Makanan tradisional di setiap daerah cukup beragam. Kendati bahan dasar dan proses pembuatannya hampir sama, namun penyebutannya bisa saja berbeda. Salah satu makanan tradisional yang cukup banyak ditemukan di daerah-daerah khususnya di Pulau Jawa adalah getuk. Getuk merupakan makanan ringan yang umumnya terbuat dari singkong atau ketela pohon (Andryan 2012). Cara pembuatan getuk ini biasanya cukup sederhana. Getuk dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Di Grobogan terdapat salah satu jenis getuk yang dinamakan getuk alus, beberapa orang juga menyebutnya sebagai getuk sapah. Getuk alus ini berbahan dasar singkong yang ditaburi dengan kelapa. Bahan baku singkong cukup mudah didapatkan di area Grobogan, karena banyak petani di Grobogan yang menanam singkong, entah itu menanami seluruh ladang dengan singkong ataupun hanya di pinggiran tanaman lainnya.
Singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat, tak heran jika pada zaman dahulu singkong dijadikan makanan utama. Per 100 gram singkong mengandung kalori 146,00 kal, air 62,50 gr, fosfor 40,00 mg, karbohidrat 34,00 gr, kalsium 33,00 mg, vitamin C 30,00 mg, protein 1,20 gr, besi 0,70 mg, lemak 0,30 gr dan vitamin B1 0,06 mg [4]. Kandungan energi sebesar 204 kilokalori, protein 0,5 gram, karbohidrat 47,4 gram, lemak 1,4 gram, kalsium 97 miligram, fosfor 52 miligram, dan zat besi 1,5 milligram (Nalandari et al 2022). Dengan berbagai kandungan tersebut aneka olahan singkong dapat menjadi bahan makanan yang cukup menyehatkan.
Berdasarkan penuturan salah satu warga Grobogan yang pernah berjualan getuk, untuk cara pembuatan getuk alus sendiri cukup sederhana. Setelah singkong dicuci bersih dan dipotong menjadi beberapa bagian, singkong akan dikukus terlebih dahulu hingga lunak. Setelah lunak singkong akan ditumbuk menggunakan alu dan lesung (alat tumbuk yang terbuat dari kayu), bisa ditambahkan garam untuk menambah cita rasa gurih.
Setelah ditumbuk, singkong akan menjadi adonan lengket. Adonan singkong kemudian dipindahkan ke tempat lain dan dipipihkan untuk selanjutnya dipotong kotak-kotak. Adonan sudah menjadi getuk, untuk penyajiannya akan diberi taburan parutan kelapa, bisa juga ditambah gula pasir ataupun lelehan gula merah. Umumnya akan dibungkus menggunakan daun jati atau daun pisang, namun saat ini sudah banyak yang menggunakan wadah mika bening untuk pengemasannya.
Di Pasar Lebak (salah satu desa di Grobogan), satu porsi getuk alus yang dibungkus daun jati dijual sebesar Rp 1000,-. Kebanyakan penjual getuk ini tidak hanya menjual getuk alus saja, namun juga aneka getuk lainnya, seperti getuk lindri, getuk goreng, hingga tritik genik. Mayoritas pembeli getuk ini merupakan orang tua, masih sedikit anak muda yang menyukai getuk. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi dalam pengolahan ataupun pemasaran getuk sebagai makanan tradisional.
Referensi: ANDRYAN, STEPHANI (2012) PERILAKU KONSUMSI DAN PENGETAHUAN TENTANG JAJANAN TRADISIONAL BERBASIS SINGKONG TERHADAP KONSUMEN DEWASA MUDA DI SEMARANG. Other thesis, Prodi Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata. Nalandari et al. (2022). Implementasi Screw ExtruderUntuk Usaha GetukSingkongdi Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat. Vol 6 (3): 97-100.
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...