|
|
|
|
Tradisi Menangkap Paus Tanggal 04 Dec 2014 oleh Desi Natalika . |
Menurut cerita, tradisi berburu ikan paus di Lamalera sudah dimulai sejak abad XIV dan terus berlangsung hingga kini. Laut Sawu yang berada di antara Pulau Timor dan Pulau Lembata menjadi tempat para nelayan menangkap ikan paus.
Sumber makanan yang berlimpah yaitu plankton menjadikan laut Sawu sebagai tempat singgah gerombolan ikan paus yang datang dari kutub Selatan ke Samudera Pasifik.
Tradisi menangkap ikan paus ala Lamalera adalah atraksi yang luar biasa terutama bagi orang yang berasal dari luar daerah. Tradisi ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya tradisi yang ada di wilayah Nusantara bahkan dunia. Hanya dengan peralatan yang sangat sederhana seperti tempuling atau harpoon tradisional dan tali, ikan seberat 15-20 ton bahkan lebih dapat ditakhlukan oleh sekelompok nelayan dengan 2 atau 3 perahu tradisional yang relatif kecil dibandingkan dengan ikan yang mereka tangkap.
Keberanian dan pengalaman yang matang dari orang-orang pilihan atau yang sudah mewarisi keahlian dari orang tua merekalah yang bisa melakukan tradisi menangkap ikan raksasa ini.
Menurut Tokoh Muda Lamalera, Gregorius B., kegiatan menangkap ikan paus didahului dengan upacara ritual. Malam sebelum musim lefa sekelompok pemilik perahu mengadakan doa bersama di rumah adat masing-masing.
Hari pertama musim lefa ini disebut dengan nama upacara tebu nama fatta. Seluruh masyarakat kampung Lamalera berkumpul di pantai berpasir di depan Kapel (gereja kecil) Santo Petrus (kapel ini terletak di tengah-tengah rumah peledang yang dibangun sejajar dengan pantai) untuk bermusyawarah mengenai penangkapan ikan paus.
“Penangkapan ikan paus ini biasanya dimulai awal Mei dan berakhir akhir Oktober. Kegiatan ini diawali dan diakhiri deng-an upacara Misa (Ibadat dalam agama Katolik),” kata alumnus IKJ ini menjelaskan.
Goris menceritakan, dalam perburuan ikan paus, seorang lamafa atau sang pemburu adalah tokoh yang sangat sentral. Seorang lamafa biasanya diturunkan dari moyangnya atau juga seorang yang memiliki kemampuan dan keberanian untuk melakukan itu. Salah satu syarat dasar menjadi seorang lamafa harus mampu berdiri dengan seimbang dan kokoh di hamalolo atau anjungan terdepan pada paledang atau perahu tradisional.
Pemilik paledang atau tena alep yang digunakan untuk menangkap ikan paus memiliki tugas untuk membagi ikan paus hasil tangkapan itu. Ikan itu akan dipotong menurut bagian-bagian yang sudah ditentukan dan dibagikan kepada mereka yang terlibat dalam proses ini.
Selain dikonsumsi, daging Ikan paus juga akan dijual atau dibarter dengan bahan makanan lain dari desa-desa terutama di pegunungan. Sementara minyak ikan dapat digunakan sebagai bakar lentra dan juga dimanfaatkan sebagai obat yang dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit.
Sumber : Forum hijau Indonesia
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |