Pura Ulunswi / Pura Ulun Empelan Pura ini berkaitan erat dengan sawah khususnya dan subak pada umumnya. Pura Ulunswi disebut juga Pura Ulun Empelan adalah tempat pemujaan Dewa Wisnu atau Dewi Gangga, sebagai dewanya air, untuk memohon kesuburan dan keselamatan sawah. Karena tanpa adanya aliran air yang teratur, sudah tentu sawah tidak menghasilkan dengan baik. Bendungan atau Empelan itulah tempat menaikkan air sungai, sehingga dapat mengairi sawah yang ada di hilir. Oleh karena itu yang menjadi panyiwi dan pangemponnya, adalah krama subak yang menggunakan aliran air dari bendungan/empelan tersebut. Untuk menambah keyakinan kami kutipkan lontar, yang mengungkapkan tentang keberadaan Pura Ulunswi/Ulun Empelan, seperti : Dalam lontar Maharsi Markandya : …………. ring bukaning we dadi tinambak, wenya iniliraken sawah-sawah ri subak-subak kabeh, winangun ngkaneng Pura, inaranan Pura Ulunswi athawa pajara Ulun Emp...
Pura Ulunswi / Pura Ulun Empelan Pura ini berkaitan erat dengan sawah khususnya dan subak pada umumnya. Pura Ulunswi disebut juga Pura Ulun Empelan adalah tempat pemujaan Dewa Wisnu atau Dewi Gangga, sebagai dewanya air, untuk memohon kesuburan dan keselamatan sawah. Karena tanpa adanya aliran air yang teratur, sudah tentu sawah tidak menghasilkan dengan baik. Bendungan atau Empelan itulah tempat menaikkan air sungai, sehingga dapat mengairi sawah yang ada di hilir. Oleh karena itu yang menjadi panyiwi dan pangemponnya, adalah krama subak yang menggunakan aliran air dari bendungan/empelan tersebut. Untuk menambah keyakinan kami kutipkan lontar, yang mengungkapkan tentang keberadaan Pura Ulunswi/Ulun Empelan, seperti : Dalam lontar Maharsi Markandya : …………. ring bukaning we dadi tinambak, wenya iniliraken sawah-sawah ri subak-subak kabeh, winangun ngkaneng Pura, inaranan Pura Ulunswi athawa pajara Ulun Emp...
Pura Sagara memiliki kaitan yang sangat erat, oleh karena dalam kepercayaan dari lautlah datangnya “mrana/marana”. Maka upacara Panangluk Mrana/Marana dilaksanakan bertempat di Pura Sagara. Pelaksanaannya pada sasih Kenem, Kepitu, Kawelu dan Kasanga atau hari-hari yang baik untuk melakukan Bhuta Yajna. Sumber: https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Pura Masceti Menurut keyakinan umat Hindu, dewa yang bersthana di Pura Masceti, menguasai “mrana tikus”. Maka di Pura Mascetilah melaksanakan “Panangluk Mrana Tikus” (disebutkan Dewane ring Masceti mangraksa tikus, ika ne wenang kasungsung). https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Pura Sakenan dipandang, sebagai penguasa “Balangsangit”, maka itu perlu dilakukan “Panangluk Mrana Balangsangit”. Sumber https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Pura Uluntanjung, yang terletak di sebelah Pura Petitenget. Semenjak Badung berpisah dengan Denpasar, untuk krama Badung tidak lagi melaksanakan Panangluk Mrana di Pura Sakenan, lalu ditetapkan di Pura Uluntanjung. Namun pelaksanaannya pada Purnama Sasih Kawelu, dengan persembahan caru “Banteng Belang Kebang”, yakni dengan mengunakan binatang korban seekor sapi betina, yang di ketiaknya ada bintik putih. Sumber: https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Di Pura Ulun Danu Batur dan Pura Danu Bratan ini ada kaitannya dengan upacara “Mapag Toya”, yakni memohon curahan hujan, agar air dapat mengalir dengan baik, untuk mengairi sawah, agar padi atau pala wija dapat hidup subur dan berhasil dengan baik. Sumber: https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Nasi Morang Khas Buleleng, Bali. Kuliner ini merupakan perpaduan antara bahan baku beras dengan singkong. “Nasi Morang adalah nasi tulen yang dikukus dengan singkong. Porsinya setengah-setengah. Kalau berasnya 200 gram, maka singkongnya juga 200 gram. Nasi diaron, singkongnya kemudian dicacah, ketika dikukus lagi dicampur kulup, kemudian dibungkus,” Nasi ini selanjutnya disajikan dengan beragam sayur-sayuran dan daging sapi. Nasi morang ini relatif lebih sehat karena memiliki kadar kalori yang lebih rendah dibanding nasi putih biasa. Namun, nasi morang ini sudah mulai ditinggalkan karena terbuat dari singkong, dan merasa malu memakan makanan berasal dari singkong, karena diidentikan dengan makanan orang miskin. Sumber: http://www.tribunnews.com/travel/2015/08/07/kuliner-buleleng-bali-yang-sangat-langka-namanya-nasi-morang?page=1
Lawar adalah masakan berupa campuran sayur-sayuran dan daging cincang yang dibumbui secara merata yang berasal dari Bali. Makanan ini lazim disajikan dalam rumah tangga di Bali atau dijual secara luas di rumah-rumah makan dengan sebutan lawar Bali. Lawar dibuat dari daging yang dicincang, sayuran, sejumlah bumbu-bumbu dan kelapa. Kadang-kadang di beberapa jenis lawar diberikan unsur yang dapat menambah rasa dari lawar itu yaitu darah dari daging itu sendiri. Darah tersebut dicampurkan dengan bumbu-bumbu tertentu sehingga menambah lezat lawar tersebut. Lawar sendiri tidak dapat bertahan lama makanan ini jika didiamkan di udara terbuka hanya bertahan setengah hari. Penamaannya bervariasi, biasanya berdasarkan jenis daging yang digunakan atau jenis sayurannya. Bila yang digunakan daging babi maka lawar yang dihasilkan disebut lawar babi., demikian juga bila yang digunakan sayur nangka, maka lawarnya diberi nama lawar nangka. Ada juga pemberian namanya berdasarkan warna l...