Bingke merupakan salah satu penganan khas Ramadhan yang sangat digemari masyarakat di Kalimantan, kususnya daerah Pontianak. Rasanya manis dan bertekstur lembut, sehingga sangat cocok untuk dinikmati ketika berbuka puasa. Bingke di daerah lain dapat disebut juga dengan bingka. Bingke terbuat dari campuran telur, santan, sedikit terigu dan gula pasir. Bahan membuat bingke cukup sederhana dan dapat diperoleh di warung atau apsar, seperti tepung terigu, telur santan, gula pasir, dan garam. Ada kue bingke yang dipanggang dan ada pula yang dikukus yang dinamakan bingke berandam. Umumnya bingke dicetak bentuk daun semanggi berkelopak enam, namun ada juga yang berbentuk bundar. Warnanya pun beragam, mulai dari kuning, kuning kecoklatan atau hijau. Dahulu pembuatan bingke tergolong susah, karena ketika itu untuk menggunakan bingke masing menggunakan kayu bakar atau arang. Sumber: http://wisatapontianak.com/bingke-oleh-oleh-khas-pontianak-ka...
Ciri-ciri [ sunting | sunting sumber ] Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang. Panjangnya bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Setiap Rumah Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang [Pambakas Lewu]. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut di antaranya pada hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjang, yang lazim disebut L...
Tarian Tradisional Monong adalah Tarian Sakral atau tarian penyembuhan yang dilakukan oleh suku dayak. Fungsi dari tari ini adalah untuk menyembuhkan, menolak, menangkal penyakit dari seseorang biar sehat kembali. Tarian ini biasanya dilakukan oleh dukun dan merupakan bagian dari upacara adat Balian/Bernanang. Biasanya dukun melakukan tarian juga dengan mengucapkan jampi jampi penyembuhan. Untuk melestarikan Tarian Tradisional warisan budaya ini masyarakat Kalimantan khususnya suku dayak terus dikembangkan atau di wariskan ke anak cucu juga di tampilkan untuk pentas nasional.
Tarian yang dilakukan sendirian ini menceritakan tentang persiapan seorang pemuda untuk membela diri yang akan turun pada ekspedisi Mengayau. Tarian Pedang ini terdapat di Dayak Mualang. Pada jaman dahulu tarian ini untuk memuja pedang/nyabor, gerakan tarian pedang ini seperti gerakan penari pedang daerah lain yaitu menyerang, menangkis dengan gaya tradisional dayak. Dalam melakukan tarian pedang ini akan diiringi oleh musik instrumen dengan sebutan Tebah Unop. Dengan menggunakan pakaian adat Kalimantan Barat juga di lengkapi oleh tameng dengan ciri khas tersendiri, kelihatan indah ketika dipentaskan dengan penari yang memiliki keahlian memainkan pedang. Walaupun kelihatan mudah tetapi bila tidak pada ahlinya akan terlihat susah karena menggunakan pedang sungguhan sehingga harus dilakukan dengan hati hati.
Tarian yang dilakukan sendirian ini menceritakan tentang persiapan seorang pemuda untuk membela diri yang akan turun pada ekspedisi Mengayau. Tarian Pedang ini terdapat di Dayak Mualang. Pada jaman dahulu tarian ini untuk memuja pedang/nyabor, gerakan tarian pedang ini seperti gerakan penari pedang daerah lain yaitu menyerang, menangkis dengan gaya tradisional dayak. Dalam melakukan tarian pedang ini akan diiringi oleh musik instrumen dengan sebutan Tebah Unop. Dengan menggunakan pakaian adat Kalimantan Barat juga di lengkapi oleh tameng dengan ciri khas tersendiri, kelihatan indah ketika dipentaskan dengan penari yang memiliki keahlian memainkan pedang. Walaupun kelihatan mudah tetapi bila tidak pada ahlinya akan terlihat susah karena menggunakan pedang sungguhan sehingga harus dilakukan dengan hati hati.
Tari Pingan adalah tarian yang memberikan kita pengertian untuk bersyukur atas rejeki. tuah, makanan yang telah di berikan Tuhan kepada kita. Dahulu kala Tari Pingan salah satu tarian untuk upacara adat namun sekarang dijaman modern ini Tari Pingan merupakan Tarian hiburan untuk masyarakat khususnya Kalimantan Barat. Tarian ini biasanya dipentaskan pada acara Gawai Dayak ( pesta Panen padi ), Gawai Belaki Bini ( pesta pernikahan ) dll. Tari ini lebih menekankan pada gerakan – gerakan atraktif yang diadopsi dari gerakan silat tradisional. Dalam melakukan gerakan tari, penari membawa dua buah Pinggan ( pada zaman dahulu menggunakan piring batu, kini di ganti piring beling berwarna putih ), dan sepasang cincin yang terbuat dari timah ataupun tembaga seukuran Cincin jari tengah penari
Tarian Jonggan adalah tarian pergaulan untuk masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm), yang menceritakan kebahagian antara muda mudi yang sedang bergaul. Yang menarik dari tarian ini adalah tamu yang hadir dalam acara tarian ini akan diajak untuk menari. Tarian Jonggan di iringi oleh musik tradisional yang terdiri dari Gadobong (gendang), Dau’ (gamelan), Suling Bambu dan Peluit yang ditiup oleh seorang pemimpin Jonggan sebagai penanda ketika akan dimulainya sebuah lagu, pertengahan dan akhir lagu tersebut
Tarian Kinyah Uut Danum merupakan Tarian perang dari suku Dayak Uut Danum dengan menceritakan kewaspadaan dan kelincahan dalam melawan musuh. Karena Tarian ini banyak yang meminati maka sering ditampilkan dalam acara khusus untuk penyambutan tamu penting yang datang ke Kalimantan Barat. Tarian ini memerluka fisik yang kuat karena gerakannya yang terus bergerak dan menggunakan senjata tradisional Ahpang ( mandau ) yang asli, tameng dan baju adat. Tarian ini merupakan tarian yang sulit untuk dipelajari karena peralatan untuk tarian menggunakan senjata tajam sehingga jika kurang berhati hati akan bisa celaka.
PAKAIAN ADAT TRADISIONAL PERANG KALIMANTAN BARAT Pakaian ini adalah pakaian yang digunakan sudah sejak dulu oleh masyarakat Kalimantan Barat. Pakaian adat trasional Kalimantan Barat berbahan kulit kayu yang diproses menjadi kain. Untuk bahan utama yang digunakan sebagai bahan pakaian adat tradisional Kalimantan Barat adalah kulit kayu kapuo atau ampuro. Kulit kayu tersebut dipukul termasuk di pukul di dalam air menggunakan pemukul yang berbentuk bulat. Kemampuan mengolah kulit kayu menjadi kain oleh masyarakat merupakan kemampuan yang secara turun temurun diturunkan oleh nenek moyang.