Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
5_Batu Di Lahirkan Menjadi Manusia (Kelahiran Yang Ajaib)
- 21 Mei 2018
Alkisah Rakyat ~ Puluhan tahun yang lampau, di Desa Singkona hiduplah satu  keluarga yang mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak yang pertama Aruloji dan anak yang kedua bernama Donci, sehingga keluarga itu biasa disebut Papa/Mama Aruloji. Bapaknya bernama Lebanu dan Ibunya bernama Teube.
 

Kehidupan sehari-hari keluarga tersebut adalah sederhana. Keluarga ini mempunyai sifat suka menolong orang dalam keperluan apa pun dan pemurah hati kepada sesama manusia. Keistimewaan yang dipunyai oleh keluarga itu, yakni Papa dan Mama Aruloji termasuk keluarga dukun besar yang baik dan disenangi serta dihormati orang-orang di desa itu. Sekitar tahun 1930 yang lalu, setelah anaknya yang kedua telah berumur belasan tahun, maka sang ibu mengandung lagi. Suatu hal yang mengherankan sang ibu yakni bahwa selama dalam masa mengandung sampai menjelang saat melahirkan, kandungan sang ibu tidak pernah bergerak sedikit pun. Setelah tiba saat melahirkan, maka sang ibu pun melahirkan kandungannya itu. Tetapi anehnya, bayi yang dilahirkan ternyata bukan seorang bayi manusia, melainkan dua buah batu. Dan kedua batu yang dilahirkan itu masing-masing mempunyai warna berbeda-beda. Batu yang pertama berwarna hitam sedangkan batu yang kedua berwarna belang putih dan merah. Adapun kelahiran dua buah  batu ini, dianggap kelahiran dua orang bayi kembar, karena masing-masing mempunyai tali pusat. Kedua batu itu masing-masing mempunyai bentuk atau besar yang berbeda yang satu kira-kira sebesar telur burung Maleo (Burung Maleo adalah sebangsa burung yang besar yang biasa bertelur di tepi-tepi pantai). 

Semalam, sebelum sang ibu melahirkan kandungannya, sang ibu bermimpi. Sang ibu teringat akan mimpinya, dalam mimpinya ada seorang nenek berambut panjang yang terurai sampai ke tanah, datang dan berkata kepada sang ibu:
  1. "Kandunganmu itu nanti bukan manusia, melainkan berupa dua buah batu yang berbeda warnanya."
  2. "Setelah kandungan itu lahir, maka mandikanlah seperti seorang bayi manusia, kemudian bungkus dengan kain VUYA (semacam kain yang terbuat dari pada kulit kayu) yang putih, lalu simpan di dalam peti yang tertutup atau terkunci.”
Petunjuk itu dituruti, oleh Ibu tersebut. Seminggu kemudian, dua buah batu yang disimpan di dalam peti yang terkunci itu, telah terbuka dengan sendirinya bagaikan biji tanaman yang mulai tumbuh pada lembaganya, namun isinya telah hilang.
 
Pada malam berikutnya, pada saat peti tempat dua batu itu terbuka dengan sendirinya, maka sang mimpinya semalam, bahwa isi berwujud dua orang manusia. Batu yang pertama berwarna hitam berwujud seorang wanita yang bertindak sebagai kakak, sedangkan batu yang kedua berwarna berwujud seorang laki-laki sebagai adik. Dan mulai saat itu, setiap saat yang diperlukan, keluarga itu didatangi oleh kedua anaknya yang kembar itu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, maka kedua anak kembar itu sudah mulai dewasa, sehingga setiap kali kedua anak kembar itu mendatangi ibunya di rumah, sudah dapat memperlihatkan dirinya dalam wujud sebagai manusia, kepada kedua kakak mereka. Aruloji dan Donci. Suatu waktu, kedua anak kembar itu menunjukkan tempat kediaman mereka yang mereka tempati hingga pada sasat ini. 

Pertama kali, ibunya dibawa oleh kedua anak itu ke tempat kediaman mereka di danau Poso, sekitar Tanjung Tolabo dan kemudian turun ke dalam air danau dengan pakaian yang tetap kering. Sampai di dasar danau tampaklah oleh mereka sebuah kota yang besar.

Kedua kalinya, kedua orang kakak mereka yaitu Aruloji dengan Donci dibawa ke dalam air Danau Poso, sekitar Tanjung Tolabo. Hanya anehnya, waktu Aruloji dan Donci akan turun ke dalam air danau tempat mereka berada, mereka hanya menyuruh kedua kakaknya terjun sampai di pekarangan rumah di dasar air danau itu. Di situlah Aruloji dan Donci melihat hal-hal yang aneh.

Buaya-buaya dalam air oleh anak kembar itu dianggap anjing-anjingnya. Dan kayu api untuk memasak adalah ikan belut yang ada dalam air danau itu.

Demikianlah hal-hal anaeh yang dilihat kakak dari kedua anak kembar itu setiap kali mereka dibawa ke danau Poso tempat kediaman adik mereka yang kembar itu.

Pada akhirnya, setelah Bapak dan Ibu Aruloji meninggal dunia, maka batu yang berwarna hitam yang telah menjelma menjadi anak perempuan pergi menemani kakaknya, Aruloji dan batu yang berwarna putih dan merah yang menjelma sebagai anak laki-laki, pergi menemani Donci.

Itulah sebabnya, Aruloji dan Donci biasanya dapat menolong orang-orang yang sakit apabila tidak dapat disembuhkan oleh Dokter atau dengan pengobatan lain. Sehingga kedua orang itu digelari orang sebagai dukun berkah wujudan manusia dari pada batu yang mereka miliki.

Adapun batu yang berwana hitam dimiliki dan disimpan oleh Aruloji. Dan batu yang berwarna belang putih merah dimiliki dan disimpan oleh Donci, yang hingga saat ini menjadi peninggalan bagi masing-masing bersaudara yakni saudara dan Aruloji dan saudara dari Donci.

Perlu ditambahkan atau dijelaskan, bahwa saudara Aruloji (laki-laki), masih hidup hingga sekarang ini dan bertempat tinggal di Desa/Kampung Singkona yang terletak pada jarak 25 kilometer sebelah Timur Desa Pendolo, ibu kota Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso.

Sedangkan saudara Donci (laki-laki, adik saudara Aruloji) hingga sekarang ini masih hidup dan bertempat tinggal di Desa Uwe Kuli, ibu kota Kecamatan Tojo Kabupaten Poso yang jarak jauhnya 54 kilometer dari kota Poso.

Dan pekerjaan kedua orang bersaudara itu adalah bertani, disamping menjadi dukun.

Sumber : Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tengah
http://alkisahrakyat.blogspot.co.id/2016/03/batu-di-lahirkan-menjadi-manusia.html

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Vila Van Resink
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Kertodadi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Cepet Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Potro
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev