Sarun adalah salah satu alat musik tradisional suku Dayak Kalimantan Tengah yang dibuat dari bahan logam / besi. Sarun ini sama dengan alat musik sar di Pulau Jawa, namun tentu saja memiliki suatu hal yang khas yang menjadikan sarun berbeda dari saron. Sebut saja dari jumlah lempengan logam sarun yang hanya memiliki 5 buah lempeng sehingga memiliki nada Do, Re, Mi, Sol dan La berbeda dengan peralatan musik lainnya yang memiliki nada lengkap Do, Re, Mi, Fa, Sol, La dan Si. Cara memainkan Sarun cukup dengan cara menabuhnya bergantian sesuai dengan nada yang ingin dihasilkan dari setiap lempengan-lempengan besi atau logam pada Sarun yang disusun secara berjajar pada bagian dasar. sumber :http://www.tradisikita.my.id/2016/07/alat-musik-tradisional-kalteng.html
Guriding terbuat dari sejenis tumbuhan hutan yang dalam bahasa Dayak disebut belang atau pohon jako. Yang diambil pelepahnya yang telah tua, kemudian dikeringkan. Setelah kering dipotong-potong berukuran sejengkal. Tengah-tengah guriding berlidah dan ujungnya runcing dan bila dipukul akan mengeluarkan bunyi. sumber :http://www.tradisikita.my.id/2016/07/alat-musik-tradisional-kalteng.html
Pantutn atau pantun merupakan cerita yang berisi nasihat, peringatan, dan kasih sayang. Pantun terdiri dari empat baris bersajak ab-ab, dua baris sampiran dan dua baris isi. Sampirannya menarik karena kata-katanya berasal dari lingkungan kehidupan. Pantun banyak dipraktekkan dalam kesenian jonggan, berkomunikasi di mototn dan menoreh getah. Tokoh pantun yang terkenal media elektronik yang berasal dari Desa Rees adalah Pak Namben dijuluki si raja Pantun. Berikut ini salah satu pantun hasil karyanya: Tuhan dan Manusia Beli gulamerah susah bawa galah Ke sebuah lahan nabur palawija Lagi muda gagah, Sudah tua lemah Begitulah Tuhan mengatur manusia Mahasiswa Tirakatan boleh jajan Bahan gula sediakan niranya Manusia diciptakan oleh Tuhan Jangan lupa muliakan namaNya Rupanya teman ngajak bergegas Tunduk sembunyi rasa ditekan Kuasa Tuhan tidak terbatas Mahluk dan bumi Ia ciptakan Agar menarik dan merdu didengar, pantun juga dapat dinyany...
Tradisi lisan adalah cerita dan non cerita yang dituturkan secara langsung oleh nenek moyang suku Dayak secara turun temurun. Tradisi lisan ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat Dayak, sebab dari tradisi lisan inilah dapat diketahui pemikiran, sikap, dan perilaku masyarakat Dayak. Selain itu dalam tradisi lisan ini mengandung filsafat, etika, moral, estetika, sejarah, seperangkat aturan adat, ajaran-ajaran agama asli Dayak, ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, serta hiburan rakyat. Bagi suku Dayak tradisi lisan menghubungkan generasi masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Liatn adalah upacara adat Dayak Kanayatn dalam bentuk magis dan sakral. Ditampailkan dalam bentuk tarian, doa, dan prosa berirama. Tujuan liatn adalah untuk pengobatan, membayar niat, dan lain-lain. Liatn dipimpin langsung oleh seorang dukun ahli liatn dan dibantu oleh seorang panyampakng serta beberapa panyangahatn. Jenis liatn berdasarkan pemampilannya adalah liatn daniang, lia...
Melestarikan budaya tidak selalu melalui seni musik, seni tari, seni rupa, dan lain-lain. Budaya juga dapat di wujudkan melalui seni tato. Salah satu suku yang masih melestarikan budaya ini adalah suku Dayak. Bagi suku Dayak, gambar tato memiliki arti dan filososfinya tersendiri. Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman-pengalaman yang suku Dayak gambarkan sebagai bentuk pengingat pengalaman pribadi maupun pengalaman spiritual. Hal yang perlu diingat adalah, tidak semua suku Dayak yang memiliki tato, dan ada juga yang memiliki tato, tetapi tiap individul mempunyai motif tato yang berbeda, dan memiliki makna tersendiri. Tato pada suku Dayak disebut “tutang”. Setiap motif tato memiliki arti berbeda-beda, pembuatan dan peletakan tato juga tidak boleh dilakukan sembarangan.Menurut beberapa referensi, makna tato ditubuh pria suku Dayak adalah sebagai simbol dari segala hal yang berkaitan dengan: Tanda inisiasi, simbol kekuatan magis, religi, pengobatan, kenangan perjalana...
Tarian ini merupakan tarian salah satu tarian kebesaran saat penobatan dan peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta, jawa tengah. Namanya adalah Tari Bedhaya Ketawang . Apakah Tari Bedhaya Ketawang itu? Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika penobatan serta peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian sakral yang suci bagi masyarakat dan Kasunanan Surakarta. Nama Tari Bedhaya Ketawang diambil dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana, dan ketawang yang berarti langit, yang identik sesuatu yang tinggi, kemuliaan dan keluhuran. Menurut sejarahnya, tarian ini berawal ketika Sultan Agung memerintah kesultanan Mataram tahun 1613 – 1645. Pada suatu saat Sultan Agung melakukan ritual semedi lalu beliau mendengar suara senandung dari arah langit, Sultan agung pun terke...