Resep Tongseng Kambing Tanpa Santan : Porsi : 2 Orang Proses : 60 Menit Bahan bahan Tongseng Kambing 750 g daging kambing muda, iris dadu 3 sdt garam 1 sdt merica bubuk 4 sdm kecap manis 6 siung bawang putih, memarkan 5 lembar daun kol, iris-iris 5 buah cabai rawit, potong-potong 1 buah tomat, potong-potong bawang goreng, untuk taburan kuah 3 lembar daun salam 3 batang serai, memarkan 250 g tulang kambing/iga 1.5 l air bumbu halus 12 butir bawang merah 6 siung bawang putih 4 buah cabai merah 6 butir kemiri sangrai 1 sdm bumbu kari bubuk 2 – 2½ sdt garam Cara Membuat Tongseng Kambing: Kuah: Panaskan minyak dalam panci, tumis bumbu halus. Masukkan daun salam dan serai, aduk hingga harum. Masukkan tulang kambing dan air. Didihkan, kecilkan apinya dan masak hingga cairannya tinggal 1 L Angkat daun salam, sereh, dan iga. Jerangkan kembali kaldu di atas api, didihkan dan masukkan santan. Timba-timba santan hingga mendidih, angkat, sisihkan Campur daging dengan garam, merica, da...
Kamus Bahasa Jawa sumber: https://www.pdfdrive.com/bahasa-jawa-d58611779.html
Kemiringan pulau Jawa mulai membuat khawatir para dewa di kahyangan. Mereka khawatir seisi pulau Jawa akan tenggelam ke laut selatan. Tidak hanya manusia yang akan tenggelam, tapi juga binatang-binatang liar. Para dewata akhirnya berunding guna mencari solusi permasalahan ini. Setelah sekian lama berunding, akhirnya para dewata sepakat untuk menggunakan Gunung Jamurdwipa sebagai pemberat pulau Jawa. Para dewa berencana untuk memindahkan Gunung Jamurdwipa ke tengah-tengah pulau Jawa agar kondisi tanahnya menjadi seimbang. Para dewa kemudian memberitahu mahluk-mahluk gaib penghuni Gunung Jamurdwipa untuk pindah, karena Gunung Jamurdwipa akan diangkat dan dipindahkan ke pulau Jawa. Begitu pula dengan wilayah pulau Jawa di bagian tengah, para dewa mengutus Dewa Panyarikan dan Batara Narada untuk memberitahu penghuni tempat tersebut agar pindah. Di bagian tengah pulau Jawa, yang berupa hutan belantara, tinggal dua orang empu ahli pembuat keris bernama Mpu Permadi dan Mpu Rama. Keduanya...
Dugderan merupakan sebuah tradisi yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, sejak masa penjajahan kolonial. Untuk memeriahkan dugderan, biasanya muncul pasar tiban. Pasar ini menawarkan berbagai kuliner, pakaian, mainan, termasuk kerajinan tradisional selama seminggu sebelum bulan suci dimulai. Tepat sehari sebelum umat muslim menjalankan ibadah puasa, sebuah karnaval akan diadakan. Karnaval dimeriahkan dengan kirab, arak-arakan pasukan berpakaian tradisional, drumband, dan kesenian tradisional lainnya. Ada juga arak-arakan Warak Ngendok yang merepresentasikan keberagaman suku, budaya, dan agama di Semarang. Warak Ngendok sendiri merupakan perwujudan tiga unsur binatang; kepala naga, badan unta, dan kaki kambing. Mulainya acara dugderan ditandai dengan pemukulan beduk oleh pejabat setempat dan dilanjutkan dengan penyalaan meriam. Suara beduk dug dug dug dan diakhiri dentuman meriam der der der itulah yang mendasari penamaan trad...
Sedekah bumi merupakan acara ruwatan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kab.Cilacap yang terutama tinggal di pedesaan. Upacara ini berkaitan dengan alam sekitar tempat tinggal manusia. Upacara ini diadakan pada bulan Sura (Jawa) yang bertujauan untuk melestarikan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Alam sekitar dianggap manusia mempunyai kekuatan yang besar, sehingga manusia merasa perlu menjalin hubungan. Sarana menjalin hubungan tersebut adalah dengan cara manusia melakukan upacara yang dipersembahkan kepada alam, dengan harapan alam pun akan berbuat baik kepada manusia. Upacara ini dilakukan satu tahun sekali yaitu pada bulan Sura (Jawa). Biasanya pelaksanaan upacara sedekah bumi diawali dengan pembentukan panitia yang terdiri dari warga masyarakat setempat. Sebelum pelaksanaan upacara dilaksanalkan kerja bakti/ gotong royong membersihkan lingkungan sekitar. Pada malam 1 Sura diadakan tirakatan oleh masyarakat yang di pimpin oleh sesepuh setempat. Pada pagi akhirnya d...
https://www.si.edu/object/batik-napkin:nmnhanthropology_13001708?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001708
https://www.si.edu/object/batik-kain-panjang:nmnhanthropology_13001652?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001652
https://www.si.edu/object/batik-kain-panjang:nmnhanthropology_13001643?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001643
https://www.si.edu/object/batik-kain-panjang:nmnhanthropology_13001646?page=1&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001646