Kota Pekanbaru adalah salah satu Daerah Tingkat II sekaligus sebagai ibukota Provinsi Riau, Indonesia. Sebelum ditemukannya sumber minyak, Pekanbaru hanyalah sebuah kota pelabuhan kecil yang berada di tepi Sungai Siak. Namun, saat ini Pekanbaru telah menjadi kota yang ramai dengan aktifitas perdagangannya. Letaknya yang strategis (berada di simpul segi tiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura), menjadikan Kota Pekanbaru sebagai tempat transit (persinggahan) para wisatawan asing, baik dari Singapura maupun Malaysia, yang hendak berkunjung ke Bukittinggi atau tempat-tempat lain di Sumatera. Keberadaan Kota Pekanbaru yang ramai ini memiliki sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat Riau. Terdapat dua versi mengenai asal-mula kota ini yaitu versi sejarah dan versi cerita rakyat. Menurut versi sejarah, pada masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). Dalam perkembangannya, Dusun Senapel...
Tepat satu hari sebelum Nyepi, semua desa di Bali mengadakan ritual di jalan lintas utama desa, yang dianggap tempat pertemuan setan. Mereka biasanya membuat Ogoh-ogoh (roh jahat atau Kala Butha terbuat dari bambu) untuk tujuan karnaval. Merupakan kemeriahan pawai karya figuratif besar yang biasa disebut ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh monster melambangkan roh-roh jahat di sekitar lingkungan kita yang harus disingkirkan dari kehidupan kita. Ogoh-ogoh biasanya tokoh raksasa yang diambil dari pengetahuan Bali klasik. Semua memiliki taring, mata melotot dan rambut menakutkan. Kegiatan ini biasanya diselenggarakan oleh Teruna Seka, organisasi pemuda Banjar. Karnaval sendiri diadakan di seluruh Bali bersesuaian dengan terbenamnya matahari. Bleganjur berupa musik gamelan Bali mengiringi prosesi. Karnaval ogoh-ogoh sudah dianggap bernilai pertunjukan sehingga dinikmati semua orang termasuk wisatawan. Ogoh-ogoh juga berkaitan dengan ritual selanjutnya yaitu: Pengrupukan. ritual ini mel...
Upacara ini dilakukan tiga hari sebelum menjalankan tapa Brata Penyepian pada hari Nyepi.Upacara Melasti, memiliki nama lain atau sering juga disebut upacara Melis atau Mekilis. Upacara ini bertujuan mensucikan diri dan membuang segala keburukan ke laut. Selain itu, ini merupakan waktu dibersihkannya segala sarana persembahyangan yang ada di pura (disucikan).Pelaksanaan Melasti, umat Hindu berduyun-duyun mengarak benda-benda sakral milik pura mengelilingi desa kemudian dilanjutkan menuju pantai tempat dilaksanakan upacara. Di pantai suasana menjadi teramat hiruk-pikuk, rombongan umat dari berbagai penjuru silih berganti berdatangan untuk menjalankan upacara Melasti. Upacara Melasti dilaksanakan dengan melakukan sembahyang bersama menghadap ke laut. Selesai sembahyang, arak-arakan umat dan benda-benda sakral milik pura kembali ke desa masing-masing.
Ogoh-Ogoh, satu hari sebelum nyepi masyarakat Hindu di Bali & Lombok melangsungkan perayaan ogoh-ogoh. Ogoh-ohoh itu sendiri patung raksasa ya g terbuat dari rangka bambu yang dilapis kertas dan kain. Biasanya ogoh-ohoh akan diarak dengan cara diangkat beramai-ramai sampai kemudian akhirnya dibakar / dimusnahkan. Hal tersebut untuk melambangkan pembersihan diri dari roh jahat (raksasa) sebelum masuk ke ritual nyepi.
Megoak-goakan ini adalah tarian rakyat yang sering kali dipentaskan menjelang Hari Raya Nyepi dan hanya terdapat di Desa Panji, kecamatan Sukasada 6 km ke selatan dari Kota Singaraja. Nama megoak-goakan diambil dari nama Burung Goak (Burung Gagak) ketika burung itu mengincar mangsanya kegiatan ini merupakan pementasan ulang dari sejarah kepahlawanan Ki Barak Panji Sakti sebagai Pahlawan Buleleng pada waktu menaklukkan Kerajaan Blambangan di Jawa Timur.
Mesjid Kasunyatan ini terkenal tempat berkumpulnya para alim ulama dari seluruh tanah air. Fungsinya pada waktu dulu adalah seperti Perguruan Tinggi Islam di Banten. Sesuai dengan nama tempatnya Kasunyatan yang berarti menyepi mesjid ini memiliki arsitektur campuran Eropa dan Jawa. Pada puncak bangunan mesjid terdapat bangunan yang menyerupai genta. Di dalam mesjid terdapat sebuah mimbar kuno yang berukir indah dan sampai saat ini masih digunakan untuk khotbah. Seluruh bangunan mesjid masih terpelihara dengan baik.
Secara khusus, tradisi ngejot di Bali terbagi ke dalam ngejot ketika hari raya dan ngejot ketika seseorang memiliki hajatan atau suatu acara adat atau agama tertentu. Salah satu saat pelaksanaannya adalah menjelang Hari Raya Idul Fitri. Adapun makna dari ngejot adalah suatu tradisi berbagi makanan dan minuman masyarakat (dalam konteks ini adalah masyarakat di beberapa daerah di Bali) kepada tetangga dan kerabatnya. Makanan atau minuman yang dibagikan saat ngejot dinamakan jotan. Tradisi ngejot berawal dari pemeluk agama Hindu di Bali. Mereka membagikan makanan dan minuman ke tetangga dan kerabat ketika menjelang perayaan Nyepi, Galungan, dan Kuningan. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang ke pemeluk agama Islam. Hal ini menandakan pembauran budaya Bali, termasuk sistem subak dalam bidang pertanian. Dimana faktor hidup berdampingan antar agama selama berabad-abad di Bali turut serta mempengaha...
Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang menyeramkan. Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyala-nyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangat-sangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung Gede itu benar-benar meletus ? Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya. Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar, bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatka...
Penyucian benda-benda sakral seperti arca, tapel, keris, tumbak dan tunggul dilakukan dalam ritual melasti. Ritual ini dilakukan dengan iringan alunan instrumen gong blaganjur. Upacara ini merupakan serangkaian acara Hari Raya Nyepi. Ritual melasti ini dilakukan oleh berbagai desa adat (pekraman) di Kota Denpasar dan sekitarnya. Iring-iringan ritual melasti dilakukan di Pantai Padanggalak, Sanur, dan juga Pantai Kuta, Kabupaten Badung. Ritual melasti bermakna untuk membersihkan "Pratime" atau benda-benda yang disucikan di Pura Desa Bale Agung, Puseh dan Pura Dalem di masing-masing desa adat di Bali. Upacara pembersihan ini bisa dilakukan ke laut, ke danau, atau ke sumber mata air terdekat di lingkungan desa adat.