Bahan: 200 gr udang rebon kering, cuci, tiriskan 2 btr telur 2 papan petai, ambil isinya, potong 4 bagian 2 btg serai, ambil bagian putihnya, iris halus 1 sdt garam ½ sdt gula penyedap rasa secukupnya daun pisang untuk membungkus 3 lbr daun salam 5 ikat daun kemangi Bumbu: 10 bh cabai merah 5 bh cabai rawit 8 bh bawang merah 5 bh kemiri 2 cm kunyit 1 cm jahe 2 bh tomat Cara Membuat: 1. Campur udang rebon, bumbu halus, telur, petai, serai, garam, gula, dan penyedap rasa. 2. Sendokkan adonan ke atas daun pisang, tambahkan daun salam dan kemangi di tiap bungkusnya. Semat dengan lidi lalu kukus selama 20 menit. 3. Bakar ketika akan dihidangkan sampai harum.
Bahan: 5 buah cabai rawit, iris kasar 3 buah jeruk nipis mentah yang berwarna hijau, iris kecil-kecil bentuk dadu 3 siung bawang merah, iris halus 3 tangkai daun kemangi, ambil daunnya 2 buah tomat mengkal, iris dadu 1 sdt garam 1 sdm teri nasi, rendam air panas, tiriskan Cara Membuat: Campur semua bahan, aduk hingga rata. Diamkan ± ½ jam sampai teri meresap bumbunya. Sambal siap dihidangkan. Selamat mencoba.
Bahan: 500 gr daging sapi 1 sdm minyak goring 1 btg daun bawang, potong 3 cm ½ sdm kecap manis 1 sdm air asam jawa Haluskan: 3 bh bawang merah 1 siung bawang putih ½ sdt terasi 1 sdt gula merah 3 bh cabai merah ½ sdt garam Cara membuat: Rebus daging sampai empuk, angkat dan dinginkan. Potong kecil-kecil, goreng kering, angkat dan sisihkan. Tumis bumbu yang dihaluskan hingga harum. Masukkan daun bawang, kecap manis, dan air asam jawa, aduk rata. Masukkan daging goreng, masak sampai bumbu meresap, angkat. Sajikan. Selamat mencoba.
Bahan: 400 gr kerang hijau, ambil dagingnya 10 buah belimbing sayur 1 genggam daun kemangi 2 sdm air jeruk nipis 1 sdt garam Bumbu yang dihaluskan: 3 cm kunyit 6 buah cabai merah 4 butir kemiri 25 buah cabai rawit Cara Membuat: Campurkan kerang dengan semua bahan dan bumbu yang telah dihaluskan, aduk rata. diamkan selama 15 menit Panaskan 4 sdm minyak goreng, tumis kerang hingga matang. Tambahkan belimbing sayur, cabai hijau, dan daun kemangi masak sampai semua bahan matang dan Angkat Hidangkan dengan nasi hangat
Sumba tak kalah menarik,ketrampilanberkuda tanpa pelana merupakan tradisi luhur berabad-abad lamanya, hingga regenerasi terkini pun masih bisa terlihat kepiawaian mereka mengendalikan kuda. Bilapun sedang dipacu cepat pada saat ritual perang bergulir. Pasola bukanlah suatu peragaan kejantanan para lelaki Sumba Barat, melainkan bagian dari upacara puncak Festival Nyale yang diperingati setahunsekali. Dimulai dari minggu atau ketiga setelah bulan purnama muncul. Bulan Februari diadakan di wilayah Lamboya dan Kodi, Bulan Maret di wilayah Gaura danWanokaka.Wilayah tersebut merupakan sebuah tanah lapang yang luas. Peristiwa ini adalah ritual penghormatan kepada para awah leluhur( Marapu ). Konon upacara ini diawali dari sebuah legenda rakyat. Seorang Raja Bulan memiliki anak gadis yang teramat cantik, PutriNyale . Oleh sebab sang putri iba dengan penderitaan penduduk akibat gagal panen beserta lumbung padi yang kering. Kemudian ia mengorbankan diri dengan mencebur ke laut. S...
Alat Musik Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ] Yang Bernama HEO Ini, Adalah Sebuah Alat Musik Gesek Tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ]. Alat Musik Tradisional HEO Ini Adalah Alat Musik Gesek Tradisional Khas NTT Yang Berasal Dari Daratan Pulau Timor, Tepatnya Adalah Alat Musik Tradisional Khas Suku Dawan Timor. Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini, Terbuat Dari Kayu, Sedangkan Bagian Yang Digunakan Sebagai Penggeseknya Terbuat Dari Ekor Kuda Yang Telah Dirangkai Menjadi Sebuah Ikatan Pada Kayu Penggesek Yang Berbentuk Seperti Busur Dawai Dari Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini Terbuat Dari Usus Kuskus Yang Telah Dikeringkan. Alat Musik Gesek Tradisional HEO Ini Mempunyai 4 Dawai, Dan Masing-Masing Diberi Nama : - Dawai 1 [ Paling Bawah ] Tain Mone, Artinya Tali Laki-Laki - Dawai 2 Tain Ana, Artinya Tali Anak [ Kecil ] - Dawai 3 Tain Feto, Artinya Tali Perempuan - Dawai 4 Tain Ena, Artinya Tali Induk Dawai Pertama Bernada Sol, Dawai Kedua Bernada Re, Dawai Ketiga...
Alat musik tradisional FOY DOA, adalah nama sebuah alat musik tradisional NTT [ Nusa Tenggara Timur ], yang berasal dari pulau Flores, lebih tepatnya lagi berasal dari Kabupaten Ngada. Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalan- peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih.Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran. FOY DOA terdiri dari 2 atau bisa saja lebih suling yang digandeng dan dalam memainkannya digunakan secara bersama-sama. Sistem penadaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa. Bentuk syair, umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kam...
Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa. Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai : do, re, mi, fa, sol. Foy Pay hampir mirip dengan Foy Doa yang juga merupakan alat musik jenis tiup seperti seruling. Biasanya Foy Pay juga dimainkan bersamaan dengan Foy Doa untuk mengiringi musik-musik tradisional Nusa Tenggara Timur dalam berbagai acara adat atau untuk acara hiburan.
Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah, salah satu bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Merupakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana)