Cerita ini menggambarkan nasib seorang anak laki-laki yang dibenci oleh bapak tirinya. Atas desakan sang bapak tiri, ibu Lasirimbone bernama Wa Roe dengan berat hati nan pilu mengasingkan anak kesayangannya ke negeri yang amat jauh dengan bekal ketupat secukupnya. Dipengasingan La Sirimbone pada mulanya sangat takut karena ia ditemukan olek raksasa betina akan tepai La Sirimbone mampu beradaptasi. Dalam perkembangan cerita La Sirimbone berhadapan dengan berbagai persolan yang menimbulkan konflik baru. Diantaranya ia berkelahi dengan jin jahat, ia pun dapat mengelabui seekor babi, dan juga dapat mengakali seorang nelayan, serta dapat membunuh seekor naga.
Di negeri Sorume, saat ini bernama Kolaka terdapat seekor burung elang raksasa yang lalu mengacau kehidupan penduduk sehingga masyarakat menjadi resah, terganggu dan banyak binatang ternak, bahkan manusia yang terkamnya dan dijadikan santapannya. Dalam ketakutan terdengarlah kabar dari negeri Solumba yang kini bernama Balandete bahwa terdapat seorang laki-laki perkasa dari kayangan bernama Larumbalangi yang berani, arif bijaksana, dan penolong. P enduduk menghadap orang tersebut (Larumbalangi) dan mendapatkan petunjuk agar penduduk membuat bambu runcing dan mengumpulkan tombak sebanyak-banyaknya lalu di tancapkan di tempat yang biasa didatangi elang raksasa tersebut. Seorang laki-laki dari negeri Loeya bernama Tasahea akan dijadikan umpan karena ksatria, berani, dan kuat yang kelak dijadikan bangsawan di tanah Mekongga (Kolaka). Setelah pekerjaan tersebut diselesaikan dan disediakan umpan kemudian gelaplah suasana langit , muncullah elang raksasa dan menerkan orang tersebut. Namun ela...
Tari Moide-ide adalah suatu tarian yang disertai nyanyian.Dimana orang banyak berkumpul dalam bentuk lingkaran. Setiap peserta yang ikut berpegang pada suatu tali dan pada tali itu terdapatlah sebuah cincin yang diedar mengelilingi peserta tarian. Bentuk nyanyian dalan bentuk nyanyian kepahlawanan, percintaan, dan nasehat ataupun bentuk syair.
Tari Mowindahako merupakan tarian adat. Tarian ini dilaksanakan hanya bagi bangsawan atau anakia. Dilaksanakan apabila suatu pinangan mereka sudah diterima. Maka sebagai wujud rasa senang maka diadakan tarian Mowindahako atau tarian membesara. Tarian ini mirip dengan kegiatan pada saat upacara adat perkawinan. Seperti memggunakan kalo, siwole dan menirukan model percakapan antara juru bicara laki-laki dan perempuan.
Pada suatu hari rusa dan kura-kura bertemu di pinggir rawa-rawa. Dan terjadilah perang mulut. Dalam pertengkaran itu mereka memutuskan untuk mengadu betis. Giliran pertama adalah rusa. Dengan akal liciknya rusa tidak menendang tapi langsung menginjak punggung kura-kura dan terbenam di tanah. Setelah satu minggu kura-kura pun berhasil keluar dari dalam tanah dan mencari rusa. Kemudian ia pun menemukannya dan rusa pun tak dapat berbuat apa-apa dan langsung mengambil posisi. Dari puncak gunung kura-kura menyernag laksana piring terbang dan mengenai batang hidung rusa, dan akibat ketajaman pinggir kulit punggun kura-kura batang hidung jadi outus dan sampai kerahang bawah dan tamatlah riwayat rusa yang sombong. Dalam masyarakat Tolaki cerita ini mengandung nilai pendidikan budi pekerti; terutama kepada anak-anak perlu dibina agar jangan menyombongkan diri dan memandang rendah sauradara dan orang lain.
Cerita rakyat ini dikhususkan bagi orang dewasa terutama bagi orang tua yang mempunyai peranan dalam dunia pertanian dan kepercayaan tradisional masyarakat Tolaki. Dipercaya bahwa matahari dan bulan pada mulanya mempunyai anak. Pada suatu hari matahari dan bulan mencari kutu. Selanjutnya, bulan menipu matahari sehingga matahari memakan anaknya. Timbul kemarahan Matahari kepada bulan karena bulan tidak memakan anaknya, yakni bintang-bintang. Matahari mengejar bulan yang menyebabkan adanya pergantian siang dan malam. Bagi masyarakat Tolaki fungsi cerita tersebut bernilai pendidikan karena mengajarkan sistem kosmologi peredaran marahari dan bulan.
Oheo merupakan seorang petani yang sedang pergi membuka ladang tebu. Pada suatu waktu Oheo mendengar suara perempuan dan mengintip di semak-semak dan ternyata tujuh orang bidadari yang sedang mandi di sungai. Oheo mengambil salah satu pakaian/selendang dari seorang bidadari yang bernama Anawai Ngguluri dan menjadikannya istri. Namun, Anawaingguluri memberikan syarat kepda Oheo bahwa kelak jika mereka mempunyai anak, maka yang akan membersihkan kotororan anknya adalah Oheo. Setelah mereka mempunyai anak lelaki, di bulan-bulan pertama ia masih mengikuti syarat tersebut. Namun, pada akhirnya Oheo janji tersebut. Oleh karena itu, Anawai Ngguluri kembali ke kayangan. Menderitalah Oheo memikirkan nasib anaknya dan Istrinya. Tanpa berputus asa Oheo berusaha mencari Istrinya dengan bantuan Ue Wai. Namun, sebelum ia bertemu dengan Istrinya Baginda kayangan memberikan ujian dan bila dapat dilaluinnya, maka ia dapat membawa kembali Istrinya di bumi. Ujian-ujian tersebut adalah menebang batu besa...
Pomafu adalah jenis permainan tradisional anak-anak di kabupaten Muna pada masa lalu. Istilah ini berasal dari bahasa Muna yang terdiri dari perkataan Po dan mafu. Mafu adalah nama jenis ubi yang dapat dimakan isi atau buahnya. Batangnya biasanya melilit pada pohon atau tiang yang sengaja dipanjangkan oleh orang yang menanamnya. Seperti duri yang menjaga ketat pohon yang dililitnya. Awalan po pada kata pomafu, menyatakan pekerjaan berbalasan atau berkompetisi dalam hal menjaga ketat tiang yang dipanjangkan di tengah garis lingkaran pertahanan. Dalam setiap kelompok pemain berjumlah antara 3 sampai 5 orang. Peralatan yang digunakan adalah sebatang tongkat dari kayu atau bambu yang panjangnya antara 1 sampai 1,5 meter. Sayangnya, pada masa sekarang permainan ini sudah tidak dilaksanakan lagi.
Permainan Pokibo lahir ditengah kehidupan para nelayan yang setiap harinya mengadu hidup ditengah laut. Pokibo dalam bahasa Buton berarti permainan telungkup-telungkupan. Waktu pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu. Pesertanya 4-6 orang anak Alat permainan terdiri beberapa kulit kerang laut. Lapangan permainan di halaman rumah atau dilapangan terbuka. Proses permainan masing-masing pemain meletakan kulit kerang mereka diatas kepalan atau genggaman tangan mereka kemudian didempetkan satu sama lain. Mereka bersiap-siap secara serentak, apabila kulit kerangnya menengadah keatas maka dia dianggap sebagai pihak yang kalah. Menurut Djohan Mekuo bahwa sejak beberapa abad yang lalu permainan ini telah dikenal oleh sebagian masyarakat di daerah Buton. Diperkirakan permainan ini berasal dari Desa Melai kecamatan Polia. Kemudian menyebar keseluruh wilayah kabupaten Buton. Permainan ini lahir ditengah kehidupan para nelayan yang setiapharinya mengadu hidup ditengah laut.