Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
5_Kejadian Manusia Dari Daun Tea
- 21 Mei 2018
Kejadian Manusia Dari Daun Tea ~ Tersebutlah ada dua orang laki-laki, Legea dan Vunjiaka namanya. Di antara keduanya tidak diketahui mana yang lebih tua atau yang lebih muda. Konon mereka menemukan dua lembar daun tea di tengah hutan belantara. Daun tea itu ternyata daun ajaib. Begini ceritaranya.

Pada suatu hari Lagea dan Vunjiaka pergi menebas kayu di hutan untuk dijadikan kebun. Dibakarlah kayu-kayu yang sudah terpotong karena sudah hampir tiba waktunya untuk menanami kebun.

Di rumah mereka ada sebuah guci, bentuknya seperti tempayan tempat air. Guci itu diisi air sampai penuh, barulah mereka pergi lagi untuk menyelesaikan pekerjaan di kebun. Tetapi ketika mereka kembali dari kebun, didapatinya guci itu sudah kosong. Siapa kiranya yang mengambil air di guci itu sampai habis?

Sesudah tujuh hari, tempayan itu diisi air lagi, lalu ditinggalkan lagi ke kebun. Tetapi baru tengah hari mereka pulang untuk melihat keadaan di rumah, ingin mengetahui siapa yang mengambil air di tempayan. Mereka mengintip dengan diam-diam. Maka kedengaranlah suara orang itu adalah penjelmaan daun tea yang diketemukan mereka. Mereka lalu teringat peristiwa ketika mereka menemukan daun tea itu, yakni ketika mereka berburu rusa melewati rawa-rawa.

Pada waktu berburu itu mereka membawa serta seekor anjing. Mereka masuk hutan keluar hutan. Dan tiba-tiba anjingnya mengonggong sambil mengejar seekor rusa. Tetapi setelah tiba di tepi rawa-rawa, yang diketemukan mereka di sana hanyalah dua lembar daun tea. Dan si anjing terus saja menyalaki daun itu. Lagea mengambilnya selembar, kemudian dibawa ke rumah dan disimpannya, disisipkan di atap rumah. Daun tea itu dipeliharanya dengan baik-baik, setiap kali di bersihkan dengan air.

Pada suatu hari Lagea mendapati seorang wanita sedang mandi di rumahnya. Ternyata wanita itu adalah penjelmaan daun tea yang ditemukan di hutan dahulu. Wanita itu segera ditangkapnya Akhirnya keduanya kawin.
Tibalah saatnya isterinya mengidam, lalu katanya kepada Lagea dan Vunjiaka. "Besok pagi pergilah kalian ke hutan mencari rusa."

"Di mana kami harus mencarinya?"
 
 
"Di gunung Layar, jalan yang menuju Poboya. Apabila kalian sudah berhasil menangkap babi atau rusa, carilah bambu di gunung Layar itu. Potong dan ambillah bambu itu. Bawalah kemari  untuk di jadikan tempat memasak rusa atau babi."

Mereka berangkat. Tak lama kemudian seekor rusa besar tertangkap oleh anjing mereka. Segera diikat kakinya. Tapi ketika akan pulang mereka teringat akan pesan istri Lagea.

Vunjiaka berkata. "Bagaimana pesan istrimu Lagea?"

Lagea menjawab, "Katanya ada bambu yang harus dipotong untuk dijadikan tempat memasak. Kalau begitu baiklah kau naiki rusa itu dan aku yang akan memotong bambunya."

Lagea berangkat. Setelah bambu itu diketemukan lalu dipotongnya. Semak-semak di sekitar bambu itu dibersihkan lebih dahulu agar mudah untuk memotong bambu pesanan istrinya itu.

Tetapi ketika Lagea hendak mulai memotong, tiba-tiba ada suara terdengar, "Jangan kakiku, di atasnya lagi. "Lagea mulai hendak memotong bagian yang lebih tinggi. Tapi terdengar lagi suara. "Jangan betisku, lebih ke atas lagi saja." 

Maka setiap kali Lagea hendak memotong, selalu ada suara yang mengganggunya, yang meminta agar yang dipotong hendaknya bagian yang lebih tinggi lagi. Akhirnya Lagea tidak jadi memotong bambu itu.

Rupa-rupanya Vunjiaka ada ditempat itu juga. Tanpa berpikir panjang, Vunjiaka menggali rumpun bambu sampai ke akarnya, sehingga seluruh rumpun bambu itu terbongkar tanpa ada yang dipotong, lalu dipikulnya. Sedangkan Lagea lalu memikul rusa.

Dalam perjalanan keduanya berhenti pada dua buah batu yang merupakan pasangan untuk melepaskan lelah, karena terlalu berat beban yang dipikulnya. Di tempat itu tiba-tiba bambu yang dipikul Vunjiaka meledak muncullah seorang perempuan yang cantik sekali. Wanita itu lalu dijadikan istri oleh Vunjiaka.

Sejak itu lahirlah berbagai macam adat dan upacara, tarian seni tenun-menenun, sede yaitu upacara untuk laki-laki dan saudu, lelio, silalondo, tomanangi, voleara. Semuanya itu melahirkan adat upacara khitanan bagi laki-laki dan perempuan.

Upacara adat yang dilakukan sampai saya ke dunia luar, sekarang mengambil dasar adat lama dari asal mula kejadian manusia dari daun tea tadi. 

Dalam upacara adat terdengar pula lagu yang berkenaan dengan asal mula terjadinya manusia dari daun tea, misalnya:
Tidak durhaka dan tidak celaka Vunjiaka.
Bawa saya, bawalah saya ke dunia luar.
Vunjiaka segera bawa, bawalah saya ke tanah Sibedi.
Kalau tidak dari daun tea, saya tidak mungkin dapat batang.
Jangan dilupakan saya yang jauh
Lupalah saya yang jauh melalui pelangi di langit biru.
Sumber : Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tengah
http://alkisahrakyat.blogspot.co.id/2016/03/kejadian-manusia-dari-daun-tea.html

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline