Sesuai dengan namanya Gordang Sambilan terdiri dari sembilan buah gendang dengan ukuran yang relatif besar dan panjang. Adapun kesembilan gendang tersebut mempunyai ukuran yang berurutan dari yang besar ke ukuran yang paling kecil. Gordang Sambilan dikenal pada masa sebelum Islam yang mempunyai fungsi untuk upacara memanggil roh nenek moyang apabila diperlukan pertolongannya. Upacara tersebut dinamakan paturuan Sibaso yang berarti memanggil roh untuk merasuki/menyurupi medium Sibaso). Tujuan pemanggilan ini adalah untuk minta pertolongan roh nenek moyang untuk mengatasi kesulitan yang sedang menimpa masyarakat. Misalnya penyakit yang sedang mewabah karena adanya suatu penularan penyakit yang menyerang suatu wilayah. Di samping itu Gordang Sambilan juga digunakan untuk upacara meminta hujan (mangido udan) agar hujan turun sehingga dapat mengatasi kekeringan yang menganggu aktivitas pertanian. Juga bertujuan untuk menghentikan hujan yang telah berlangsu...
Festival Figura merupakan kalender kegiatan pariwisata yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun di kota Manado untuk mengakhiri tahun lama dan memasuki tahun yang baru. Sebagai kesenian rakyat, Figura berasal dari bahasa Latin yakni Figur atau Sosok. Kesenian rakyat ini telah muncul beberapa ratus tahun lalu dijazirah pesisir teluk Manado. Ditilik dari perjalannya figura merupakan seni budaya yang diadopsi dari kesenian Yunani Klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Kesenian ini dibawa oleh pelaut Spanyol (conquistadores) yang singgah dan tinggal disekitar pelabuhan Manado. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruk dari sosok dan watak manusia. Figura oleh masyarakat Kota Manado saat ini diselenggarakan dalam bentuk festival pada setiap minggu ke-4 b...
Pakaian Adat Bolaang Mangondow Berdasarkan informasi dari sejarah, Bolaang Mangondow adalah suatu etnis suku di Sulawesi Utara (Sulut) dan pernah membentuk sebuah kerajaan pada zaman dahulu. Karena kemajuan kebudayaannya dikala itu, beraneka ragam jenis pakaian adat Sulawesi Utara pun hadir dan menjadi warisan budaya sampai saat ini. Busana yang dipakai sehari-hari oleh penduduk suku Bolaang Mongondow adalah kulit kayu atau pelepah nenas yang diambil seratnya. Serat yang disebut oleh penduduk di sana dengan nama “lanut” ini lalu ditenun menjadi kain. Lantas dijahit menjadi busana sehari-hari. https://www.silontong.com/2018/10/14/pakaian-adat-tradisional-sulawesi-utara/
Tari Maengket Tari Maengket yang berasal dari daerah Sulawesi Utara ini sudah ada sejak zaman dahulu. Dan kabar baiknya sampai sekarang masih terus eksis. Tepatnya, tarian ini sudah ada sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian terutama pertanian dengan menanam padi. Pada zaman dulu, nenek moyang masyarakat Minahasa memainkan tari Maengket dengan gerakan-gerakan sederhana hanya pada saat menanam padi. Kemudian, dalam perkembangannya kini tari Maengket telah mengalami kemajuan dan perkembangan pada bentuk gerak tariannya, meski tidak meninggalkan keaslian terutama syair lagunya. https://www.silontong.com/2018/10/11/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-utara/
Tari Tempurung Tari Tempurung adalah tarian daerah Sulawesi Utara yang memiliki nama lokal untuk cangkang kelapa. Pada pementasannya, banyak dekorasi dibuat dari tempurung. Diketahui tempurung sangat bermanfaat di tempat terpencil. Ada yang menggunakannya sebagai mangkuk, nampan, cangkir, dan bahkan alat musik tradisional, seperti ditunjukkan pada tarian ini. Cerita yang dicerminkan pada tarian ini berupa penghargaan keluarga petani untuk panenan kopra. Biasanya, tarian ini dilakukan oleh pasangan pria dan wanita. https://www.silontong.com/2018/10/11/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-utara/
Tari Katrili Tari Katrili termasuk kedalam tarian daerah yang asalnya dari Sulawesi Utara. Berdasarkan legenda rakyat Minahasa, tarian ini salah satu tari yang dibawa oleh bangsa Spanyol pada waktu mereka datang dengan maksud untuk membeli hasil bumi yang ada di tanah Minahasa. Karena mendapatkan hasil yang banyak, mereka menari-nari tarian Katrili. Kemudian, mereka mengundang seluruh rakyat Minahasa yang akan menjual hasil bumi mereka untuk menari bersama-sama sambil mengikuti irama musik dan aba-aba. Dan ternyata tarian ini bisa juga dibawakan di acara pasta perkawinan untuk masyarakat Minahasa. https://www.silontong.com/2018/10/11/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-utara/
Tari Kabasaran Tari Kabasaran juga merupakan tarian daerah Sulawesi Selatan. Tarian adat ini kebanyakan dibawakan oleh kamu pria, lengkap dengan senjata tajam berupa pedang atau tombak. Pada gerakannya, tarian Kabasaran sangat identik dengan gerakan yang meniru perkelahian ayam jantan. Jessy Wenas (tokoh kebudayaan dari Minahasa) menyatakan bahwa tarian Kabasaran adalah tarian adat untuk perang atau tarian ini juga berfungsi untuk mengawal salah satu tokoh adat penting di Minahasa. https://www.silontong.com/2018/10/11/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-utara/
Tari Tatengesan Tari Tatengesan adalah tarian tradisional Sulawesi Utara. Tari ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1983 dalam rangka memperingati terbentuknya desa Tatengesan. Tari Tatengesan merupakan tarian yang diangkat dari ceritera rakyat tentang desa Tatengesan oleh kelompok seni dan budaya di desa tersebut diciptakan sebuah tari dengan judul tari Tatengesan. Mengisahkan tentang perjuangan masyarakat desa ketika melawan para bajak laut Mindanou yang datang dari perairan Filipina cerita tarian ini. Selalu sering bajak laut tersebut dengan memakai alat transportasi laut tradisional kala itu mengganggu aktifitas masyarakat dan akhirnya semangat untuk melawan para bajak laut dikobarkan melalui syair dan lagu Kiting-kiting. https://www.silontong.com/2018/10/11/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-utara/
Tari Mane’e Tari Mane’e merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Talaud Sulawesi Utara. Tarian ini diangkat dari salah satu tradisi masyarakat Talaud dalam menangkap ikan. Konon, tradisi ini muncul sekitar abad ke 12 di lingkungan masyarakat kepulauan “Nanusa” dan sampai sekarang ini masih dilaksanakan bahkan telah menjadi agenda tetap prosesi Mane’e di Kabupaten Talaud. Berdasarkan maknanya, Mane’e berasal dari kata “See yang artinya Ya” atau setuju/sepakat, sehingga kata Mane’e diartikan” Penangkapan ikan secara tradisional melalui masyarakat yang bermusyawarah dan bermufakat untuk menangkap ikan secara bersama – sama. https://www.silontong.com/2018/10/11/tarian-tradisional-daerah-sulawesi-utara/