Upacara adat Balia masyarakat Kaili di kec. Parigi, dengan iringan musik suling Lalove dan irama gendang, merupakan upaya penyembuhan bagi orang yang sakit. Ritual ini bisa diadakan secara individu maupun secara berkelompok. Kadang ritual ini juga dilakukan setelah upaya medis tidak berhasil menyembuhkan suatu penyakit. Prosesi bisa berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam, tergantung berat ringannya jenis penyakit. Pada masa silam, upacara adat Balia ini adalah hal yang lumrah dilakukan, terutama bagi kalangan ningrat. Prosesi dimulai dengan penyiapan bahan-bahan upacara mulai dari pedupaan, keranda, buah-buahan hingga hewan kurban yang bisa berupa ayam, kambing, atau kerbau, tergantung kasta orang yang mengadakan hajatan. Biayanya ditanggung oleh yang punya hajat ditambah dengan ongkos lelah bagi peritual. Jika semua sudah siap, pawang yang harus laki-laki mulai beraksi dengan mantra-mantranya, memanggil arwah penguasa panutannya. Sejumlah sesajian yang berbeda setiap proses...
Kakula merupakan alat musik yang terdiri dari 7 buah gong kecil. Kakula dimiliki oleh komunitas tertentu, yaitu pada etnis Kaili keturunan Raja. Kakula yang ada sekarang 2 jenis yaitu Kakula Tradisi (Nuada) dan Kakula kreasi baru. Kakula tradisi sering digunakan dalam upacara adat daur hidup antara lain: khitanan dan akil balig dan perkawinan. Kakula adalah alat musik jenis gong kecil terbat dari besi dan atau kuningan. Alat musik ini digunakan oleh etnis kaili keturunan raja (Bangsawan) di wilayah kota Palu dan kabupaten Donggala sebagai pemukiman terbesar etnis Kaili. Kakula digunakan dalam upacara adat terutama dalam tahapan upacara perkawinan di rumah pengantin perempuan. Pemain Kakula tradisi, umumnya adalah perempuan dengan cara dipukul (ada alat pemukulnya) dengan nada irama lagu khusus. Alat ini dmainkan dalam posisi duduk. Kakula kreasi yang dikembangkan dapat dimainkan baik laki-laki maupun perempuan dengan irama lagu yang lebih bervariasi baik lagu daerah maupun lagu pop...
Alkisah, pada zaman dahulu di daerah Bulunggatugo atau Limboro/Towale ada seorang raja baik hati. Apabila sedang tidak mengurusi masalah kerajaan, dia menghabiskan waktu dengan menekuni hobi lamanya, yaitu mencari dan menangkap udang di sungai dekat benteng kerajaan. Tetapi karena telah lanjut usia, secara ngerangsur-angsur hobi ini tidak dilakukan sendiri, melainkan menitah belasan orang dayang istana yang berparas cantik jelita dan menggemaskan untuk mencarinya. Suatu hari Sang Raja ingin sekali mendapat udang dari kuala sungai yang bermuara di Gunung Ravi. Untuk itu, dikerahkanlah para dayang agar segera mempersiapkan segala perlengkapan dan peralatan penangkap udang. Setelah siap, berangkatlah mereka (para dayang) secara beriringan menuju kuala yang diperkirakan masih terdapat banyak udang berukuran relatif besar. Sesampai di lokasi para dayang mulai merentang jaring. Namun, setelah ditunggu sekian lama, tidak ada seekor pun yang berhasil terjaring. Mereka lalu pindah ke lokas...
Tari Pamonte adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Tarian ini menggambarkan kebiasaan para gadis Suku Kaili saat menyambut musim panen padi tiba. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh para penari wanita dengan berpakaian layaknya para petani pada umumnya. Tari Pamonte merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Tengah dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, pertunjukan seni dan festival budaya. Menurut sejarahnya, Tari Pamonte sudah ada dan dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah sejak tahun 1957. Tarian ini diciptakan oleh salah satu seniman besar dan merupakan putra asli daerah Sulawesi Tengah, bernama Hasan. M. Bahasyua. Tari Pamonte ini terinspirasi dari aktivitas dan kebiasaan para gadis-gadis Suku Kaili saat menyambut masa panen padi tiba. Karena pada zaman dahulu masyarakat Suku Kaili mayoritas berprofesi sebagai petani,maka biasanya mereka menyambut musim panen tersebut dengan gem...
Tari Dero adalah sebuah tarian yang dilakukan lebih dari satu orang atau dilakukan secara bersama-sama, yang melambangkan suka cita atau kebahagiaan serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Tari Dero atau Madero berasal dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Tarian ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Suku Pamona yang masih dipertahankan hingga sekarang. Tarian ini cukup sederhana dan biasanya dilakukan di daerah atau lapangan yang luas. Dalam pertunjukan tarian Dero diiringi oleh musik tradisional Nggongi dan Ganda.[3] Terdapat juga pengiring vokal Tari Dero yang bertugas untuk menyanyikan syair atau sebuah pantun. Namun, seiring dengan perkembangan zaman alat musik yang digunakan pun tidak harus Nggongi atau Ganda. Alat musik modern seperti Organ Tunggal juga bisa menjadi pengiring Tarian Dero.
Alat musik ini terbuat dari kayu, bambu, dan rotan dan berbentuk bulat panjang (bentuk bambu). Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik atau dipukul dalam posisi duduk bersila. Tangan kiri memegang alat pada bagian tengah dengan posisi miring atau ditidurkan diatas kaki (paha) dan tangan kanan memetiknya, atau dipukul-pukul dengan kayu bulat yang kecil. https://twitter.com/yakubudaya
Yori terbuat dari bambu, kulit pelepah enau, dan tali dari kulit kayu dan dimainkan saat melihat gerhana bulan atau gerhana matahari pada masyarakat suku Kulawi. Fungsi utama dari alat musik Yori yaitu hanya sebagai alat untuk menghibur diri, hal ini dikarenakan suara yang dihasilkan oleh Yori tidaklah keras. Dalam proses pembuatan alat musik Yori memerlukan waktu yang tidak sedikit, oleh karena itu jika ingin mencoba alat musik ini haruslah menunggu. Selain itu, sangat disayangkan karena alat musik tradisional Yori ini sudah langka atau bisa dibilang alat musik ini sudah hampir punah karena kurangnya minat dari generasi penerusnya. https://twitter.com/yakubudaya
Yori terbuat dari bambu, kulit pelepah enau, dan tali dari kulit kayu dan dimainkan saat melihat gerhana bulan atau gerhana matahari pada masyarakat suku Kulawi. Fungsi utama dari alat musik Yori yaitu hanya sebagai alat untuk menghibur diri, hal ini dikarenakan suara yang dihasilkan oleh Yori tidaklah keras. Dalam proses pembuatan alat musik Yori memerlukan waktu yang tidak sedikit, oleh karena itu jika ingin mencoba alat musik ini haruslah menunggu. Selain itu, sangat disayangkan karena alat musik tradisional Yori ini sudah langka atau bisa dibilang alat musik ini sudah hampir punah karena kurangnya minat dari generasi penerusnya. https://twitter.com/yakubudaya
Ndengu-ndengu merupakan tradisi masyarakat Bungku yang hanya bisa dijumpai ketika Bulan Ramadhan tiba Ndengu-ndengu sendiri adalah sebuah menara yang umumnya berukuran kira-kira 2×3 meter, dengan ketinggian mulai dari 5 meter sampai ada yang 20 meter dengan pondasi dasar berupa batang bambu. Biasanya dibangun di halaman masjid ataupun di belakang pemukiman penduduk. Di dalam bangunan ndengu-ndengu, berbagai instrumen alat musik seperti gendang, gong, gamelan, bambu dll telah dipersiapkan. Hal ini sendiri sesuai dengan gungsi ndengu-ndengu yaitu membangunkan masyarakat sekitar ketika waktu sahur tiba. https://twitter.com/yakubudaya