Merdeka.com - Ragam rupa cara warga memeriahkan peringatan hari jadi kemerdekaan RI. Mulai dari upacara ceremoni bernuansa perjuangan, kemerdekaan hingga permainan-permainan rakyat yang menghibur.
Di Kabupaten Gowa, di dua dusun hasil pemekaran yakni Dusun Tama'la'lang Timur dan Tama'la'lang Barat di Desa Tamanyeleng, Kecamatan Barombong atau sekitar 10 kilometer dari Kota Makassar lain lagi. Di sana warganya serentak membuat menu khas di rumah masing-masing dan menyuguhkan ke kerabat yang datang ke rumah.
Sukacita saat menyantap bersama menjadi kegembiraan tersendiri saat kerabat kembali ke rumah masing-masing dengan membawa pulang oleh-oleh penganan khas dari pesta rakyat ini. Menu khas yang dimaksud adalah 'kaddo bulo' atau makanan dalam bambu. Proses membuat dan menikmati penganan ini disebut 'akkaddo bulo'.
Kaddo bulo berbahan dasar dari nasi ketan baik ketan hitam maupun putih. Dimasukkan dalam sebatang bambu berukuran panjang antara ruas dari ujung ke ujung 40 centimeter bersama santan kental yang telah diberi sedikit garam untuk menambah rasa. Sisi dalam bambu sebelumnya dilapisi daun pisang sebelum beras ketan dimasukkan. Kemudian ujung atas bambu ditutup lalu dibakar.
Akkado bulo ini serentak digelar tanggal 18 Agustus atau sehari setelah hari H peringatan HUT RI, 17 Agustus. Digelar selama tiga hari, mulai dari masing-masing keluarga menyiapkan bambu, beras ketan, kelapa, daun pisang juga kayu-kayu untuk membakar. Hingga puncaknya, makan bersama di rumah masing-masing sembari melayani tamu yang menyambangi rumah. Baik itu tetangga, kerabat dekat maupun kerabat jauh. Selain penganan kaddo bulo ini, ada menu lain yang mengawalnya seperti buras atau bahasa Makassar-nya disebut burasa', lappa'-lappa' yang juga penganan dari ketan dibalut daun kelapa tetapi proses akhirnya dimasak bukan dibakar. Ada pula menu kari ayam dll. Tentunya sembari menikmati persembahan acara hiburan di lapangan yang telah dipersiapkan. Antara lain persembahan kanuragan silat oleh pemuda-pemuda desa.
Menyambangi warga di dusun ini siang tadi menimbulkan kesan tersendiri. Semburat sukacita, keikhlasan dan kebersamaan terpancar. Masing-masing warga mempersiapkan batang-batang bambu, daun pisang, kelapa yang dibutuhkan dan kayu-kayu untuk pembakaran. Mereka bergembira menyambut malam puncak tradisi ini, yang di situ berkumpul sanak keluarga, tetangga untuk mempererat tali silaturrahim.
Herman Daeng Tinri, (48), salah seorang warga yang ditemui mengatakan, selain tetangga dan kerabat dekat, keluarganya juga menanti kedatangan kerabat jauh yang berdomisili di daerah lain seperti Kabupaten Takalar. Diakui, di tradisi akkaddo bulo ini, merogoh kocek senilai Rp 3 juta. Pengeluaran paling mahal adalah beli beras ketan seharga Rp 8 000 perliter. Kali ini dia siapkan 120 liter. Pengeluaran lainnya adalah membeli bambu yang harganya Rp 6.000 perbatang yang kemudian dipotong-potong tiap ruas menjadi 120 lebih batang bambu.
"Kita tidak memikirkan nilai ekonomi yang dikeluarkan dari acara ini karena yang kita harapkan di sini adalah silaturrahminya. Kita juga bahagia kalau keluarga kita membawa pulang kaddo bulo. Berkumpul bersama keluarga di tradisi akkaddo bulo ini melebihi meriahnya silaturrahmi saat lebaran," tutur Herman, suami dari Rahmatiah, (45) ini.
Sementara Kamaluddin Daeng Narang, (52), salah seorang warga yang dituakan di dusun ini menjelaskan, ada sekitar 450 keluarga dari dua dusun yakni Dusun Tama'la'lang Timur dan Barat yang berpartisipasi di kegiatan 'attamu taung' atau kegiatan tahunan ini. Tradisi ini sudah dihelat oleh warga sejak zaman kerajaan dan dilanjutkan dari generasi ke generasi di kampung yang di zamannya dikenal sebagai kampung yang warganya tidak pernah diperbudak atau dipekerjakan kasar pihak penguasa sehingga kampungnya dinamakan Tama'la'lang yang artinya tidak diperbudak atau warga merdeka.
Poin penting dari tradisi ini adalah kebersamaan, mempererat silaturrahim. "Kalau pemerintah jeli melihat perkembangan warganya, di tradisi ini kita bisa mengukur progress kesejahteraan warga. Biasanya satu keluarga hanya membuat 10 atau 15 liter "kaddo bulo" tapi lama kelamaan bisa mencapai ratusan liter. Itu tandanya, kesejahteraan warga kian hari kian meningkat. Produksi pertaniannya banyak berhasil," tutur Kamaluddin Daeng Narang. [hhw]
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja