Ini adalah rumah panjang yang menjadi pusat kehidupan social masyarakat Dayak Ngaju. Orang Dayak pada masa lalu hidup secara komunal, dimana didalam satu Ruman Betang ini akan tinggal beberapa keluarga, bahkan ketika kepercayaan Islam & Kristen masuk, maka ada juga keluarga yang berlainan kepercayaan dengan kepercayaan nenek moyang tinggal disana. Namun mereka akan tetap diikat oleh aturan-aturan adat, taboo, dan etika-etika moral. Jika ada salah satu keluarga yang melakukan tindakan yang melanggar norma hidup rumah betang maka biasanya akan diberikan hukuman atau bahkan diusir keluar dari komunitas. Umumnya JIHI atau tiang rumah betang akan dibangun sepanjang 5 meter dari atas tanah, tujuannya ialah untuk menghindari serangan binatang, banjir dan bahkan para asang – kayau (head hunter) pada masa lalu. Misal saja dahulu di Desa Tangkahen, konon ada Rumah Betang yang bertingkat tiga. Ketika para asang datang untuk menyerang kampong, maka HEJAN (Tangga rumah) akan dia...
Bedanya HUMA GANTUNG dengan HUMA BETANG adalah pada ukura dan lay out. biasanya yang tinggal di HUMA GANTUNG adalah para Damang atau kepala kampong. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/12/11/jenis-rumah-dayak-ngaju/
Keranjang obat-obatan Dayak Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/01/03/artikel-mengenai-keranjang-dayak-r-shelford-ma-curator-museum-serawak/
Karak betang adalah rumah untuk satu keluarga, hal ini karena Belanda menganggap sistem komunal di Rumah Betang tidaklah sehat. Arti kata Karak = Bongkar, makanya karak betang adalah rumah betang yang dibongkar. Kebiasaan satu keluarga tinggal disatu rumah pada dayak Ngaju di mulai sekitaran tahun 1904. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/12/11/jenis-rumah-dayak-ngaju/
Sampai tahun 1857 budaya Dayak Ngaju masih tetap utuh dijalankan, salah satunya adalah mengenai “JIPEN” atau perbudakan. Menusia ciptaan Tuhan dikotak-kotakan menjadi tiga golongan: 1. Golongan Tinggi atau disebut “UTUS GANTUNG” atau “UTUS TATAU” 2. Golongan Rendah atau disebut “UTUS RANDAH” 3. Golongan budak atau disebut “UTUS JIPEN” Utus Jipen / budak ini ada 3 jenis: 1. JIPEN KABALIK LAPIK SANDUNG, disebut juga JIPEN HANTUEN; berasal tempat tinggalnya di Sungai Rasen, Simpang Rungan hulu. Jipen Hantuen keturunan Angkes/Tahuman, turun temurun menjadi jipen (budak) dan boleh diperjual-belikan kepada barang siapa yang ingin memelihara jipen, pada zaman dahulu harganya Rp. 30,- seorang jipen. 2. JIPEN SAMBUAT, karena melanggar hukum adat, dikenakan denda yang tidak dapat dibayar oleh pelanggar hukum tersebut. Tetapi bilamana ada dari keluarganya dapat menolong, maka ia dibebaskan. 3. JIPEN karena...
Tari Nenjang Sapundu merupakan tarian daerah khas Kalimantan Tengah dan berasal dari suku dayak kaharingan. Tarian Nenjang Sapundu meceritakan tentang kehilangan anggota keluarga pada tokoh masyarakat dayak kaharingan. Nenjang Sapundu yang berarti mendirikan sandung yang dipercayai oleh masyarakat dayak kaharingan dapat menghubungkan kehidupan masa kini dan masa leluhur. Sapundu sendiri berarti tiang pengorbanan. Sapundu merupakan patung manusia yang biasanya terbuat dari kayu ulin yang berdiameter 15 sampai 50 cm dengan panjang 3-5 meter. Sapundu yang di percayai oleh masyarakat sebagai benda sakral ini lah yang menjadi inspirasi lahirnya tarian Nenjang Sapundu. Biasanya penari terdiri dari 4-6 wanita yang mengenakan pakaian adat dayak dan kain yang dililitkan dikepala yang dilengkapi bulu burung Tingang yang merupakan hewan khas kalimantan tengah serta tak lupa membawa sapundu.Tarian ini diiringi oleh musik-musik tradisional khas Kalimantan Tengah. #OSKMITB2018
Adalah rumah yang dibuat mengapung di Sungai, biasanya dijadikan sebagai toko/warung kebiasaan ini masih dilakukan disebagian daerah di Kalimantan Tengah. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/12/11/jenis-rumah-dayak-ngaju/
Batang dibuat sebagai tempat untuk mendukung kehidupan rumah betang, misal untuk mencuci, mandi, buang air, tambat perahu, tambat karet, dsb. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/12/11/jenis-rumah-dayak-ngaju/
Motif tato dayak kalimantan pada jaman dahulu dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar. Dengan menggunakan duri pohon jeruk yang di cepitkan ke tangkai kayu untuk pegangannya, kemudian dicelupkan pada tinta berbahan jelaga dan gula. Motif bunga ngkabang atau bunga tengkawang juga memiliki arti sumber kehidupan. Bunga tengkawang adalah bunga yang paling banyak di tempat asal suku Dayak Iban. Ukiran ini biasanya ada di atas perut. #OSKMITB2018