 
            Upacara adat Balia masyarakat Kaili di kec. Parigi, dengan iringan musik suling Lalove dan irama gendang, merupakan upaya penyembuhan bagi orang yang sakit. Ritual ini bisa diadakan secara individu maupun secara berkelompok. Kadang ritual ini juga dilakukan setelah upaya medis tidak berhasil menyembuhkan suatu penyakit. Prosesi bisa berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam, tergantung berat ringannya jenis penyakit. Pada masa silam, upacara adat Balia ini adalah hal yang lumrah dilakukan, terutama bagi kalangan ningrat. Prosesi dimulai dengan penyiapan bahan-bahan upacara mulai dari pedupaan, keranda, buah-buahan hingga hewan kurban yang bisa berupa ayam, kambing, atau kerbau, tergantung kasta orang yang mengadakan hajatan. Biayanya ditanggung oleh yang punya hajat ditambah dengan ongkos lelah bagi peritual. Jika semua sudah siap, pawang yang harus laki-laki mulai beraksi dengan mantra-mantranya, memanggil arwah penguasa panutannya. Sejumlah sesajian yang berbeda setiap proses...
 
                     
            Cerita Rakyat Tolelembunga ini adalah salah satu legenda yang ada di Desa Sedoa Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Tolelembunga ini adalah seekor kerbau yang sangat disayangi oleh Puteri Bunga Manila, kemanapun kerbau ini pergi Puteri Bunga Manila pun mengikutinya, sehingga setiap tempat pemberhentian mereka di jadikan pemukiman yang sampai saat ini sudah terbentuk desa. Bahwa nenek moyang mereka pertama kali mendiami lembah Napu dan menetap di Desa Sedoa, sehingga untuk menjaga agar tetap dikenang oleh seluruh keluarganya, maka nama-nama tokoh yang berperan sangat penting dalam kisah legenda-legenda seperti Bunga Manila, Tolelembunga, dll diabadikan pada penamaan jalan-jalan diseputar pusat Desa Sedoa. Cerita Rakyat Tolelembunga ini adalah salah satu legenda yang ada di Desa Sedoa Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Adapun dekripsi cerita dari Tolelembunga ini adalah sebagai berikut : Pada jaman dahulu terdapat sebuah kerajaan di Kecamatan Sig...
 
                     
            Tari Pamonte adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Tarian ini menggambarkan kebiasaan para gadis Suku Kaili saat menyambut musim panen padi tiba. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh para penari wanita dengan berpakaian layaknya para petani pada umumnya. Tari Pamonte merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Tengah dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, pertunjukan seni dan festival budaya. Menurut sejarahnya, Tari Pamonte sudah ada dan dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah sejak tahun 1957. Tarian ini diciptakan oleh salah satu seniman besar dan merupakan putra asli daerah Sulawesi Tengah, bernama Hasan. M. Bahasyua. Tari Pamonte ini terinspirasi dari aktivitas dan kebiasaan para gadis-gadis Suku Kaili saat menyambut masa panen padi tiba. Karena pada zaman dahulu masyarakat Suku Kaili mayoritas berprofesi sebagai petani,maka biasanya mereka menyambut musim panen tersebut dengan gem...
 
                     
            Tari Pogogul adalah sebuah tarian Daerah Buol yang berkaitan dengan nama sebuah gunung yaitu Gunung Pogogul. Tarian ini diciptakan oleh Ibu Salmija Lupojo pada tahun 1960 yang mendeskripsikan budaya bercocok tanam padi yang dulunya dilakukan di sekitar unggag motarang (air terang). Penarinya berjumlah 8 orang, terdiri atas 4 orang wanita dan 4 orang pria. Tarian ini diawali dengan gerakan masuk yang diiringi lagu Bvuolyo Lripu Koponuku. Setelah konfigurasi penari telah siap, maka dimulailah gerakan mengajak membersihkan lahan (mopalyato guwa). Pembersihan akhir (molyopun dan momalyapuk) proses menanam padi ladang (motugoly) dengan mengunakan fhufhuak. Fhufhuak adalah semacam kayu patok yang diruncingkan bagian ujungnya agar mudah membuat lubang untuk menanam. Tarian ini diakhiri dengan gerakan menghilir (mogilik) membawa hasil panen turun ke roji (sebutan untuk wilayah muara sungai Buol) melalui alat angkutan perahu menyusuri sungai Buol, singgah di desa Momunu yang terletak di Gun...
 
                     
            Luminda adalah tari tradisional Suku Bungku yang ditarikan pada saat pesta rakyat atau hiburan di lingkungan keluarga istana. Kata “Luminda” berasal dari bahasa Bungku, 'Lumi' yang berarti halus atau perlahan-lahan dan 'Mepinda' yang berarti menginjakkan kaki atau bergerak. Sehingga secara etimologis, tari luminda diartikan sebagai gerakan tarian yang indah secara halus dan perlahan-lahan. Asal-muasal tari Luminda pada hakikatnya merupakan sebuah akulturasi budaya antara Kerajaan Buton dan Kerajaan Bungku. Akulturasi yang dimaksud yaitu Tari Linda Suku Tangkeno dan Tari Mohasili atau Tumadeako Samba yang merupakan tarian Suku Bungku. Terdapat empat gerak dasar dalam tari Luminda yaitu Tumadeako Samba, Palampa dan Losa-losa sebagai gerak melingkar, dan Tumadentina. Keempat gerakan tersebut dahulunya diperuntukkan untuk tujuan yang berbeda-beda. Gerak Tumadeako Samba khusus ditarikan oleh bangsawan pada saat upacara penyambutan tamu kerajaan, sedangkan ketiga sisanya dilakukan oleh...
 
                     
            Tradisi ini berbeda dengan silaturahmi yang diadakan di daerah-daerah lain di Indonesia. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah adanya penjadwalan baik yang mengunjungi maupun yang dikunjungi selama lebaran. https://twitter.com/yakubudaya
 
                     
            Pompaura dalam Bahasa Indonesia artinya mengembalikan. Sedangkan Posunu artinya menggeser, menyingkirkan, atau membersihkan. Dan Rumpu artinya kotoran. Secara harfiah Pompaura Posunu Rumpu bisa diartikan menyingkirkan atau membersihkan kotoran dan mengembalikan kepada pemilik-Nya. https://twitter.com/yakubudaya
 
                     
            https://www.revelations-of-the-ancient-world.com/bada-valley-sulawesi-indonesia-megalithic-statues-hidden-half-a-world-away/
 
                     
            https://www.revelations-of-the-ancient-world.com/bada-valley-sulawesi-indonesia-megalithic-statues-hidden-half-a-world-away/
