|
|
|
|
membakar kemenyan sebelum melakukan kegiatan tertentu Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM_16318129_DELFIRA ITB_2018. |
Orang minagkabau sangat erat hubungannya dengan adat, adat dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak dapat dilihat maupun diraba, tapi sebenarnya adat tersebut ada ditengah-tengah masyarakat minagkabau. Adat dalam masyarakat minangkabau dijadikan sebagai norma-norma atau aturan serta tradisi yang berkembang sejak dulunya secara turun temurun.
Di suatu daerah ada suatu tradisi yang dikenal dengan nama membakar kemenyan, setiap ada acara adat misalnya memperingati hari-hari besar umat islam maka untuk itu di setiap rumah yang memperingati hal tersebut melakukan makan bersama di rumahnya, yang mana dirumah tersebut diundang tetangga-tetangga dekat rumah serta tidak lupa mencari alim ulama atau ustad untuk memimpin doa sebelum makan.
Dalam melakukan doa tersebut tidak hanya doa mau makan yang dilantunkan oleh ustad tersebut melainkan banyak doa yang dibacakan seperti doa meminta keselamatan,meminta perlindungan dan masih banyak doa lagi.
Sebelum doa dilakukan, tuan rumah dari rumah tersebut sudah mempersiapkan seperti makanan telah dimasak serta telah dihidangkan di dalam rumah, sehingga pada saat tetangga dan ustad masuk ke dalam rumah sudah tinggal berdoa. Jadi pada saat semuanya udah ngumpul didalam rumah maka ustad menyuruh tuan rumah mengambil kemenyan. Setelah itu tuan rumah mengambil bara api lalu diletakkan dalam wadah seperti piring dan kemenyan tadi diletakkan diatas bara api yang telah diambil tadi. setelah beberapa saat maka akan tercium bau kemenyan tersebut sehingga pasa saat itulah doa akan dimulai.
Setelah doa selesai maka kemenyan tadi sudah boleh dibuang, dan abis itu barulah makan bersama yang mana disini laki-laki didahulukan dari pada perempuan sehingga perempuan harus menggu laki-laki dulu barulah bisa makan. Pada saat laki-laki makan tugas perempuan adalah melihat apakah butuh tambahan nasi, lauk atau minum bagi laki-laki. Setelah laki-laki selesai makan biasanya tuan rumah menghidangkan makanan penutup seperti agar-agar, pinyaram dan pisang. setelah itu ustad tadi berhak meninggalkan rumah tersebut, tapi sebelum itu tuan rumah biasanya memberikan sedikit imbalan berupa uang seikhlasnya kepada ustad yang telah datang kerumahnya, setelah itu barulah perempuan bisa makan dengan santai.Setelah makan , maka perempuan - perempuan tersebut membersihkan perlengkapan makan.
Jadi sekianlah pembahasan tentang ritual membakar kemenyan bagi masyarakat daerah yang ada diminagkabau dan sebagai anak bangsa kita harus tau tentang budaya yang ada diindonesia terutama yang ada didaerah dan jangan sampai kita melupakan budaya yang telah ada sejak dulunya hanya karena sekarang zaman sudah modern.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |