Salah satu daerah yang masih mempertahankan budaya bahari dalam bidang penangkapan ikan yaitu di kabupaten Takalar tepatnya kecamatan Galesong. Sejak lama nelayan lokal di Galesong, mengenal serta mengembangkan berbagai jenis usaha penangkapan ikan di laut. alah satu budaya penangkapan itu adalah budaya Patorani yaitu budaya menangkap dan mengumpulkan telur ikan terbang. Nelayan ikan terbang ini dikenal dengan nama nelayan-Patorani. Budaya ini dilakukan melalui serangkaian ritual. Dan telah turun temurun dilakukan. Para nelayan patorani melakukan penangkapan ikan pada musim timur.
Proses Ritual Patorani
Bagi Patorani, pergi menangkap ikan torani dan mengumpulkan telurnya di laut merupakan pekerjaan yang berat, karena akan mengarungi lautan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan hidupnya. oleh karena itu timbul anggapan dalam dirinya bahwa di dalam laut berdiam makhluk-makhluk halus yang mempunyai kekuatan ghaib yang dapat menenggelamkan perahu dan kegagalan usahanya. untuk mengatasi hal tersebut. patorani melaksanakan upacara ritual sebelum pergi menangkap ikan. upacara ritual ini kemudian berkembang menjasi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penaangkapan ikan torani dan selanjutnya dikenal sebagai budaya patorani.
Pelaksanaan upacara dimulai setelah disepakati bersama waktu yang tepat untuk memulai pelayaran. Adapun orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan upacara adalah 1) Sanro/ pinati yaitu orang yang memimpin jalannya upacara. 2) Juragan yaitu orang yang memimpin operasi penangkapan ikan torani dan pengumpulan telurnya. 3) istri Juragan yaitu, orang yang mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam upacara dan 4) Sawi yaitu orang yang akan turut serta dalam operasi penangkapan ikan torani dan pengumpulan telurnya.
Proses Ritual Patorani:
• Accini Allo adalah proses melihat hari baik untuk turun melaut yang dilakukan oleh para Sawi dan Punggawa untuk meminta petunjuk kepada Pinati.
• Abbeso Biseang merupakan proses menarik perahu dari pantai ke permukaan daratan yang dilakukan oleh Sawi.
• Annisi Biseang dilakukan selama 6 hari dan dilakukan oleh 5 orang untuk setiap perahu. Adapun prosesi yang mengikutinya adalah menyiapkan: Umba-umba, Lawara Kadea, Kapasa, Minyak Biseang, Kayu Barugallang.
• Apparada yaitu proses mengecat perahu untuk memperbaharui warna yang telah pudar. Prosesinya memakan waktu 3 hari sampai kering.
• Adengka Paleo (Allepa) memakan waktu 2 hari dan dilakukan oleh laki-laki sambil menyanyikan lagu utama (Adandio). Bahan yang digunakan adalah kapur yang ditumbuk di atas lesung besar dicampur dengan minyak goring sampai jadi adonan. Prosesi ini diiringi oleh nyanyian-nyanyian.
• Assossoro Biseang, kegiatan ini memakan waktu seharian yang dilakukan oleh para Sawi.
• Angngalle Leko Kaluku, Prosesi ini memakan waktu 2 hari mulai dari pengambilan daun kelapa hingga perakitannya untuk siap pakai (tempat bertelur ikan).
• Appanai Pakkajang, Prosesi ini adalah menaikan atau mengisi perahu dengan segala macam perbekalan yang akan digunakan dalam menangkap telur ikan.
• Appanaung Ri Jene, Prosesi ini di lakukan oleh banyak orang untuk mendorong perahu ke laut sambil menyanyikan lagu-lagu, utamanya lagu hella-hella. Semua prosesi di atas ini dilengkapi dengan padoangan, jajakkang yang isinya gula merah, kelapa, beras, pisang empat sisir, lilin, telur ayam, ayam dewasa satu pasang, umba-umba dan kue- kue lainnya.
• Accaru-Caru(Appassili), merupakan prosesi menghanyutkan barang jajakkang ke laut yang berisi antara lain leko, rappo, pa’leo, berasa, bente, bayao jangan sipasang, songkolo kebo , dan unti serta lain-lain hasil bumi. Dan acara ini dipimpin oleh Pinati.
• Padongko Parappo, itu ditempatkan pada daerah Pulau Sanrobengi, Rambaka, Katingan, Tataka Sanrobengi, isi parapponya adalah sama dengan accaru-caru.
• Angngalle Gosse, Memakan waktu sekitar setengah jam dan dapat dilakukan sekaligus sambil appadongko parappo. Gosse adalah sejenis tumbuhan rumput laut.
• Allappasa, Proes ini adalah pelepasan atau pemberangkatan para nelayan menuju ke lautan yang dilepas dengan lambaian tangan para keluarga nelayan menuju ke Pulau Sanrobengi, yang selanjutnya menunggu waktu baik (pagi, siang atau malam) untuk menuju lautan.
• Appadongko Parappo Ri Bayanga, Prosesi ini di lakukan pada saat perahu keluar ke laut di daerah perbatasan Jene Cinong Na Gauka atau batas kedalaman.
Sumber : https://muhfakhri.wordpress.com/2014/02/19/budaya-patorani-di-kabupaten-takalar/
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...