Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita rakyat Sulawesi Tengah Sulteng
Cerita Rakyat Tolelembunga di Lembah Napu Sulteng
- 22 Januari 2021

Cerita Rakyat Tolelembunga ini adalah salah satu legenda yang ada di Desa Sedoa Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Tolelembunga ini adalah seekor kerbau yang sangat disayangi oleh Puteri Bunga Manila, kemanapun kerbau ini pergi Puteri Bunga Manila pun mengikutinya, sehingga setiap tempat pemberhentian mereka di jadikan pemukiman yang sampai saat ini sudah terbentuk desa.

Bahwa nenek moyang mereka pertama kali mendiami lembah Napu dan menetap di Desa Sedoa, sehingga untuk menjaga agar tetap dikenang oleh seluruh keluarganya, maka nama-nama tokoh yang berperan sangat penting dalam kisah legenda-legenda seperti Bunga Manila, Tolelembunga, dll diabadikan pada penamaan jalan-jalan diseputar pusat Desa Sedoa.

Cerita Rakyat Tolelembunga ini adalah salah satu legenda yang ada di Desa Sedoa Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Adapun dekripsi cerita dari Tolelembunga ini adalah sebagai berikut :

Pada jaman dahulu terdapat sebuah kerajaan di Kecamatan Sigi-Biromaru (± 12 km sebelah selatan Kota Palu) bernama Kerajaan Sigi. Kerajaan yang subur tanahnya dan makmur kehidupan rakyatnya, dipimpin oleh seorang Ratu Agung yang terkenal adil dan bijaksana bernama Ratu Ngilinayo. Sang Ratu mempunyai seorang Puteri yang cantik yang bernama Puteri Bunga Manila yang memiliki hewan kesayangan seekor kerbau betina Tolelembunga yang konon katanya bertanduk 2 meter panjangnya.

Suatu waktu Puteri Bunga Manila merasa khawatir karena selama beberapa hari kerbaunya, Tolelembunga tidak kembali ke kandang dan tidak diketahui kemana perginya. Maka dipanggilah 40 orang lelaki kuat untuk mencari, menemukan dan membawa kembali Tolelembunga pulang ke kandangnya.

Maka pergilah orang-orang suruhan tersebut, dan ditemukanlah Tolelembunga sedang beristirahat. Dibawalah pulang kerbau tersebut menyusuri tepian sungai Sopu, namun pada suatu tempat yang bernama Petiro Ue atau Tawaelia, Tolelembunga tidak mau lagi berjalan karena ia merasa betah dengan suasana daerah itu. Karena Tolelembunga tidak mau pulang, akhirnya Puteri Bunga Manila pun datang tetapi Tolelembunga tetap tidak mau pergi. Maka diperintahkannyalah untuk membangun perkampunga yang akan mereka tinggali sampai tolelembunga mau di ajak pergi. Namun pada tahun ketujuh, Tolelembunga kembali pergi tanpa sepengetahuan Puteri Bunga Manila.

Puteri Bunga Manila. Dalam perjalanannya Tolelembunga menemukan sumber air panas di Wombo (kubangan) dan dia menetap disitu karena tempat itu sangat indah yang dikelilingi gunung dan hamparan rumput yag subur. Setelah diketahui keberadaannya, Puteri Bunga Manila pun menyusulinya. Setelah sampai di daerah itu, Puteri Bunga Manila sangat tertarik dengan keindahan alam daerah tersebut. Jika berada di puncak gunung terlihat lembah Pekurehua (Napu) yang subur. Diperintahkannyalah rakyat yang ikut bersamanya untuk membangun perkampungan di Wakabola dan rumah adat “Sowa” sebagai istana serta “Dusunga” sebagai tempat bermusyawarah dengan tokoh masyarakat. Ditempat ini pulalah Puteri Bunga Manila menemukan seorang lelaki tampan yang bernama Sadunia dan mereka menjadi suami isteri yang berbahagia. Demikian pula Tolelembunga menemukan kerbau jantan besar bernama Beloiliwa dan mendapat keturuna yang banyak. Sejak saat itu Wakabola tumbuh berkembag menjadi kerajaan besar di lembah Pekurehua. Dari buah kasih Ratu Bunga Manila dan Sadunia lahirlah Puteri Posuloa.

Demikianlah ringkasan cerita rakyat Totembunga, tetapi siapa yang menciptakan cerita ini tidak diketahui secara pasti juga tahun berapa munculnya cerita ini. Cerita ini berdasarkan kesaksian dari Pak Suroy mantan Ketua Adat dan Pak Tanambali mantan Kepala Desa yang sudah dibukukan oleh tenaga teknis Bidang Seni Sastra Taman Budaya Sulawesi Tengah, sehingga cerita ini masih ada dan masih diketahui oleh masyarakat.

Sumber : Dokumen BPNB Sulu

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline