|
|
|
|
Kesenian Tari jaipong Tanggal 18 Mar 2020 oleh Ilma zakiyah wangisuta . Revisi 6 oleh Ilma zakiyah wangisuta pada 18 Mar 2020. |
Bandung adalah kota metropolitan yang secara geografis bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Bandung memiliki banyak nama. Satu di antaranya yang legendaris adalah Kota Kembang. Padu padan 'Bandung Kota Kembang' bermakna Bandung Kota Bunga. Dalam gambaran kata per kata, Kota Bandung pada saat itu memiliki keindahan yang sangat luar biasa dengan hiasan bunga yang tumbuh subur. Seperti itulah pengertian sebagian besar masyarakat akan makna sebutan 'Bandung Kota Kembang'. Dalam sudut pandang sejarawan, sebutan 'kota kembang' mengarah pada kekaguman para bangsawan Belanda terhadap gadis – gadis Kota Bandung zaman dahulu kala, yang kecantikannya mereka analogikan sebagai keindahan kembang atau bunga.
Bandung juga terkenal dengan kota yang memiliki banyak ciri khasnya tersendiri. Terutama dalam bidang kesenian. Banyak seniman – seniman yang lahir di Kota Bandung. Salah satunya adalah Bapak Gugum Gumbira. Beliau merupakan seorang pegiat seni yang menaruh perhatiannya pada seni tari tradisional jaipongan. Karya Bapak Gugum Gumbira yang pertama kali dikenal masyarakat adalah Tari Jaipong "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong". Dari kedua jenis tarian itu, muncul beberapa nama penari Jaipong terkenal seperti, Tati Saleh, Eli Somali, Yeti Mamat, dan Pepen Dedi Kurniadi. Kemudian pada tahun 1980 – 1990-an, Bapak Gugum Gumbira kembali menciptakan tari lainnya seperti Toka – toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, dan berbagai tari lainnya. Tentu saja seiring dengan berjalannya waktu, jumlah para penari yang semakin profesionalpun bertambah. Dapat dikatakan, Tari Jaipong telah menjadi salah satu ikon kesenian yang dimiliki Jawa Barat, dan sering dipertontonkan pada berbagai acara termasuk acara – acara penting untuk menghibur tamu asing dari berbagai negara yang datang ke Kota Bandung. Juga, saat melakukan misi kesenian ke mancanegara. Namun untuk membuat kesenian Tari Jaipong terkenal dan diterima oleh masyarakat pada awalnya tidak berjalan dengan baik. Pada awal kemunculannya, tarian ini sempat menjadi perbincangan hangat, terlebih karena gerakan – gerakannya yang dianggap erotis dan vulgar. Tapi hal itu justru membuat Tari Jaipong mendapatkan perhatian dari media, termasuk ditayangkannya Tari Jaipong pada tahun 1980 di TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Semenjak itu, Tari Jaipong semakin populer dan frekuensi pementasannya pun semakin bertambah. Kelahiran Tari Jaipong pun menginspirasi para penggerak seni tari tradisional untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang mendapat perhatian. Kemunculan jenis tarian ini juga membuka lahan usaha bagi para penggiat seni yang membuka kursus untuk belajar Tari Jaipong. Sementara pengusaha hiburan malam memanfaatkan Tari Jaipong untuk memikat pengunjung tempat usahanya.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |