Lemper Lemper merupakan salah satu makanan tradisional Jawa. Sebagai jajanan pasar tradisional dari Jawa, lemper sudah ada dan dikenal sejak lama. Jajanan ini terbuat dari bahan dasar beras ketan yang di dalamnya berisikan daging ayam atau sapi.
Jajanan lemper berbentuk silinder kecil dan dibungkus dengan daun pisang. Tekstur yang dimiliki lemper sama seperti tekstur dari beras ketan yang menjadi bahan dasarnya yang lengket. Sebagai jajanan pasar tradisional dari masyarakat Jawa yang memiliki penuh pemaknaan dalam kehidupannya, lemper memiliki arti dan filosofisnya tersendiri bagi masyarakat Jawa.
Pertama ada pada daun pisang sebagai pembungkus lemper. Daun pisang merupakan bagian terluar dari lemper sebagai penjaga makanan tersebut dari hal-hal luar yang dapat mengotorinya. Dapat diibaratkan daun pisang merupakan rintangan dan masalah dalam kehidupan manusia yang didalamnya pasti memiliki isi atau makna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Kedua ada pada ketan yang menjadi bahan baku dari lemper. Ketan pada lemper merupakan bagian yang menyelimuti bagian inti dari lemper itu sendiri. Sebagai penyelimut bagian inti dari lemper, ketan dianalogikan sebagai kenikmatan yang dapat dirasakan setelah membuka daun pisang sebgai pembangkus lemper tadi. Namun, sebagai manusia kita diajarkan untuk tidak mudah berpuas diri dalam suatu kenikmatan yang telah didapatkan karena pada lemper tersebut masih terdapat bagian inti.
Ketiga ada pada daging ayam atau sapi sebagai bagian inti atau bagian terdalam dari lemper. Kenikmatan yang didapatkan dari daging sebagai isi inti dari lemper menambahkan cita rasa tersendiri. Sehingga, inti dari lemper tersebut dapat diibaratkan sebagai kenikmatan hakiki dan lebih yang didapatkan dari manusia yang mau untuk terus berusaha dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Lemper merupakan jajanan tradisional yang cara membuatnya relatif cukup mudah. Sebagai persiapan dapat dengan menanak ketan dan membuat daging cincang. Daging cincang dapat ditukar atau disubstitusi dengan hal lain seperti abon ataupun gula merah. Selanjutnya ketan yang sudah matang diletakan diatas loyang cetakan kemudan di isi dengan daging yang sudah dicincang tadi. Tahap terakhir ketan yang sudah berisikan daging tadi dibungkus dengan daun pisang menyerupai lontong kemudian dikukus hingga matang.
Referensi : Nurhayati, Endang et. all. Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa Serta Alternatif Pengembangannya. Damayanti, Ika, Assingkilly, Muhammad Shaleh, dan Kamala, Izzatin. (2020). Pesan Moral dan Nilai Pendidikan dari Simbolik Lemper Raksasa dalam Upacara Adat Rebo Pungkasan.
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati