Teman-teman, pasti udah gak asing dong sama kata sungkeman? Lalu, sungkeman itu apa sih?
Menurut KBBI, Sungkeman berasal dari kata sungkem yang berarti sujud atau tanda bakti dan hormat. Dalam Budaya Jawa Sungkeman bisa terjadi di beberapa tradisi yang salah satunya saat lebaran. Sungkeman adalah perilaku bakti dan hormat yang dilakukan oleh yang lebih muda ke yang lebih tua dengan saling memaafkan satu sama lain baik untuk kesalahan yang sengaja ataupun tidak, yang mana di dalamnya tersirat harapan dan doa agar ke depannya menjadi lebih baik.
Sungkeman biasa dilakukan dari yang muda ke yang tua, seperti anak ke orang tua, anak ke kakek neneknya, dan seterusnya. Tradisi Sungkeman pada idul fitri ini tidak hanya dilakukan ke keluarga atau kerabat saja tetapi juga bisa dilakukan ke tetangga yang lebih tua. Sungkeman adalah tradisi yang disakralkan dan layak untuk bisa memberikan doa berkat yang diharapkan dan berkah untuk kehidupan yang baik serta mendapat rahmat dari Tuhan.
Lalu, kapan dan dimana sungkeman dilakukan? Saat idul fitri, sungkeman bisa dilakukan setelah sholat id selesai dan kembali ke rumah masing-masing. Anak atau pihak yang lebih muda bisa mengunjungi pihak yang lebih tua dan melakukan prosesi sungkeman. Setelah selesai sungkeman dalam keluarga dan kerabat, maka bisa dilanjutkan dengan keliling ke tetangga atau sesepuh desa.
Sungkeman perlu dilakukan karena melalui sungkeman masyarakat dapat mengetahui dan mengingat bahwa mereka tetap harus memperlakukan orang tua dengan hormat. Sungkeman juga sebagai sarana melatih kerendahan hati. Sungkeman mengajarkan kita untuk berbuat baik, sadar dan disiplin, serta melatih diri mengatasi ego.
Jadi bagaimana proses sungkeman saat lebaran dilakukan? Pada prosesi sungkeman, pihak yang lebih muda bisa meminta maaf dan mengucapkan minal aidzin wal faidzin. Selanjutnya, pihak yang lebih tua dapat merespon dengan meminta maaf kembali serta mengucapkan doa-doa kepada yang tertuju. Jika pihak yang lebih muda masih bersekolah, maka dia akan diberikan doa agar kehidupan sekolahnya selalu lancar . Sedangkan, jika pihak yang lebih muda sudah berkeluarga, maka dia akan diberikan doa agar kehiduan rumah tangganya selalu diberkahi oleh Allah SWT. Selanjutnya, masyarakat akan berbondong-bondong mendatangi tetangga atau sesepuh di desa untuk mengantri dengan berjongkok sambil menunggu giliran sungkeman. Setelah itu, pihak yang lebih tua bisa memberikan uang fitrah pada anak kecil dan menyilakan tamu untuk menyantap makanan yang disediakan tuan rumah.
Dari literatur yang penulis baca, ternyata ada banyak jurnal yang membahas mengenai sungkeman ini loh teman-teman. Penelitian yang dilakukan Nurpeni Priyatiningsih (2022) dengan judul “Pendidikan Karakter Melalui Tradisi Sungkeman Adat Jawa” dan penelitian dengan judul “Tradisi Sungkeman Sebagai Kearifan Lokal Dalam Membangun Budaya Islam” yang dilakukan oleh Jamal Ghofir dan Mohammad Abdul Jabbar (2022). Keduanya sama-sama membahas mengenai tradisi sungkeman dengan titik fokus yang berbeda. Menurut jurnal tersebut, sungkeman sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Nah, sekarang teman-teman udah tau dong esensi dari sungkeman. Dengan demikian, penulis harap tulisan ini dapat bermanfaat dan tradisi sungkeman dapat terjaga sehingga manfaat yang ada pun bisa dirasakan.
Sumber :
Priyatiningsih, N. (2022). Pendidikan Karakter Melalui Tradisi Sungkeman Adat Jawa. Jurnal Sustainable. 5 (02).
Ghofir, J & Jabbar, M. A. (2022). Tradisi Sungkeman Sebagai Kearifan Lokal Dalam Membangun Budaya Islam. Jurnal Kajian Islam Alkamal. 2 (02).
https://kumparan.com/dukun-millennial/makna-sungkeman-dalam-adat-jawa-1u3JI1nLhkB
Dokumentasi Pribadi
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja