|
|
|
|
6_Ritual Patorani Tanggal 17 May 2018 oleh Sobat Budaya. |
Salah satu daerah yang masih mempertahankan budaya bahari dalam bidang penangkapan ikan yaitu di kabupaten Takalar tepatnya kecamatan Galesong. Sejak lama nelayan lokal di Galesong, mengenal serta mengembangkan berbagai jenis usaha penangkapan ikan di laut. alah satu budaya penangkapan itu adalah budaya Patorani yaitu budaya menangkap dan mengumpulkan telur ikan terbang. Nelayan ikan terbang ini dikenal dengan nama nelayan-Patorani. Budaya ini dilakukan melalui serangkaian ritual. Dan telah turun temurun dilakukan. Para nelayan patorani melakukan penangkapan ikan pada musim timur.
Proses Ritual Patorani
Bagi Patorani, pergi menangkap ikan torani dan mengumpulkan telurnya di laut merupakan pekerjaan yang berat, karena akan mengarungi lautan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan hidupnya. oleh karena itu timbul anggapan dalam dirinya bahwa di dalam laut berdiam makhluk-makhluk halus yang mempunyai kekuatan ghaib yang dapat menenggelamkan perahu dan kegagalan usahanya. untuk mengatasi hal tersebut. patorani melaksanakan upacara ritual sebelum pergi menangkap ikan. upacara ritual ini kemudian berkembang menjasi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penaangkapan ikan torani dan selanjutnya dikenal sebagai budaya patorani.
Pelaksanaan upacara dimulai setelah disepakati bersama waktu yang tepat untuk memulai pelayaran. Adapun orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan upacara adalah 1) Sanro/ pinati yaitu orang yang memimpin jalannya upacara. 2) Juragan yaitu orang yang memimpin operasi penangkapan ikan torani dan pengumpulan telurnya. 3) istri Juragan yaitu, orang yang mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam upacara dan 4) Sawi yaitu orang yang akan turut serta dalam operasi penangkapan ikan torani dan pengumpulan telurnya.
Proses Ritual Patorani:
• Accini Allo adalah proses melihat hari baik untuk turun melaut yang dilakukan oleh para Sawi dan Punggawa untuk meminta petunjuk kepada Pinati.
• Abbeso Biseang merupakan proses menarik perahu dari pantai ke permukaan daratan yang dilakukan oleh Sawi.
• Annisi Biseang dilakukan selama 6 hari dan dilakukan oleh 5 orang untuk setiap perahu. Adapun prosesi yang mengikutinya adalah menyiapkan: Umba-umba, Lawara Kadea, Kapasa, Minyak Biseang, Kayu Barugallang.
• Apparada yaitu proses mengecat perahu untuk memperbaharui warna yang telah pudar. Prosesinya memakan waktu 3 hari sampai kering.
• Adengka Paleo (Allepa) memakan waktu 2 hari dan dilakukan oleh laki-laki sambil menyanyikan lagu utama (Adandio). Bahan yang digunakan adalah kapur yang ditumbuk di atas lesung besar dicampur dengan minyak goring sampai jadi adonan. Prosesi ini diiringi oleh nyanyian-nyanyian.
• Assossoro Biseang, kegiatan ini memakan waktu seharian yang dilakukan oleh para Sawi.
• Angngalle Leko Kaluku, Prosesi ini memakan waktu 2 hari mulai dari pengambilan daun kelapa hingga perakitannya untuk siap pakai (tempat bertelur ikan).
• Appanai Pakkajang, Prosesi ini adalah menaikan atau mengisi perahu dengan segala macam perbekalan yang akan digunakan dalam menangkap telur ikan.
• Appanaung Ri Jene, Prosesi ini di lakukan oleh banyak orang untuk mendorong perahu ke laut sambil menyanyikan lagu-lagu, utamanya lagu hella-hella. Semua prosesi di atas ini dilengkapi dengan padoangan, jajakkang yang isinya gula merah, kelapa, beras, pisang empat sisir, lilin, telur ayam, ayam dewasa satu pasang, umba-umba dan kue- kue lainnya.
• Accaru-Caru(Appassili), merupakan prosesi menghanyutkan barang jajakkang ke laut yang berisi antara lain leko, rappo, pa’leo, berasa, bente, bayao jangan sipasang, songkolo kebo , dan unti serta lain-lain hasil bumi. Dan acara ini dipimpin oleh Pinati.
• Padongko Parappo, itu ditempatkan pada daerah Pulau Sanrobengi, Rambaka, Katingan, Tataka Sanrobengi, isi parapponya adalah sama dengan accaru-caru.
• Angngalle Gosse, Memakan waktu sekitar setengah jam dan dapat dilakukan sekaligus sambil appadongko parappo. Gosse adalah sejenis tumbuhan rumput laut.
• Allappasa, Proes ini adalah pelepasan atau pemberangkatan para nelayan menuju ke lautan yang dilepas dengan lambaian tangan para keluarga nelayan menuju ke Pulau Sanrobengi, yang selanjutnya menunggu waktu baik (pagi, siang atau malam) untuk menuju lautan.
• Appadongko Parappo Ri Bayanga, Prosesi ini di lakukan pada saat perahu keluar ke laut di daerah perbatasan Jene Cinong Na Gauka atau batas kedalaman.
Sumber : https://muhfakhri.wordpress.com/2014/02/19/budaya-patorani-di-kabupaten-takalar/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |