Tim Musik Bambu Dewasesi (DKS/Dewan Kesenian Situbondo) di ajang Festival Musik Bambu Jawa Timur di Hotel Bumi Surabaya menyuguhkan kesan unik. Pasalnya, sesaat setelah MC acara meminta para seniman itu menyiapkan instrumen, mendadak angin bertiup kencang dan petir menggelegar.
Para undangan termasuk dari Konjen RRT (Republik Rakyat Tiongkok), Manajer Hotel Bumi Guntur Tampubolon dan fungsionaris Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), dibikin berhamburan untuk berteduh.
Seperti dilaporkan Suarajatimpost.com, begitu Tim Dewasesi naik ke panggung MC meminta koordinator tim untuk menjelaskan sekilas historis pa’beng. Ketika pertunjukan berjalan sekitar tiga menit, gerimis mulai turun. Penonton di area out door masih belum beranjak. Namun saat gerimis mulai deras, mereka berhamburan mencari peneduh.
Menariknya, pertunjukan terus berlangsung. Pemain musik itu diguyur hujan. Uniknya lagi, Taufik ‘Monyong’ Hidayat Monyong yang merupakan Ketua DKJT terus memberi support. “Ayo, lanjuut,” teriaknya. Bahkan ia juga rela berbasah-basah di kursinya.
Usai penampilan, Taufik menyalami ‘kegigihan’ penyaji pa’beng. Ia menilai itu bukan hujan biasa, karena Surabaya tak diguyur hujan hampir seminggu.
“Ada enam kabupaten di Jawa Timur yang kita undang di hotel bintang lima ini. Pa’beng salah satu temuan alternatif dengan konsep spiritual yang tidak terbatas ruang dan waktu. Gabungan komposif yang layak dibaca. Tidak bisa hanya dinikmati, tetapi harus dengan rasa. Saya merasakan guyuran hujan itu anugerah,” ungkap Taufik.
Sementara itu, seniman penyaji dari Rengel, Tuban, Hewodn merasakan hujan itu sesuatu yang mistis. “Salahnya bawa perangkat ritual memanggil hujan,” kelakarnya.
Berdasarkan catatan suarajatimpost.com, subetnik Pariopo asal pa’beng lestari di jaman dulu, memang kerap menyelenggarakan upacara adat Pojhian Hodo, yaitu untuk memanggil hujan.
“Mungkin ini yang dihubung-hubungkan dengan kejadian ini. Entah, yang pasti ini kehendak Allah. Saya ingat, odheng (ikat kepala, red) yang dipakai vokalis adalah yang juga dipakai para Pamojhi kala melakukan upacara. Apalagi syair yang dibawakan juga memuat nama leluhur Pariopo, Ju’ Modhi’ dan juga tempat-tempat upacara yang dikeramatkan. Wallaahua’lam bisshawaab,” ujar Agung Hariyanto salah satu personel.
Salah satu personel lainnya, Agus Sodu menuturkan pada bahwa pa’beng adalah alat musik tradisional dari bambu yang pada jaman dahulu sering dimainkan oleh para perambah hutan di Dukuh Pariopo, Dusun Selatan, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo.
Sementara itu, Marketing DKJT, Mei Margaretha menyatakan bahwa penyajian musik bambu di hotel-hotel di wilayah Jawa Timur akan terus berlanjut.
“Dalam rangka pelestarian kearifan lokal, kita perlu memasarkan musik tradisional milik Jatim sendiri. Kita juga sudah menyiapkan langkah pemasaran dalam bentuk CD (Compact Disc). Untuk itu, kita harap para pelestari musik tradisi dapat merekam karyanya,” harap Mei. (ist)
http://www.timurjawa.com/2017/11/02/musik-bambu-pabeng-pariopo-situbondo-mistis/
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...