Keris Senjata tradisional Jawa Tengan yang pertama dan yang paling populer adalah keris. Senjata yang bernama Keris ini telah diakui sebagai senjata dengan nilai seni yang tinggi. Daya serangnya yang bisa melumpuhkan dari jarak dekat juga tak bisa dianggap remeh. Pada beberapa daerah yang dihuni entitas Melayu , seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, bahkan hingga Negeri Jiran, Malaysia kita juga bisa menemukan senjata serupa. Akan tetapi, keris Jawa cenderung lebih populer karena kerap kali dianggap memiliki tuah tertentu. Keris Jawa bisa ditemukan dalam beragam bentuk, mulai dari yang tanpa luk (lekukan), berluk 3, 5, 7, dan seterusnya. Banyak wisatawan mancanegara atau domestik yang mengkoleksi senjata tradisional ini sebagai bentuk kekaguman dari setiap corak tempahan yang terpahat pada bilahnya. https://www.silontong.com/2018/04/29/senjata-tradisional-jawa-tengah/
Wedhung Banyak dari kita yang tidak mengatahui bila Jawa Tengah memiliki senjata tradisional yang bernama Wedhung. Meski keberadaannya masih kalah populer dibandingkan keris. Akan tetapi, di masa silam senjata jenis tikam ini nyatanya justru lebih sering digunakan masyarakat biasa. Bentuknya seperti pisau dengan satu mata bilah yang tajam. Wedhung dilengkapi dengan serangka yang terbuat dari kayu jati. https://www.silontong.com/2018/04/29/senjata-tradisional-jawa-tengah/
Thulup Jika pada budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Barat mengenal sumpit sebagai senjata untuk berburu. maka di tanah Jawa, sump5it tersebut dikenal dengan nama thulup. Keduanya memiliki prinsip kerja yang sama, akan tetapi dari ukurannya thulup cenderung lebih pendek dibanding sumpit khas Dayak. Senjata tradisional Jawa Tengah yang digunakan dengan cara ditiup ini dilengkapi dengan anak tulup sebagai pelurunya. Untuk menambah efek sakit, anak Thulup dapat ditambahkan atau direndam terlebih dahulu dalam cairan racun alami sebelum digunakan. https://www.silontong.com/2018/04/29/senjata-tradisional-jawa-tengah/
Kudhi Kudhi bagi masyarakat Banyumas adalah salah satu perkakas yang serba guna, selain juga sebagai senjata tajam yang digunakan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam. sebagai sub budaya masyarakat Jawa, masyarakat Banyumas (dan seperti kebanyakan masyarakat Jawa) didalam kesehariannya selalu menggunakan simbol-simbol atau lambang. Simbol atau lambang tersebut bisa berbentuk benda, tulisan, ucapan maupun upacara dan kesenian, salah satunya Kudhi. Kudhi yang dianggap memiliki daya linuwih ini hanya dipakai sebagai senjata jimat. Sebab Kudhi semacam ini jarang dan sangat sulit didapat. Masyarakat Banyumas sering menyebutnya dengan Kudhi Trancang. https://www.silontong.com/2018/04/29/senjata-tradisional-jawa-tengah/
Tantu Panggelaran adalah sebuah teks prosa yang menceritakan tentang kisah penciptaan manusia di pulau Jawa dan segala aturan yang harus ditaati manusia. Tantu Panggelaran ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada tahun 1924 di Leiden oleh Dr. Th. Pigeaud. Cerita Rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap bangsa. Jika digali dengan sungguh-sungguh, negeri kita sebenarnya berlimpah ruah Cerita rakyatyang menarik. Bahkan sudah banyak yang menulis ulang dengan cara mereka masing-masing. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Perkembangan kisah dalam Tantu Panggelaran dapat dibagi menjadi beberapa Babak: Awal Keberadaan Pulau Jawa Pada mulanya pulau Jawa tidak berpenghuni dan dalam keadaan khaotis, kar...
Sabdo Palon merupakan sekelumit kisah yang menggambarkan Majapahit yang dituturkan oleh pengikut setia raja terakhir Majapahit. Ia mengatakan bahwa agama Hindu memang akan digantikan oleh agama Islam, yang pada waktu itu didakwahkan oleh Wali Sanga. Namun, 500 tahun kemudian, Islam akan digantikan oleh suatu agama baru, yang disebutnya sebagai “agama budi”. Anda percaya atau tidak, berikut kami tampilkan beberapa cuplikan Ramalan Sabdo Palon yang beredar di masyarakat sebagai bagian dari pengetahuan serta kajian dalam kesusastraan di Indonesia. 1. Pada sira ngelingana, Carita ing nguni-nguni, Kang kocap ing serat babad, Babad nagri Mojopahit, Nalika duking nguni, Sang-a Brawijaya Prabu, Pan samya pepanggihan, Kaliyan Njeng Sunan Kali, Sabda Palon Naya Genggong rencangira. (Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Majapahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan...
Sejarah singkat Wonosobo berdasarkan cerita rakyat, pada sekitar abad XVII tersebutlah tiga orang pengelana yang masing-masing bernama Kyai Kolodete, Kyai Karim dan Kyai Walik, mulai merintis suatu pemukiman di Wonosobo Selanjutnya Kyai Kolodete berada di dataran tinggi Dieng, Kyai Karim berada di daerah Kalibeber dan Kyai Walik berada di sekitar Kota Wonosobo sekarang ini. Sejak saat itu daerah di daerah ini mulai berkembang, tiga orang tokoh tersebut dianggap sebagai "cikal bakal" dari masyarakat Wonosobo yang dikenal sekarang ini. Makin lama daerah ini semakin berkembang, sehingga semakin ramai. Dikemudian hari dikenal beberapa nama tokoh penguasa daerah Wonosobo yang pusat pemerintahannya di Selomanik. Dikenal pula tokoh bernama Tumenggung Wiroduta di Pacekelan Kalilusi, yang selanjutnya dipindahkan ke Ledok atau Plobangan saat ini. Salah seorang cucu Kyai Karim juga disebut sebagai salah seorang penguasa di Wonosobo. Cucu Kyai Karim tersebut dikenal sebagai Ki Singo...
Masyarakat Kebumen bahkan cenderung tidak percaya jika ada ulasan sejarah peradaban kuno mengenai daerahnya dikarenakan terlalu lamanya data – data peradaban kita ditutup oleh penjajah dan kelompok tertentu saat ini dengan tujuan masing – masing. Ditinjau dari ilmu geologi, sebenarnya sulit dibantah bahwa keberadaan dataran Kebumen terbukti sebagai dataran pertama yang muncul di asia akibat tumbukan (subduksi) lempeng samudera dan benua. Dengan kata lain dataran Kebumen merupakan dataran tertua dimana seharusnya peradaban telah muncul sejak lama di tempat itu. Sampai saat ini Kebumen masih sangat miskin akan data sejarah. Hanya seputar kisah Badranala, Bumidirdjo, Kalapaking, Arungbinang dan tokoh – tokoh lain semasa itu yang sumbernya pun masuk dalam kategori sekunder dan tersier dikarenakan kebanyakan bersifat volklore (cerita lisan).Berangkat dari itu, Komunitas Wahyu Pancasila berusaha keras untuk mencari data – data baik artefak maupu...
Situs Pertabatan Brawijaya V (Ratu Kembar) adalah tempat bertapabratanya Brawijaya V (Ratu Kembar). Situs ini terletak di Gunung Koembang yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Gunung Puyuh desa Suratrunan kecamatan Alian kabupaten Kebumen (nama baru dari Panjer yang sebelumnya merupakan sebuah Nagara pada masa Majapahit). https://kebumen2013.com/situs-pertabatan-brawijaya-v-ratu-kembar-raden-suputra-di-suratrunan-alian-kebumen/