Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Barat Jawa Barat
5_Si Kabayan dan Keris Sakti
- 20 Mei 2018
Si Kabayan dan Keris Sakti ~ Keris itu Si Kabayan dapat sebagai tanda mata dan tanda mimitran dari seorang setengah tua yang memperkenalkan dirinya sebagai Ki Ageng, entah apa nama lengkapnya, Si Kabayan sudah lupa. Tapi supaya jangan canggung kalau ditanya orang, Si Kabayan lengkapi saja namanya itu menjadi Ki Ageng Monyong. Memang mulutnya agak monyong ke depan. Adapun kerisnya sudah diberi nama oleh Ki Ageng Monyong sendiri. Namanya, pendek, tapi artinya jelas.
 

"Kiyai Sakti ini adalah keris pusaka. Nak Kabayan," kata Ki Ageng Monyong. "Berasal dari zaman Kiyai Semar bertahta di Gunung Semeru. Ketika Perang Bratayuda sedang ramai-ramainya, keris ini dipegang oleh Raden Gareng Semarputra yang mengamuk dan berhasil membinasakan seluruh kaum korawa. Jadi, Nak Kabayan, baik-baiklah menjaga dan memelihara azimat yang serba sakti dan keramat ini. Jangan sekali-kali Nak Kabayan lengah atau menyepelekannya. Dan sekali-kali jangan berani membawa dia masuk kakus. Bisa ngamuk dia! Dan para dewa di kahyangan Mahameru tentu bakal pada marah. Nanda bakal kwalat. Berarti celaka. Jadi hati-hati, deh!"

Maka Si Kabayan pun getol memandikan Kiyai Sakti itu dalam air yang diisi bebungaan tujuh warna. Dan tiap malam Jumat dia membakar kemenyan dan menaroh sajean diatas sebuah meja kecil, dimana sang kiyai bersemayam diatas sebuah bantal yang penuh ditaburi bunga rampai yang wangi dan berwarna-warni. Dan Si Kabayan kecewas-kecewis mulutnya, minta ini-itu sama dewa-dewa.

Pada suatu hari Ki Silah menemui Si Kabayan di rumahnya. Katanya: "Kabayan, malam minggu yang akan datang, aku akan mengadakan pesta ulang tahun istriku, Nyi Icih. Aku akan mengadakan pesta besar-besaran dengan mengundang bapak-bapak pejabat tinggi, opsir-opsir tinggi dan saudagar-saudagar bisnis kelas tinggi dari kota. Pokoknya, serba tinggi, deh. Tapi Kabayan, karena sekarang ini lagi musim hujan, aku takut pesta itu akan berantakan dilanda hujan. Aku dengar kamu punya keris sakti yang bisa menolak hujan. Bisa tolong aku?"

"O, tiada masalah, Ki Silah. Jangan kuatir. Hujan bisa diatur, Sang Kiyai Sakti akan menadah air hujan itu dan menumpahkannya di tempat lain."
 
 

Seminggu kemudian. Baru saja pesta mau dimulai, hujan tiba-tiba turun dengan sangat derasnya. Pertunjukan lenong dan film "tancep" yang terbuka basah kuyup. Band musik dangdut basah kuyup. Tamu-tamu dari kota yang bersaingan busananya dan perhiasannya basah kuyup. Ki Silah cepat-cepat lari ke rumah Si Kabayan. Minta tolong Kiyai Sakti supaya air hujan cepat-cepat ditampung dan ditumpahkan ke sawah-sawah yang kekeringan, atau keluar saja.


"Oke, Ki Silah. Tiada masalah. Bisa diatur," kata Si Kabayan. Lalu dengan cuma bercelana dalam dia segera loncat ke dalam hujan yang anginnya bertubi-tubi menampar muka dan seluruh badannya. Dan sambil meloncat-loncat dan menari-nari, dia mengacung-acungkan kerisnya ke langit, dan berseru-seru: "Hey! Para dewa di kahyangan! Hentikan hujan! Hentikan angin! Hentikan taufan! Hentikan kencing kalian! Hentikaaan!"

Tapi hujan tidak berhenti. Angin tetap menggebu-gebu. Malah hujan tambah deras. Angin tambah kencang. Dan taufan tambah mengamuk. Akhirnya Si Kabayan lari berteduh diemper pinggir rumah Ki Silah. Gemetar seluruh badannya. Gemeletuk giginya. Kedinginan. Ditegur oleh tetangganya itu; "Gimana kamu ini, Kabayan? Hujan kok malah tambah lebat?"

Sambil mengacung-acungkan kerisnya dengan tangkas Si Kabayan menjawab; "Wah, kalau tidak ada Kiyai Sakti ini, Ki Silah, pasti akan hanyutlah rumah Anda dan tamu-tamu agungmu itu; diseret semuanya, dikeceburkan ke laut, dimakan ikan-ikan hiu. Untunglah tidak sebusuk itu nasibmu dan tamu-tamu itu! Berkah keramatnya sang kiyai inilah, dewa-dewa dikahyangan tidak berani kencing berbarengan. Kalau berbarengan, wah..!"

Ki Silah mengangguk-angguk, penuh kekaguman.

"Kabayan," katanya."Kamu ini manusia luar biasa. Dengan sepotong besi runcing kamu bisa mengatur kencing dewa-dewa di langit. Luar biasa, Kabayan. Tidak semua orang bisa. Luar biasa."

Tapi kata-kata kekaguman itu malah memancing gerutuan dari Si Kabyan, ketika esoknya Si Kabayan minta sekedar upah untuk jajan Si Bego. "Dasar sifatnya bungaok. Biar sudah kaya  sebagai maliuner, namun sekali kikir, tetap kikir. Tidak mau keluarin duit satu sen pun. Dianggapnya aku mau basah kuyup diguyuri kencing setan itu suatu hal yang wajar, sebagai tugas suci untuk kerja bakti kepadanya. Aiih, ada-ada saja sikap bungaok aneh itu!"

Saking jengkelnya Si Kabayan berseru-seru, mengancam kearah rumah Ki Silah. "Lain kali. Gua biarin kamu ditelan banjir kencing setan! Gua tidak mau tolong kamu lagi!"

"O, tiada masalah, Kabayan, karena tak kan ada lain kali lagi!" suara Ki Silah berteriak menjawab dari dalam rumah.

Kasihan Kiyai Sakti itu. Sepotong besi yang begitu kecil, tipis dan runcing pula, disuruh menahan kencing dewa yang begitu berbanjiran dari langit, itu kan keleweatan berat baginya. Lebih baik kamu suruh Kiyai Sakti itu beristirahat saja. Kabayan suruh beristirahat panjang, sama-sama dengan dewa-dewa dilangit bolong itu."

"Dasar bungaok," gerutu Si Kabayan lagi. "Kemarin dia nangis-nangis percaya akan kesaktian besi runcing itu! Kini dia ngejek-ejek, karena tidak mau bayar jasa gua. Dasar si kikir!. Sekali kikir, tetap pelit. Sekali rakus, tetap serakah. Cih!".
 
Sumber: http://alkisahrakyat.blogspot.co.id/2016/06/si-kabayan-dan-keris-sakti.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline