Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Sejarah Maluku Maluku
5_Kerajaan Nunusaku Dan Penyebab Kehancurannya
- 19 Mei 2018
Kerajaan Nunusaku Dan Penyebab Kehancurannya. Nunusaku adalah salah satu kerajaan besar tertua yang berada di Pulau Seram bahkan keberadaanya diyakini jauh sebelum masehi (SM). Nunusaku merupakan Kerajaan yang diyakini sebagai asal usul semua masyarakat adat yang ada di Maluku. Menurut para Sejarawan belanda seperti Kenedy, Devendak dan Frank Cooley, usia Pulau Seram ± sekitar 3000 juta tahun atau ± 3 miliar tahun. Dengan demikian kerajaan ini merupakan kerajaan yang sangat tua yang diperkirakan telah ada sebelum zaman batu, namun hancurnya kerajaan Nunusaku sudah pada jaman besi, hal ini dibuktikan dengan adanya parang-parang serta tombak yang  digunakan para kapitan untuk berperang yang terbuat dari besi. Kerajaan Nunusaku dilambangkan dengan Pohon Beringin Tua, mengingat di Kerajaan Nunusaku dahulu banyak terdapat Pohon Beringin dan dianggap sebagai pelindung Kerajaan Nunusaku.

Kerajaan Nunusaku Dan Penyebab Kehancurannya

Sejak dahulu Kerajaan Nunusaku memang telah dikaitkan dengan Pohon Beringin hingga Pohon Beringin dijadikan sebagai lambang Kerajaan Nunusaku. Menurut penuturan para tetua zaman dahulu/leluhur, pohon Beringin dahulu banyak terdapat di Kerajaan Nunusaku dan pusatnya berada di Kerajaan Nunusaku yaitu Pohon Beringin besar yang sangat Tua. Menurut kepercayaan, Pohon Beringin tersebut yang kemudian menurunkan Tiga Batang Air (Kwele Batai Telu) yaitu Tala, Eti dan Sapalewa yang mengaliri Pulau Seram dengan deras.
 
Kerajaan Nunusaku Dan Penyebab Kehancurannya

Pohon Beringin Tua Nunusaku

Hal ini dibuktikan dengan Kapata atau syair-syair dalam bentuk nyanyian yang menggambarkan peristiwa tersebut. Misalnya nyanyian yang berbunyi   :

"Nunu e Nunu e, Nusaku Ie Nusa Ina. Suru Siwa lima o, Lau Latane Samsuru"


Jika diterjemahkan kurang lebih berarti :

"Oh beringin-beringin pelindung di Nusa Ina, menurunkan Pata Siwa Pata Lima, terbagi-bagi turun ke pasir pantai"

Pohon Beringin besar yang banyak terdapat di kerajaan Nunusaku inilah yang mengakibatkan pemberian nama Pulau Seram setelah hancurnya kerajaan Nunusaku, karena memang bentuk dari Pohon Beringin yang cukup menyeramkan. Sehingga diberi nama Pulau yang Seram yang kemudian berubah menjadi Pulau Seram. Bangsa asli Kerajaan Nunusaku adalah Bangsa Alifuru. Bangsa Alifuru terbagi atas dua suku bangsa yaitu, Pata Alaone Halune (Suku Alune) dan Pata Wemale Memale (Suku Wemale).

Perbedaan antara kedua suku ini terletak pada Bahasa, cara berpakaian dan sebagainya. Perbedaan paling menonjol yang dapat kita lihat misalnya cara berpakaian yaitu penggunaan cawat atau dalam hal-hal tertentu, kemudian perbedaan lainnya yaitu suku Alune sangat menghargai kelahiran sementara suku Wemale menghargai mensturasi. Selain itu Suku Alune punya upacara yang dinamakan Kakehan sementara Suku Wemale punya upacara yang dinamakan Tangkoleh.
 
Kerajaan Nunusaku Dan Penyebab Kehancurannya
Peta Pulau Seram
 

Hancurnya Nunusaku

 
Kerajaan Nunusaku dipercaya hancur akibat banjir besar (dikenal juga dengan Air Bah), yang membaginya menjadi Tiga Batang Air (Kwele Batai Telu), yaitu Batang Air Tala, Batang Air Eti dan Batang Air Sapalewa. Pada waktu itu ditandai juga dengan meninggalnya Putri Niwele, yang merupakan putri kesayangan Raja Nunusaku serta kebanggaan kerajaan Nunusaku. Putri ini adalah seorang yang sangat cantik, dan jarang kelihatan didepan umum. Sehingga munculnya putri secara tiba-tiba pada pesta besar kerajaan, yang langsung berada di tengah kelompok penari Maru-Maru membuat penonton terkagum-kagum. Tari Maru-Maru merupakan tari yang menyajikan persatuan kesatuan dan kekuatan sehingga para kapitanlah yang melakukan tarian ini, dengan demikian bagi fisik yang lemah tidak bisa mengikuti tari ini.
 
 
Sebelum tarian berbentuk lingkaran, sang Putri Niwele sudah masuk dan menari-nari. Karena terkesima dengan kecantikan sang putri, kelompok tari dengan cepat membentuk lingkaran untuk mendekati sang putri. Lingkaran kemudian makin mengecil, semua anggota tari ingin menyentuh kulit putri Niwele yang akhirnya menyebabkan si putri terjepit jatuh lalu terinjak-injak sampai mati. Kematian putri membuat raja sangat marah, raja kemudian memerintahkan bala tentara kerajaan untuk bergerak membunuh semua anggota penari dan siapa saja yang mencoba menghalangi. Berhubung semua penari adalah Kapitan, maka terjadinya perlawanan sehingga secara otomatis menimbulkan perang yang tidak bisa dihindarkan.
 
 
Kemarahan sang Raja yang mempergunakan kekuatan mana magisnya atau yang dikenal dengan kekuatan supra natural/kesaktiannya menghantam bumi dengan pijakan kaki yang keras (banting kaki) sebanyak tiga kali maka bumi pun berguncang sehingga air muncul dan menyapu semua yang ada membentuk tiga cabang sungai besar atau yang dikenal dengan Tiga Batang Air (Kwele Batai Telu), yaitu  yang mengalir kearah selatan masing-masing batang Batang Air Tala, Batang Air Eti dan Batang Air Sapalewa.


Eksodus

 
Disinilah awal mula terjadinya eksodus besar-besaran menyelamatkan diri dari peperangan maupun bencana menakutkan itu. Ada kelompok-kelompok yang menyusuri Batang Air Tala, Batang Air Eti dan Batang Air Sapalewa. dengan mempergunakan gosepa atau rakit. Karena dalam suasana perang maka satu dengan yang lain tidak mengetahui mana lawan ataupun kawan, sehingga apabila orang yang diketemukan bukan dari kelompoknya, maka peperangan maupun pembunuhan akan terjadi hanya untuk mempertahankan diri masing-masing kelompok.

Kelompok-kelompok ini kemudian berpencar dan mencari wilayah yang menurut mereka aman untuk ditempati lalu terbentuklah ratusan ribu Negeri-Negeri Adat di wilayah Maluku. Inilah perpecahan/perpisahan dari kerajaan Nunusaku yang seringkali dalam Kapata-Kapata dinamakan dengan Heka Nunusaku (Heka = Pisah, Nunusaku = Beringin Pelindung). Yang bermakna terpisah dari Beringin Pelindung yang tidak lai adalah Beringin Nunusaku.
 
Sumber: http://www.tihulale.com/2015/06/Kerajaan-Nunusaku-Dan-Penyebab-Kehancurannya.html

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline