit memejamkan mata karena banyak nyamuk yang mengganggunya.

Yongki terkejut saat tiba-tiba seekor ular raksasa mendekatinya dan langsung menelannya lalu memuntahkannya kembali sesaat kemudian. Yongki terpelanting ke tanah hingga tak sadarkan diri. Beberapa jam kemudian saat ia sadar, tiba-tiba ia mendengar suara bergemuruh, seorang laki-laki tua yang bertubuh tinggi dan besar telah berdiri di depannya.

Yongki sangat takut melihatnya. "Siapa? Siapa kamu?" tanyanya penuh ketakutan.

"Hei anak muda! Siapa namamu dan dari mana asalmu??!" tanya lelaki tua itu dengan suara menggelegar.

"Aku... Aku Yongki dari Manipa, tapi aku tinggal di Benteng," jawab Yongki dengan gugup.

Laki-laki tua itu tampak berpikir lalu berkata, "Mengapa kamu masuk ke tempatku dan merusak hutan yang ada di daerahku?" tanya lelaki tua itu menyelidik.

Yongki semakin ketakutan. Seluruh tubuhnya gemetar "Ampunilah aku, Kek. Aku ini anak sebatang kara. Untuk bisa bertahan hidup, aku hanya mencari kayu bakar untuk di jual ke pasar," ungkap Yongki mengiba.

Lelaki tua itu pun terketuk hatinya,"Baiklah, aku maafkan wahai, anak muda. Sekarang mintalah apapun yang kamu minta dariku, pasti kukabulkan," ujar lelaki tua itu.

"Maaf, Kek. Aku tidak akan meminta apa-apa kepada Kakek. Tapi, apapun yang Kakek berikan akan aku terima dengan senang hati," jawab Yongki.

"Baiklah, Sekarang pejamkanlah matamu." seru sang kakek seraya mengambil sepotong bulu yang tumbuh tidak jauh di belakang Yongki. Dengan kesaktiannya, kakek itu menusukkan bulu itu di kepala Yongki hingga tembus ke kaki dan segera mencabutnya kembali. Yongki tidak merasakan sakit sedikit pun.

"Bukalah matamu pelan-pelan," ujar si kakek. Begitu matanya terbuka, Yongki merasa tubuhnya sangat bertenaga yang luar biasa."Ketahuilah, anak muda. Aku telah memberimu ilmu kekebalan tubuh. Ilmu itu tidak hanya membuat tubuhmu kebal terhadap segala macam senjata tajam, tetapi juga memiliki kekuatan untuk membela diri," jelas lelaki tua itu. "Gunakan ilmu itu untuk kebaikan," pesan sang Kakek lalu menghilang saat si Yongki menoleh ke pohon bulu di belakangnya. Ia melihat bulu itu masih terlihat berdiri dengan tegak.

Pada saat itu pula, ia melihat tujuh helai daun bulu itu terlepas dari tangkainya. Ketujuh helai daun bulu itu kemudian berterbangan hingga jatuh ke tengah-tengah laut. Dan tiba-tiba ia melihat ada tujuh pulau kecil yang muncul di tempat daun itu terjatuh. Kini, pulau-pulau tersebut disebut dengan Pulau Tujuh.

Yongki kembali menoleh ke pohon bulu itu yang sudah tidak ada di tempatnya. Ia bertambah kaget saat mendapati kakek yang telah menolongnya juga pun hilang bersamaan dengan menghilangnya pohon bulu tersebut.

Esok harinya, cepat-cepat Yongki kembali ke perkampungan dan menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Yongki senantiasa menggunakan ilmunya untuk menjaga diri dan menolong orang lain. Tempat Yongki beristirahat yang hingga kini masih terlihat bersih dan dianggap sebagai tempat keramat oleh penduduk Latulahat. Sementara itu, pohon bulu yang dilihat Yongki disebut dengan nama Bulu Pamali karena tumbuh dan hilang secara misterius.

Pesan Moral: minta izinlah sebelum memasuki wilayah orang lain agar tidak timbul bahaya yang akan menimpa kita. Selain itu, jagalah kelestarian lingkungan agar kehidupan bisa selalu terjaga.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline