 
            Seperti halnya di tatar Sunda yang memiliki tradisi lisan mengenai mitos gempa bumi di Kepulauan Nias pun punya mitos tersendiri tentang bencana alam ini. Menurut kepercayaan penduduk di Kepulauan Nias gempa bumi diakibatkan oleh kemarahan dari dewa-dewa yang menguasai dunia bawah tanah. Kemurkaan yang pada akhirnya membuat bumi berguncang ini konon dikarenakan penduduk setempat banyak yang melanggar aturan dan norma-norma. Tradisi lisan yang berbentuk hoho atau syair ini menceritakan tentang seorang putra Sirao yang tugasnya menopang Pulau Nias bernama Bauwadanohia atau Simayamayarao atau disebut juga dengan Lature Dano. Diceritakan bahwa agar Pulau Nias ini tak tercerai berai dan tetap stabil maka Sirao menugaskan anaknya yang bernama Bauwadanohia ini untuk menopang tanah Kepulauan Nias. Dan dalam melaksanakan tugasnya yang maha berat, untuk membuat Pulau Nias lebih kokoh lagi, sang Sirao pun kemudian menugaskan anaknya yang lain yakni Lasorogae Sitolu Daha atau Lasorogae Sidua D...
 
                     
            Ole-ole merupakan alat musik tradisional tiup yang berasal dari Sumatera Utara. Bahan untuk membuat alat musik ini yaitu pada bagian badannya terbuat dari batang padi dan resonatornya dibuat menggunakan daun kelapa. Ole-ole adaah alat musik yang sangat sederhana karena dibuat hanya menggunakan satu ruas batang padi. Ole-ole bisa dimainkan secara solo atau sendirian. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-yang-ditiup/#forward
 
                     
            Ihutan adalah salah satu gong Batak. Ogung Ihutan bertugas sebagai pengiring nada untuk Oloan. Nada yang dihasilkan alat musik tradisional Batak ini lebih tinggi dari Oloan. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak/
 
                     
            Panggora adalah salah satu dari 4 Ogung Batak yang memiliki fungsi sendiri. Suara yang dihasilkan alat musik tradisional ini sangatlah keras dan bisa menutupi suara dari Ogung lainnya. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak/
 
                     
            Doal adalah Ogung dengan nada yang dihasilkan adalah nada rendah. Irama yang dihasilkan Ogung ini beritme konstan. Alat musik tradisional ini memiliki peran sebagai penambah variasi nada dan digunakan oleh para pemain Ogung lain sebagai suatu acuan ritme. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak/
 
                     
            Hesek adalah alat musik Batak Toba yang digunakan sebagai pembawa tempo. Bahan untuk membuat Hesek adalah pecahan logam yang dipukul menggunakan botol. Cara memainkan Hesek dengan memukulkan pecahan logam tersebut. Alat musik ini masuk kategori alat musik idiophone . Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak/
 
                     
            Odap merupakan alat musik tradisional Batak Toba. Odap dikategorikan sebagai alat musik membranophone . Odap adalah alat musik gendang dan punya dua sisi yang perannya adalah membawa ritme. Odap dimainkan pada saat pawai dan sebagai pengiring lagu-lagu tertentu pada Gondang Sabangungan. Sumber : https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak/
 
                     
            Sarune Bulu merupakan alat musik tradisional yang bahan pembuatannya menggunakan satu ruas bambu yang di setiap ujungnya di lubangi, ruas bambu ini memiliki panjang 10 sampai 12 cm dan memiliki diameter 1 – 2 cm. Pada badan bambu tersebut akan dilubangi 5 buah lubang yang berbeda-beda ukurannya. Pada salah satu ujungnya akan dipasang sebuah reeds (lidah) yang terbuat dari bambu yang dicungkil dan berfungsi sebagai penggetar, reeds ini akan diletakan di dalam badan Sarune dan panjang reedsnya adalah 5 cm. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak
 
                     
            Prasasti Panai tidak memiliki angka tahun yang absolut. Prasasti ini menggunakan aksara pasca-Pallawa atau aksara Kawi Akhir dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terbuat dari batu putih atau batu kapur yang berbentuk silinder berukuran tinggi 81 cm, keliling terbesar 124 cm, dan keliling terkecil 89 cm. Tulisan diukir melingkar mengikuti bentuk medianya. Sebagian besar, kondisi prasasti ini dalam keadaan aus karena media yang digunakan adalah batu yang sifatnya sangat rapuh dan sensitif dengan iklim sehingga mudah rusak, sehingga sebagian tulisan sulit untuk dibaca. Tulisan yang dapat dibaca pada prasasti ini sebanyak sepuluh baris. Prasasti ini ditemukan di kompleks Biaro Bahal I, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelumnya, prasasti sempat dikenal sebagai Prasasti Batu Gana, kemudian menjadi Prasasti Batu Gana I, penemuam ini berdasarkan adanya penemuan baru berupa prasasti dengan nama yang sama sekitar 2 ki...