Kelahiran seorang bayi yang luar biasa di Kerajaan Wolio sekitar abad sembilan belas. Sejak bayi, ia telah memiliki keistimewaan yakni dapat makan dan menghabiskan setandang pisang kapok, sekali makan. Kemudian bayi itu diberi nama La Dhangu Sarina. Ayahnya memberi latihan khusus yakni berlatih memegang senjata dan tahan terhadap pukulan. Hal ini dilakukan agar ia dapat menjadi pahlawan dan hulubalang raja. Keluarbiasaan La Dhangu Sarina menjadi terkenal. Akhirnya La Dhangu Sarina di panggil oleh raja dan dijadikan pengawal istana. Suatu saat, Raja Wolio menerima tamu asing utusan kompeni. Tamu itu tertarik pada penampilan La Dhangu Sarina; akhirnya anak itu diminta kepada raja Wolio, namun pada saat itu ia tidak diajak serta. Selanjutnya, pada pelayaran berikutnya kompeni memerintah seorang utusan untuk menyemput La Dhangu Sarina. Namun, dengan perasaan kesal ketika utusan itu tiba La Dhangu telah meninggal dunia. Makna yang terkandung didalamnya adalah janganlah cepat tergoda de...
Tari Moide-ide adalah suatu tarian yang disertai nyanyian.Dimana orang banyak berkumpul dalam bentuk lingkaran. Setiap peserta yang ikut berpegang pada suatu tali dan pada tali itu terdapatlah sebuah cincin yang diedar mengelilingi peserta tarian. Bentuk nyanyian dalan bentuk nyanyian kepahlawanan, percintaan, dan nasehat ataupun bentuk syair.
Tari Mowindahako merupakan tarian adat. Tarian ini dilaksanakan hanya bagi bangsawan atau anakia. Dilaksanakan apabila suatu pinangan mereka sudah diterima. Maka sebagai wujud rasa senang maka diadakan tarian Mowindahako atau tarian membesara. Tarian ini mirip dengan kegiatan pada saat upacara adat perkawinan. Seperti memggunakan kalo, siwole dan menirukan model percakapan antara juru bicara laki-laki dan perempuan.
Cerita ini diawali dengan kehidupan sepasang sumai istri beserta seorang anak perempuannya yang cantik. Anak itu bernama Putri Satarina. Berselang berapa lama kemudian ibu Satarina sakit, lalu meninggal dunia. Keadaan ini memaksa ayah Satarina kawin lagi untuk mengurus Putri Satarina. Perkawinan yang kedua ini lahir pula seorang anak perempuan tetapi wajahnya kurang cantik yang bernama Putri Katarina. Ketika Katarina telah dewasa, ia bersama ibunya mengakali Putri Satarina yang telah berkeluarga dengan jalan menenggelamkan ke sungai yang dalam. Alhasil putri Satarina diselamatkan oleh tujuh bidadari. Selanjutnya, Putri Satarina bersatu kembali dengan keluarganya setelah terlebih dahulu menghukum putri katarina dengan ibunya.
Tari Basalonde adalah tarian tradisi dari daerah Kolaka Sulawesi Tenggara. Menurut tradisi lisan, tari ini diciptakan oleh seorang raja Mekongga bernama Bokeo Teporambe sekitar abad ke-16. Basalonde ditarikan oleh seorang wanita seluruhnya antara 6-10 orang secara berpasang-pasangan. Adapun cara masuk kearena satu persatu. Gerak-gerakannya tari ini menunjukan bagaimana cara orang memuja yang kuasa. Para penari merentangkan tangan kekiri dan kekanan, sedang pada ujung jari telunjuk kedua tangannya dililitkan ujung-ujung selendang yang mereka pakai (melingkar dipinggang dan diikat) dibelakang, sehingga mereka nampak seperti burung-burung yang mengipas sayapnya. Gerak-gerak kakinya seperti pada tari Lulo, yaitu kaki ke kiri dan kanan bergantian diinjak-injak ke tanah, mereka menari dalam bentuk lingkaran. Pada salah satu variasi gerak tarian ini, mereka bergerak maju kearah sampaing kanan dengan langkah yang amat pendek, sambil membuka dan merapatkan telapak tangan mereka seperti gerak m...
Mondotambe adalah tarian penjemputan yang dilakukan pada saat penerimaan para tamu atau acara-acara yang dilaksanakan masyarakat Mekongga di Kolaka. Tarian tersebut di bawakan oleh gadis-gadis remaja sebagai tanda penerimaan yang tulus, ikhlas dan merasa gembira kepada para tamu. Jumlah penari terdiri dari 6, 8, bahkan jumlahnya bisa mencapai 12 orang , yang terpenting jumlah penari genap. Variasi tarian terdiri dari 13 gerakan yang diakhiri dengan tabur bunga atau beras dalah bahas Tolaki disebut (mekaliako owoha).
Suku Tolaki merupakan salah satu suku yang ada di nusantara. Suku yang mendiami wilayah Kendari dan Konawe, Sulawesi Tenggara, ini dikenal mempunyai kebudayaan nomaden dan hidup secara bergotong-royong. Dalam budaya suku Tolaki terdapat sebuah cerita rakyat yang berkisah tentang Kerajaan Padangguni atau yang saat ini bernama Konawe. Cerita tersebut mengisahkan tentang Mokoli Ramandalangi, yaitu Raja Konawe yang jatuh cinta kepada Wekoila. Masyarakat Konawe percaya bahwa Wekoila merupakan titisan ratu adil yang turun dari langit. Singkat cerita, meraka pun saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Sebelum jatuh cinta kepada Wekoila, Raja Mokoli Ramandalangi sempat memberi harapan cinta kepada seorang perempuan lain yang bernama Anamia Ndopo. Merasa sakit hati, saat acara pernikahan berlangsung, Anamia Ndopo menyamar sebagai penari lariangi dan membunuh Raja Mokoli Ramandalangi. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Raja Mokoli Ramandalangi memberikan sesuatu sebagai tanda k...
Alkisah, di sebuah daerah di Sulawesi Tenggara, Indonesia, hidup seorang janda cantik bernama Wa Roe bersama seorang anak laki-laki yang masih kecil bernama La Sirimbone. Mereka tinggal di sebuah gubuk di pinggir kampung. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Wa Roe bekerja mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar. Pada suatu hari, datang seorang pedagang kain dari negeri seberang yang bernama La Patamba. Ia menawarkan barang dagangannya dari satu rumah penduduk ke rumah penduduk lainnya. Ia memulainya dari sebuah gubuk yang terletak di paling ujung kampung itu, yang tidak lain adalah tempat tinggal Wa Roe. Alangkah terkejutnya La Patamba saat melihat penghuni gubug itu adalah seorang perempuan cantik jelita. "Aduhai, cantik sekali perempuan ini," ucapnya dalam hati dengan takjub. Dengan perasaan gugup, La Patamba menawarkan kain dagangannya kepada Wa Roe. Namun, Wa Roe tidak membeli karena tidak mempunyai uang. Setelah itu, La Patamba mohon diri untuk menawarkan dag...
Dahulu, dikisahkan tentang persahabatan yang terjalin antara kera dan ayam. Mereksa selalu tampak rukun dan damai. Tapi, kenyataanya tidaklah demikian. Setelah sekian lama bersahabat, berulah terlihat sifat busuk si kera. "Hai Ayam. sahabatku," panggil kera. " Maukah kau pergi bersamaku? Sore-sore begini enaknya kita jalan-jalan," ajak si kera. "Wah ide yang bagus. Memang kau mau mengajakku ke mana?" tanya ayam. "Aku akan mengajakmu ke hutan, tempat biasa aku bermain. Di sana tempatnya indah. Pasti kamu suka!" ujar si kera seraya membujuk. Ayam tampak tertarik dengan ajakan si kera. Tanpa rasa curiga, ia mengikuti ajakan si kera untuk berjalan-jalan di hutan. Hari semakin gelap, perut kera mulai meronta-ronta minta diisi. Saat itulah timbul niat busuk kera untuk mencelakai ayam. "Ah, untuk apa aku pusing-pusing mencari makanan. Di depanku saja sudah ada makanan yang sangat lezat," pikir kera. Dilihatnya ayam kebingungan mas...