Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Papua Barat Papua Barat
7_ Kisah Empat Raja
- 21 Mei 2018

Tersebutlah sebuah desa yang berada tepat di Teluk Kabui. Desa tersebut bernama desa Wawiyai. Di sana hidup sepasang suami istri. Mereka sudah lama menikah namun belum juga dikaruniai buah hati. Untungnya, suami istri tersebut tak pernah putus asa, mereka senantiasa berdoa memohon kepada yang Maha Kuasa agar suatu hari diberikan seorang anak.

Suatu hari, sang suami mengajak istrinya mencari kayu bakar di hutan. Persediaan kayu bakar mereka memang hampir habis, dan musim hujan akan tiba tak lama lagi. Jika tak segera mencari kayu bakar, maka mereka tidak bisa memasak selama musim hujan. Kayu-kayu di hutan akan menjadi basah dan tidak bisa dinyalakan untuk memanaskan tungku.

"Kita harus segera mencari kayu bakar sebanyak-banyaknya, istriku. Bisakah kau membantuku masuk hutan hari ini?"

"Tentu saja, aku akan membantumu mengumpulkan kayu bakar."

Keduanya segera bersiap-siap berangkat. Ketika matahari masih di ufuk Timur, mereka pun berjalan ke tengah hutan. Entah mengapa, hari itu tidak ada banyak kayu yang bisa dikumpulkan. Sampai dengan tengah hari, belum ada cukup kayu untuk dibawa pulang. Setelah beristirahat sejenak, mereka pun melanjutkan pekerjaannya dan berjalan semakin jauh hingga sampai ke tepi Sungai Waikeo.

"Istriku, bagaimana kalau kita berhenti sebentar di tepi sungai ini. Aku merasa sangat haus dan penat."

"Aku setuju sebab aku juga merasa sangat lelah. Air sungai itu pasti akan terasa sangat segar." jawab istrinya. Mereka berdua lalu duduk di tepi sungai, meminum airnya dan melepaskan lelah.

Saat sedang menikmati pemandangan tepi sungai itu, mata sang suami tertumbuk pada sebuah lubang besar. Lubang itu tertutup dedaunan, dan dari kejauhan sang suami melihat sesuatu berwarna putih. Ia pun penasaran dan berjalan mendekati lubang tersebut. Dipangkasnya dedauan yang menutupi mulut lubang agar Ia bisa melihat lebih jelas apa yang berada di dalamnya.

Tak lama kemudian, dilihatnya bahwa benda putih tersebut adalah telur. Bukan sembarang telur, sebab ukurannya besar sekali. Jumlahnya ada enam butir. Sang suami pun memanggil-manggil istrinya.

"Istriku, kemarilah. Lihat apa yang aku temukan di sini."

Istrinya mendekat dan terheran-heran melihat ukuran telur yang tak biasa itu.

"Telur apakah itu?"

"Entahlah, mungkin itu telur burung elang. Bagaimana kalau kita membawanya pulang? Pasti enak jika dimakan."

Istrinya mengangguk setuju. Mereka pun membawa keenam telur tersebut pulang ke rumah, tanpa mengetahui bahwa sebenarnya itu adalah telur naga. Karena hari sudah malam, mereka memutuskan untuk memasak telur-telur itu keesokan pagi. Keenam butir telur tersebut disimpan di dalam kamar.

Keesokan paginya, alangkah terkejutnya kedua suami istri itu karena lima dari enam telur sudah menetas. Dari dalamnya keluar sosok manusia. Empat laki-laki dan satu perempuan. Suami istri itu tampak bingung dengan kehadiran mereka.

Jangan takut, kami adalah anak-anakmu." kata salah seorang dari mereka. "Apa maksud kalian?"

"Doa kalian dijawab yang Maha Kuasa. Kami dikirim untuk menjadi anak anakmu, maka peliharalah kami."

Betapa senangnya suami istri tersebut. Mereka pun menamai keempat anak laki-laki itu. Yang pertama bernama War, kedua Betani, ketiga Dohar, dan Mohammad. Sedangkan untuk anak perempuan diberi nama Pintolee.

Seiring berjalannya waktu, kelima anak ini tumbuh dewasa dan menjadi anak-anak yang baik. Mereka senantiasa membantu kedua orangtuanya sehingga mereka tak perlu lagi susah payah bekerja. Mereka sekeluarga hidup sangat sejahtera, dan lahan pertanian yang mereka garap berkembang luas hingga empat pulau besar di sekitar Teluk Kabul.

Sayangnya, sebuah kejadian membuat keluarga tersebut malu. Pintolee, satu-satunya anak perempuan, yang berparas cantik jelita terpikat pada seorang pemdua dari desa lain. Orangtua dan keempat kakak Pintolee tak menyukai pemuda tersebut, namun Pintolee yang sedang jatuh cinta bersikeras ingin menikah dengannya. Karena tak mendapat restu, Pintolee pun nekat kabur dari rumah dengan pemuda tersebut. Mereka menaiki kulit kerang besar dan berlayar hingga di Pulau Numfor dan menikah di sana.

Tinggalah keempat kakak laki-laki Pintolee yang masih tinggal dengan ornagtua mereka. Tahun berganti, dan ayah mereka semakin tua. Sebelum ajalnya tiba, sang ayah membagi warisan. Setiap anak lelakinya mendapatkan satu buah pulau. War diberi pulai Waigeo, Betani diberi pulau Salawati, Dohar diberi pulau Lilinta, dan Mohamad mendapatkan pulau Waiga.

Sang ayah berpesan agar keempat anaknya menjaga warisannya tersebut. Setelah ayahnya meninggal, keempat anak lelaki itu mematuhi perintah tersebut. Mereka menjaga pulau masing-masing dan mengelolanya dengan baik hingga akhirnya mereka menjadi raja dari setiap pulau. Dari sinilah sebutan Raja Ampat, yang berarti empat orang raja, mulai dikenal. Sedangkan, satu butir telur naga yang tidak menetas hingga saat ini masih disimpan dan mendapat penghormatan khusus dari masyarakat setempat.

Pesan moral: Berbakti pada orangtua dan jalankan nasihatnya akan menjadikan kita orang-orang yang berhasil dalam kehidupan.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline