Basurung ke ulu rantau tujuan Basunsung surut mangiring pasang Rantau tujuan lamin talunsur adidindang Kissarini kunun jadi susuran Lamin talungsur la nama rantaunya Nyadi susuran jaman ka jaman Adalah kunun ini kissanya adidindang Si Ayus mangail baulli kali Paulliannya lalu disalai Di atas salaian cadandak mati Jabakulisar manggalim buar Si Ayus galli tatawa galak Tapi apa kunun jadi akhirnya Turunla imbut cada takira Kampung talungsur kadasar sungai adidindang Yattu susuranya lamin talungsur Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
Agama Buddha di Balikpapan mulai berkembang sejak tahun 1970-an, ketika itu seorang Upasaka Sogatta datang dari Samarinda mengenalkan tradisi puja (sembahyang) secara Agama Buddha, di Balikpapan. Pertama-tama kegiatan berlangsung dari rumah ke rumah. Bp. Simon & Ibu Simon sebagai salah satu yang tertarik dengan Agama Buddha, kemudian menyediakan rumahnya sebagai tempat Puja Bhakti pada waktu itu. Pada kelanjutannya, berdirilah sebuah vihara yang diberi nama: Dhammavihara (1970-an) yang terletak di Gunung Malang. Perkembangan Agama Buddha di Balikpapan terus berlanjut, hal ini ditandai dengan berdirinya beberapa vihara lain. Salah satunya adalah Vihara Buddha Manggala Jaya (1997). Vihara ini bernaung di bawah Yayasan Buddha Manggala Jaya dalam binaan Sangha Theravada Indonesia. Nama Vihara Buddha Manggala Jaya merupakan sebuah nama pemberian dari YM.Bhikkhu Jotidhammo Thera. Vihara ini berlokasi disebuah Ruko di Komplek Balikpapan Baru, dimana ruko pinjaman tersebut merupa...
Sadiapede sadiapede Tana sadi sadiapede Yanti musi angin dua Igi yante yante lagi aa Anto kang wale anto kang wale Nayang apa anto kangwale Yanti musi angin dua Igi yante yante lagi aa Yape tiade yape tiade Tina wangka yape tiade Yanti musi angin dua Igi yante ante lagi aa Salam mulia salam mulia Bagi para agung penonton Kalau ada kekhilafan Inten hati sudi maafkan Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/06/lirik-lagu-daerah-nusa-tenggara-timur.html
Bing ana’ Ta’ endha’ nyempang lorongnga Bing ana’ Mon lorong tombuwi kolat Bing ana’ Ta’ endha’ ngala’ toronna Bing ana’ Mon toronna reng ta’ pelak Sapa rowa andhi’ tarnya’ Bing ana’ mano’ poter le’ le’ pote bing ana’ sapa rowa andhi’ ana’ bing ana’ sela penter becce’ ate bing ana ‘ sapa rowa andhi’ tarnya’ bing ana’ plappa kencorla-kellana bing ana’ sapa rowa andhi’ ana’ bing ana’ andhap asor pon cacana bing ana’ rampa’ naong bringen korong bibg ana’ bantal lama’ ka poncana bing ana’ soka’ along saleng tolong bing ana’ bakal bannya’ cakancana Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/06/lirik-lagu-daerah-jawa-timur.html
Perisai atau telawang (telabang) atau juga kelembit adalah alat pelindung tubuh dari serangan musuh yang digunakan ketika berperang. Perisai terbuat dari kayu yang kuat dan ringan yaitu kayu pelantan (pelai). Perisai berbentuk prisma dengan lebar 30 – 50 cm dan tinggi 1,5 – 2 m. Perisai terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam yang menyerupai sisi bawah atap rumah dengan sebuah pegangan pada bagian tengahnya serta bagian luar yang menyerupai sisi atas atap rumah dengan dihiasi ukiran-ukiran khas daerah Kalimantan Timur. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/
Lonjo atau tombak dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bamboo atau kayu keras. Fungsi lonjo atau tombak biasanya digunakan untuk berperang atau berburu binatang. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/
Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam pada kedua sisinya (sebelah – menyebelah). Pada bagian ujungnya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh digunakan oleh kepala-kepala suku. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/
Sumpit sering pula disebut sipet, merupakan senjata tradisional Masyarakat Dayak, memiliki bentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter. Keunggulannya adalah bisa digunakan sebagai senjata jarak jauh dengan tingkat akurasi atau ketepatan menembak mencapai 200 m dan tidak menimbulkan suara. Sumpit biasanya digunakan untuk berburu binatang dan bisa juga dijadikan mas kawin. Di Kalimantan sendiri, sumpit dijadikan sebagai ajang perlombaan. Seperti di Festival Erau, Tenggarong, Kalimantan Timur, terdapat lomba sumpit yang membuat festival ini tambah meriah. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/
Pada dasarnya, jenis-jenis mandau pada semua Masyarakat Dayak memiliki bentuk yang sama. Tetapi ada sedikit perbedaannya jika dilihat dari sisi kelengkungan bilahnya, yaitu ada bilah yang agak condong ke belakang. Ciri-ciri tersebut membedakan jenis-jenis Mandau Ilang yang hampir lurus, Mandau Langgi Tinggang yang melengkung kebelakang, Mandau Naibur yang memakai semacam pengait, hampir mirip dengan kembang kacang pada keris di dekat pangkalnya. Selain itu, ada pula jenis Mandau Pakagan dan Mandau Bayou yang masing-masing memiliki variasi bentuk tersendiri. Berdasarkan perbedaan jenis dan bentuk hiasan yang ada pada mandau, akan diketahui bahwa mandau dengan cirri-ciri tertentu adalah milik Masyarakat Dayak Maayan, Dayak Mbalan, Dayak Bahau, Dayak Ngaju, atu sub suku Dayak lainnya. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/