Mitos Kelahiran Di Tanah Sunda
Di tanah sunda dari jaman nenek moyang sampai sekarang masyarakat masih saja mempercayai mitos yang ada . salah satunya adalah ibu hamil yang sering membawa gunting lipat , peniti ketika dia pergi ataupun mereka dilarang keluar rumah saat maghrib datang . mitosnya , benda benda ini dapat menjaga bayi didalam kandungan dan ibu nya agar tidak diganggu oleh setan atau roh roh jahat lainnya . pasalnya ibu hamil selalu menjadi daya tarik untuk diganggu oleh mereka . banyak ibu hamil yang kehilangan bayinya ketika berumur 4 bulan . padahal awalnya mereka dinyatakan mengandung namun pada saat 4 bulan , kandungan mereka dinyatakan hilang begitu saja .
Biasanya gunting lipat diselipkan dibagian tertentu . dan peniti selalu dipakai dibaju . mereka percaya bahwa benda itu dapat menja bayi mereka agar tidak diambil oleh roh jahat . banyak orang yang percaya akan hal ini . memang terdengar aneh , namun semuanya tergntung kepercayaan kita .
Setelah bayi dilahirkan , ari ari yang bersama bayi pada saat didalam kandungan , akan dibersihkan dan disimpan di tempat tertentu . bahkan ada ari ari yang dikubur , dibuang ke sungai atau pun digantung . masyarakat percaya bahwa ari ari yang dikubur akan menjadikan anaknya betah di tempat mereka dilahirkan sedangkan yang dibuang kesungai menjadikan mereka berjiwa bebas dan pemberani . biasanya ari ari selalu diberi bumbu seperti bawang merah , bawang putih , gula , cabe dll . mitosnya bumbu ini selalu menjadi teman si bayi itu atau untuk membentuk sifat sifat mereka . jika bayi yang dikubur diganggu oleh binatang dang sampai dimakan , banyak orang yang percaya bayi itu akan meninggal .
Bayi yang sudah lahir dan dimandikan , di setiap ruangan selalu ada kaca dan alquran terutama di ruangan yang akan mereka temapti . mitosnya kaca sebagai penghantar jika ada yang mengganggunya dan alquran merupakan kitab suci yang dapat menjaga si bayi dari gangguan lainnya . orang orang dulu percaya bahwa anak kecil dan bayi dapat berinteraksi dengan makhluk halus dan sering ada mahkluk halus yang mengganggu mereka bahkan ada juga yang menjaganya sampai mereka besar nanti . jadi ibu hamil selalu intensif dan melakukan adat istiadat dari nenek moyangnya menjaga bayi yang baru lahir .
Kebudayaan ini tidak tergerus di makan waktu , karena masih banyak orang yang menjalankan adat ini . apalagi di tanah sunda . memang tidak ternalar oleh akal sehat . namun sebagian orang percaya bahwa mitos ini memang benar terjadi .
Apakah anda termasuk sebagian orang yang pecaya akan hal ini ??
#OSKM2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.