Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Bengkulu Bengkulu
5_Raden Miskin Cerita Rakyat Bengkulu
- 20 Mei 2018
Raden Miskin Cerita Rakyat Bengkulu ~ Raden Miskin adalah anak Desa Talang Jeruk dekat Muara sungai Bunakan Dua Ulu Pino. Dia tingal bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama meninggal dunia. Ayah Raden Miskin adalah adik dari Puyang Raden Penganten di Kota Tinggi.
 

Desa Raden Miskin adalah jajahan Puyang Sakti Tanah Merah yang merupakan desa tertua di daerah Pino. Pemerintahannya penuh degan kezaliman dan kenistaan. Kehidupannya penuh dengan kezaliman dan kenistaan. Kehidupan rakyat menyedihkan penuh dengan kenestapaan. Terlintas di hati Raden Miskin, suatu saat ambisinya akan menghancurklan kegelap gulitaan hidup rakyat. Pada suatu kali Raden Miskin menerima undangan dari puyang Biri di Tanggo Raso Ilir Pino, saudara sepupu dari Raden Penganten.

Isi undangan itu memberitahukan bahwa Puyang Cap Sujian Tanggo Raso menghadapi suatu peristiwa sulit yaitu orang gunung kembang akan datang menyerang yang telah berhasil membunuh Puyang Raden Penganten. Orang gunung kembang akan mundur bila Puyang Cap Sujian Tanggo Raso dapat memenangkan empat macam teka-teki sebagai taruhan, dari orang Gunung Kembang.

Seluruh rakyat Betang hari Pino gundah gulana, karena Gunung Kembang akan datang menyerang sambil mengajukan teka-teki. Kegelisahan melanda kehidupan rakyat dan membayangkan kedatangan orang Gunung Kembang sebagai suatu peristiwa yang amat mengerikan rakyat, bila teka-teki itu tak dapat dijawab. Pada waktu seluruh rakyat sedang berduka. Datanglah seorang pemuda bernama Raden Miskin yang menawarkan jasa baiknya melalui suratnya ke Puyang Cap Sujian di Tangga Raso Ilir Pino. Isi suratnya antara lain; "Jika Puyang Cap Sujian mengizinkan. Raden Miskin akan menjawab teka-teki itu dan akan memenangkan taruhan itu."

Setelah membaca surat Raden Miskin, Puyang Cap Sujian bagaikan gelap sekarang mendadak terang, kesedihan berganti dengan suka cita karena bahaya akan sirna. Raden Miskin seorang Remaja yang berotak cerdas akan menjawab teka-teki dari orang Gunung Kembang, sekaligus merupakan taruhan atas kemenangan negerinya dari ancaman Kerajaan Gunung Kembang. Segera Puyang Cap Sujian, menyurati Raden Miskin dan menyuruh datang ke Tanggo Raso bersama teman-temannya. Tak beberapa lama, rombongan Raden Miskin sampailah di Tanggo Raso.

Kedatangannya disambut dengan baik oleh Puyang Cap Sujian. Adapun pasukan gunung kembang telah lama berada di Tangga Raso, hanya menantikan kedatangan Raden Miskin yang dianggap oleh Gunung Kembang sesuatu hal yang lucu, karena tak mungkin Raden Miskin seorang pemuda ingusan, tak berpengetahuan dan baru hidup beberapa tahun saja sanggup menjawab teka-teki mereka.
 
 

Di suatu tempat teka-teki itu diajukan oleh Gunung Kembang kepada Raden Miskin, dalam bentuk bermacam-macam. Pertanyaan pertama yang dilakukan ialah mengenai pertaruhan mengadu kerbau. Untuk melawan kerbau yang gagah dari Gunung Kembang itu, maka Raden Miskin minta disiapkan seekor kerbau kecil yang masih menyusui. Kerbau itu tidak diberi makan selama dua hari. Kerbau kecil itu diberi pisau tajam yang berbisa di dekat hidungnya, sedangkan kerbau dari Gunung Kembang seekor kerbau yang besar dan mempunyai tanduk yang tajam. Setelah kerbau didekatkan dan kedua-duanya dilepaskan, maka kerbau besar tadi mendekati kerbau kecil itu. Sedangkan kerbau kecil tadi kian mendekat pula, disangkanya ibunya, dengan tiba-tiba anak kerbau yang lapar itu ingin menyusu sehingga pisau yang ada di kepala kerbau kecil itu melukai perut kerbau besar tersebut.


Setelah terluka kerbau dari Gunung Kembang  yang besar dan gagah itu berlari dan akhirnya mati. Maka pertarungan pertama selesai. Orang dari Gunung Kembang pada pertaruhan pertama dinyatakan kalah. Untuk selanjutnya dikemukakan pertanyaan yaitu menentukan ujung pangkal sepotong kayu yang panjangnya satu meter dan sama besarnya ujung dan pangkalnya, Raden Miskin mengambil kayu itu dan direndamnya ke dalam air, sehingga mana yang lebih dalam tenggelam itulah pangkalnya dengan demikian teka-teki kedua dapat dibuktikan dan juga menang.

Selesai pertaruhan diatas, maka diadakan lagi pertaruhan berikut. Adapun pertaruhan ketiga ini orang dari Gunung Kembang minta diputuskan perkara yang sedang mereka adili karena berhutang, yaitu kalau saya hitung daging punggung itu hanya satu kail, dibawa tidak boleh dipotong. Untuk membayar utang tersebut mudah saja kata Raden Miskin, hanya saja dibawa tidak boleh dipotong, kurang tidak boleh disambung, lebih tentu tidak pandai. Dengan ucapan demikian pertaruhan yang ketiga ini dapat terjawab dan juga menang.

Pertaruhan terakhir Raden Miskin ini disuruh menentukan jenis kelamin dua ekor burung yang dikurung dalam sangkar. Untuk menentukan mana yang betina dan mana yang jantan, maka Raden Miskin mengambil sangkar burung itu dan langsung burung itu diterbangkan dengan membuka pintu sangkarnya. Yang terbang lebih dahulu itulah jantan dan terbang terakhir itulah betina.

Dengan berakhirnya pertaruhan ini maka dinyatakanlah bahwa orang Gunung Kembang kalah dan Puyang Cap Sujian dinyatakan menang. Sehingga rejung dan barang orang Gunung Kembang dirampas yang akibatnya orang Gunung Kembang tidak bisa pulang ke tempatnya. Dan akhirnya mereka menyingkir di dekat air sungai dan di sana mereka berkebun kunyit dan memelihara kerbau.

Kemudian oleh Puyang Cap Sujian mereka itu dikejar lagi sehingga mereka semuanya lari meninggalkan tempat itu, sampai sekarang ada nama sungai bernama air "SEKUNYIT".

Orang Gunung Kembang tersebut lari dan dikejar, sampai dekat air pinggir pasar Manna, dan sewaktu menyeberang sungai tersebut terlepaslah tanduk kerbau orang Gunung Kembang disungai itu. Maka sungai di dekat pasar Manna itu dinamakan dengan "Air Sarak".

Dari Air Sarak inilah Puyang Cap Sujian kembali ke Tanggo Raso dan Raden Miskin tidak pulang lagi ke muara sungai Bonakan. Mereka hidup bersama-sama dengan rakyat di batang hari Pino.

Raden Miskin Cerita Rakyat Bengkulu

 
Raden Miskin Cerita Rakyat Bengkulu ~ Raden Miskin adalah anak Desa Talang Jeruk dekat Muara sungai Bunakan Dua Ulu Pino. Dia tingal bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama meninggal dunia. Ayah Raden Miskin adalah adik dari Puyang Raden Penganten di Kota Tinggi.
 

Desa Raden Miskin adalah jajahan Puyang Sakti Tanah Merah yang merupakan desa tertua di daerah Pino. Pemerintahannya penuh degan kezaliman dan kenistaan. Kehidupannya penuh dengan kezaliman dan kenistaan. Kehidupan rakyat menyedihkan penuh dengan kenestapaan. Terlintas di hati Raden Miskin, suatu saat ambisinya akan menghancurklan kegelap gulitaan hidup rakyat. Pada suatu kali Raden Miskin menerima undangan dari puyang Biri di Tanggo Raso Ilir Pino, saudara sepupu dari Raden Penganten.

Isi undangan itu memberitahukan bahwa Puyang Cap Sujian Tanggo Raso menghadapi suatu peristiwa sulit yaitu orang gunung kembang akan datang menyerang yang telah berhasil membunuh Puyang Raden Penganten. Orang gunung kembang akan mundur bila Puyang Cap Sujian Tanggo Raso dapat memenangkan empat macam teka-teki sebagai taruhan, dari orang Gunung Kembang.

Seluruh rakyat Betang hari Pino gundah gulana, karena Gunung Kembang akan datang menyerang sambil mengajukan teka-teki. Kegelisahan melanda kehidupan rakyat dan membayangkan kedatangan orang Gunung Kembang sebagai suatu peristiwa yang amat mengerikan rakyat, bila teka-teki itu tak dapat dijawab. Pada waktu seluruh rakyat sedang berduka. Datanglah seorang pemuda bernama Raden Miskin yang menawarkan jasa baiknya melalui suratnya ke Puyang Cap Sujian di Tangga Raso Ilir Pino. Isi suratnya antara lain; "Jika Puyang Cap Sujian mengizinkan. Raden Miskin akan menjawab teka-teki itu dan akan memenangkan taruhan itu."

Setelah membaca surat Raden Miskin, Puyang Cap Sujian bagaikan gelap sekarang mendadak terang, kesedihan berganti dengan suka cita karena bahaya akan sirna. Raden Miskin seorang Remaja yang berotak cerdas akan menjawab teka-teki dari orang Gunung Kembang, sekaligus merupakan taruhan atas kemenangan negerinya dari ancaman Kerajaan Gunung Kembang. Segera Puyang Cap Sujian, menyurati Raden Miskin dan menyuruh datang ke Tanggo Raso bersama teman-temannya. Tak beberapa lama, rombongan Raden Miskin sampailah di Tanggo Raso.

Kedatangannya disambut dengan baik oleh Puyang Cap Sujian. Adapun pasukan gunung kembang telah lama berada di Tangga Raso, hanya menantikan kedatangan Raden Miskin yang dianggap oleh Gunung Kembang sesuatu hal yang lucu, karena tak mungkin Raden Miskin seorang pemuda ingusan, tak berpengetahuan dan baru hidup beberapa tahun saja sanggup menjawab teka-teki mereka.
 
 
Di suatu tempat teka-teki itu diajukan oleh Gunung Kembang kepada Raden Miskin, dalam bentuk bermacam-macam. Pertanyaan pertama yang dilakukan ialah mengenai pertaruhan mengadu kerbau. Untuk melawan kerbau yang gagah dari Gunung Kembang itu, maka Raden Miskin minta disiapkan seekor kerbau kecil yang masih menyusui. Kerbau itu tidak diberi makan selama dua hari. Kerbau kecil itu diberi pisau tajam yang berbisa di dekat hidungnya, sedangkan kerbau dari Gunung Kembang seekor kerbau yang besar dan mempunyai tanduk yang tajam. Setelah kerbau didekatkan dan kedua-duanya dilepaskan, maka kerbau besar tadi mendekati kerbau kecil itu. Sedangkan kerbau kecil tadi kian mendekat pula, disangkanya ibunya, dengan tiba-tiba anak kerbau yang lapar itu ingin menyusu sehingga pisau yang ada di kepala kerbau kecil itu melukai perut kerbau besar tersebut.

Setelah terluka kerbau dari Gunung Kembang  yang besar dan gagah itu berlari dan akhirnya mati. Maka pertarungan pertama selesai. Orang dari Gunung Kembang pada pertaruhan pertama dinyatakan kalah. Untuk selanjutnya dikemukakan pertanyaan yaitu menentukan ujung pangkal sepotong kayu yang panjangnya satu meter dan sama besarnya ujung dan pangkalnya, Raden Miskin mengambil kayu itu dan direndamnya ke dalam air, sehingga mana yang lebih dalam tenggelam itulah pangkalnya dengan demikian teka-teki kedua dapat dibuktikan dan juga menang.

Selesai pertaruhan diatas, maka diadakan lagi pertaruhan berikut. Adapun pertaruhan ketiga ini orang dari Gunung Kembang minta diputuskan perkara yang sedang mereka adili karena berhutang, yaitu kalau saya hitung daging punggung itu hanya satu kail, dibawa tidak boleh dipotong. Untuk membayar utang tersebut mudah saja kata Raden Miskin, hanya saja dibawa tidak boleh dipotong, kurang tidak boleh disambung, lebih tentu tidak pandai. Dengan ucapan demikian pertaruhan yang ketiga ini dapat terjawab dan juga menang.

Pertaruhan terakhir Raden Miskin ini disuruh menentukan jenis kelamin dua ekor burung yang dikurung dalam sangkar. Untuk menentukan mana yang betina dan mana yang jantan, maka Raden Miskin mengambil sangkar burung itu dan langsung burung itu diterbangkan dengan membuka pintu sangkarnya. Yang terbang lebih dahulu itulah jantan dan terbang terakhir itulah betina.

Dengan berakhirnya pertaruhan ini maka dinyatakanlah bahwa orang Gunung Kembang kalah dan Puyang Cap Sujian dinyatakan menang. Sehingga rejung dan barang orang Gunung Kembang dirampas yang akibatnya orang Gunung Kembang tidak bisa pulang ke tempatnya. Dan akhirnya mereka menyingkir di dekat air sungai dan di sana mereka berkebun kunyit dan memelihara kerbau.

Kemudian oleh Puyang Cap Sujian mereka itu dikejar lagi sehingga mereka semuanya lari meninggalkan tempat itu, sampai sekarang ada nama sungai bernama air "SEKUNYIT".

Orang Gunung Kembang tersebut lari dan dikejar, sampai dekat air pinggir pasar Manna, dan sewaktu menyeberang sungai tersebut terlepaslah tanduk kerbau orang Gunung Kembang disungai itu. Maka sungai di dekat pasar Manna itu dinamakan dengan "Air Sarak".

Dari Air Sarak inilah Puyang Cap Sujian kembali ke Tanggo Raso dan Raden Miskin tidak pulang lagi ke muara sungai Bonakan. Mereka hidup bersama-sama dengan rakyat di batang hari Pino.

Sumber : Cerita Rakyat Daerah Bengkulu oleh Depdikbud
 
http://alkisahrakyat.blogspot.co.id/2016/04/raden-miskin-cerita-rakyat-bengkulu.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline