Syahdan, di Kampung Timbuk Bahalang , Haruai, hiduplah seorang petani bernama Raden Palewangan. Tubuhnya gagah dan kekar. Ia mempunyai istri yang cantik jelita, baik tutur katanya, sopan-santun dalam pergaulan. Namanya Kenanga Boyan. Sesuai namanya, seumpama bunga kenanga, yang wanginya menghiasi konde pengantin. Mereka keturunan bangsawan Kerajaan Tanjung Puri yang menjauhkan diri dari perebutan kekuasaan dan pertikaian di istana, menutup diri dari khalayak ramai. Sehari-hari, mereka dipanggil “Abah Diang” dan “Uma Diang” saja. Akhirnya, mereka bermukim di Kampung Timbuk Bahalang. Kampung itu sunyi, hutan belantaranya lebat sekali. Penduduknya warga Dayak Ma’anyan, Deah dan Lawangan. Hutan yang lebat, luas dan gelap, dihuni hewan payau , kijang, kancil dan burung haruai, yang bulunya dipakai Suku Dayak sebagai tanda kepahlawanan. Di kaki bukit, mengalir Sungai Tabalong Kiwa, yang berhulu di Tampirak, Muara U...
Pada jaman bahari / jaman dahulu, pada masa kerajaan – umum didepan istana Raja dan didepan rumah-rumah orang ternama akan selalu ada gerbang sebagai lambang kebesaran dari tiap-tiap orang ternama yang menempati rumah itu. Bentuk dan corak gerbang itu harus sesuai dengan derajat tuan rumah masing-masing. Ada lima macam gerbang bahari yang dikenal: GERBANG SUNGKUL AWAN BATULIS (Gerbang Raja) GERBANG GANDJUR (Gerbang Mantri Besar) GERBANG PUTJUK RABUNG (Gerbang Kadang Adji) GERBANG TEMENG (Gerbang Pahlawan) GERBANG BENDJI (Gerbang Mantri, Lurah dan para Saudagar) GERBANG SUNGKUL AWAN BATULIS Tiang bangunannya bundar dan berupakan “Batung badarah batung batulis” (Batung sakti pada jaman Putri Junjung Buih). Pada tiang sebelah kanan terdapat ukiran Naga Putih Balimbur dan pada tiang sebelah kiri terdapat ujkiran Ular Lidi Balimbur. Sungkul-sungkul gerbang tatah (ukiran) Awan batulis. Ditengah-tengah gerbang pa...