Cucur merupakan penganan khas orang Muna maupun Buton yang berbentuk lingkaran. Ukurannya kurang lebih telapak tangan orang dewasa (tak termasuk jari yah). Kue ini biasanya wajib hadir dalam acara-acara keluarga maupun upacara adat. Selain nama "Cucur", masyarakat Muna juga menyebutnya "Susuru", sebuah kata yang mengikuti kaidah bahasa Muna. Ketika acara seperti "Haroa" atau yang dikenal dengan istilah "Baca-Baca", hidangan Cucur akan berdampingan dengan kuliner tradisional lainnya. Dalam satu nampan haroa yang ditutupi tudung saji, kue cucur akan "sepanggung" bersama Sirikaya, Waje, sanggara (Pisang Goreng), Lapa-Lapa, Ayam Parende, dan aneka makanan tradisional lainnya. Bahan aslinya sebenarnya hanya terdiri dari tepung beras dan gula merah. Untuk memenuhi selera ada yang menambahkannya dengan sedikit gula pasir dan santan kelapa. Pembuatnya juga biasanya menggunakan jenis beras dolog, bukan beras kepala atau beras mahal lainnya....
Bahan-bahan 1 telur sutra, dipotong jangan terlalu tebal & tipis. goreng dengan minyak panas lalu tiriskan Masako Garam Sedikit gula pasir Bahan sambal bajak: sesuai selera Cabai rawit 2 Cabe besar Bawang merah Trasi Langkah Blender bumbu sambal, lalu tumis dengan minyak agak banyak. Tambahkan garam, gula & masako, koreksi rasa...
Bahan-bahan 5 butir telor goreng mata sapi 500 ml santan -+ 1 batang sereh 2 lembar daun salam Sejempol lengkuas keprek Secukupnya minyak untuk menumis Secukupnya garam, gula dan penyedap Bumbu ulek: 4 siung bawang merah 3 siung bawang putih 5 biji cabai merah 2 butir kemiri 1/2 sdt ketumbar Sejempol kunyit Langkah...
Bahan-bahan 4 porsi Bunga durian 1/4kg Tahu sutra 1potong (boleh diganti tahu yang lain atau ayam) Bumbu-bumbu: 3 siung bawang putih 4 siung bawang merah secukupnya Cabai rawit secukupnya Gula, garam, penyedap rasa Minyak untuk menumis & menggoreng Langkah 15menit Buang putik sari dari bunga durian, agar tidak sepet Rebus Bunga durian kurang lebih 6 menit, agar bau langunya hilang, sisihkan...
Sate Penyu Sulawesi Tenggara (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Tepung Kacang Merah (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Ratusan tahun yang lalu di Likey wilayah desa Kasihang hiduplah dua orang kakak beradik yang sudah remaja, namun asal-usul serta orang tua mereka tidak diketahui. Sang kakak tidak diketahui namanya sedangkan adiknya perempuan bernama Sampahauta seorang gadis manis yang memiliki rambut lebat berombak laksana riak air danau yang ditiup angin sepoi-sepoi. Sepeninggal orang tua mereka hanya hidup berdua tetapi selalu rukun. Untuk kebutuhan sehari-hari mereka berkebun dan menangkap ikan. Demikianlah mereka menjalani kehidupan sehari-hari hingga dewasa. Sebagai orang dewasa timbullah keinginan untuk mencari pasangan sebagai teman hidup dan agar memperoleh keturunan. Mereka kemudian saling mengutarakan keinginannya untuk mencari pasangan hidup. Mereka berdua pun sepakat untuk mencari jodoh secara bergantian mengelilingi Tagulandang dengan membawa sebentuk cincin peninggalan orang tuanya. Jika dalam pengembaraan itu bertemu dengan seseorang yang jarinya cocok dengan cincin itu maka di...
Alkisah, di sebuah dusun di daerah Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang anak laki-laki yatim bernama La Moelu yang masih berusia belasan tahun. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih bayi. Kini, ia tinggal bersama ayahnya yang sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mencari nafkah. Jangankan bekerja, berjalan pun harus dibantu dengan sebuah tongkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, La Moelu-lah yang harus bekerja keras. Karena masih anak-anak, satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukannya adalah memancing ikan di sungai yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada suatu hari, La Moelu pergi memancing ikan di sungai. Hari itu, ia membawa umpan dari cacing tanah yang cukup banyak dengan harapan dapat memperoleh ikan yang banyak pula. Saat ia tiba di tepi sungai itu, tampaklah kawanan ikan muncul di permukaan air. Ia pun semakin tidak sabar ingin segera menangkap ikan-ikan tersebut. Dengan penuh semangat, ia segera memasang umpan pada mata kailnya lalu melemparkannya ke ten...
Alkisah, di sebuah dusun di daerah Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang anak laki-laki yatim bernama La Moelu yang masih berusia belasan tahun. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih bayi. Kini, ia tinggal bersama ayahnya yang sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mencari nafkah. Jangankan bekerja, berjalan pun harus dibantu dengan sebuah tongkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, La Moelu-lah yang harus bekerja keras. Karena masih anak-anak, satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukannya adalah memancing ikan di sungai yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada suatu hari, La Moelu pergi memancing ikan di sungai. Hari itu, ia membawa umpan dari cacing tanah yang cukup banyak dengan harapan dapat memperoleh ikan yang banyak pula. Saat ia tiba di tepi sungai itu, tampaklah kawanan ikan muncul di permukaan air. Ia pun semakin tidak sabar ingin segera menangkap ikan-ikan tersebut. Dengan penuh semangat, ia segera memasang umpan pada mata kailnya lalu melemparka...