|
|
|
|
Lurik Klaten Tanggal 03 May 2023 oleh Haha_arsyad_21 . Revisi 3 oleh Haha_arsyad_21 pada 04 May 2023. |
Kata lurik berasal dari jawa kuno ‘lorek’ yang artinya lajur, garis, atau belang. Lurik ini sendiri merupakan turunan dari tenun yang kemudian terus mengalami perkembangan khususnya di pedesaan Jawa. Fun Factnya lurik memang sudah ada sejak zaman Majapahit, adanya kain bermotif lajur atau garis ini telah diceritakan dalam cerita Wayang Beber. Pada masa itu ada seorang kesatria yang ingin melamar putri raja dengan mas kawin sebuah alat tenun gendong.
Di wilayah Jawa nih dari zaman dulu kain lurik memang sudah digunakan sebagai pakaian baik di lingkungan biasa hingga keraton. Bahkan sampai sekarang para abdi dalem dan prajurit keraton masih menggunakan lurik sebagai pakaian sehari-hari. Wah, terus daerah mana yang memproduksi lurik di zaman itu ya? Salah satunya Klaten sebagai sentra lurik dengan teknik yang masih tradisional dan dipertahankan hingga sekarang yaitu menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Klaten sendiri memiliki 3 daerah penghasil lurik yaitu ada Delanggu, Pedan, dan Cawas. Menariknya daerah Pedan pernah mencapai masa emasnya sebagai pusat produksi lurik di Jawa Tengah. Nah ini berkat seorang pelopor yang mengajarkan cara membuat lurik kepada masyarakat Pedan sekitar tahun 1940-an. Ia adalah Suhardi Hadi Sumanto seorang saudagar yang mempelajari tekstil (Textiel Inrichting Bandoeng) yang akhirnya tertarik untuk membuka usaha tekstil dan mengajarkan pembuatan lurik pada masyarakat sekitar.
Pada tahun 1960-an menjadi masa keemasan Lurik di Pedan. Sekitar sekitar 500 industri tenun rumahan dengan 7.000 tenaga kerjanya memproduksi permintaan Lurik yang laris dipasaran. Namun, adanya konglomerasi di era Orde Baru menjadikan produksi Lurik di Pedan ini sedikit meredup. Modernisasi juga berdampak pada penggantian ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) menjadi Mesin di industri-industri Lurik Pedan. Eits tapi nggak semua industri lurik melakukan hal tersebut karena masih ada industri yang mempertahankan ATBM sebagai alat produksinya.
Umumnya Lurik memiliki tiga corak dasar saja, yaitu Lajuran, Pakan Malang, dan Cacahan. Corak lajuran memiliki bentuk lajur yaitu garis-garisnya membujur secara vertikal. Selanjutnya corak pakan malang garis-garisnya melintang secara vertikal dan horizontal. Terakhir corak cacahan, corak ini sedikit rumit karena terjadi persilangan antara dua corak sebelumnya (lajuran dan pakan malang). Di Pedan Klaten corak dasar tersebut dikembangkan dan menciptakan motif khasnya. Ada motif Tumenggungan, Bribil, Liwatan, Tumbar Pecah, Lasem dan motif Telu-Pat.
Sama halnya dengan Batik ternyata setiap motif Lurik juga memiliki filosofisnya loh! Jadi penggunaannya disesuaikan dengan tradisi yang berlaku, seperti motif Telu-pat motif khas Lurik Klaten dipakai oleh abdi dalem. Ada juga motif Tumbar Pecah yang hanya digunakan untuk upacara selamatan tujuh bulanan karena dipercaya untuk keselamatan bayi. Wah! ternyata Lurik memang tidak bisa dipisahkan dengan adat, filosofi, dan makna dari pemakainya karena didalamnya terkandung nasihat, harapan, permohonan, dan kepercayaan tradisi Jawa.
Referensi:
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |